Kamis, 18 April 2013

Pak Sakib Suamiku Sementara (Bagian II Tamat)


Bayangan tubuh dan wangi parfum Nabila menggoda kelakiannya. Pak Sakib masih terbayang sosok Nabila yang kini tidur di sampingnya. Karena tak mampu menahan keinginan dalam dirinya Pak Sakib tak bisa tidur. Dalam sikap diam dan melamun itu, Nabila terbagun. Ia melihat Pak Sakib sudah berbaring di sampingnya. Ia lihat jam,waktu masih menunjukkan pukul 22.30 wib. Berarti ia telah 3 jam tertidur.

Tubuhnya serasa segar sekali karena tidur amat nyenyak. Nabila bangun dari ranjang dan berjalan ke arah meja kecil di kamarnya. Di meja itu selalu tersedia air minum dalam sebuah gelas. Sehabis minum ia kembali berbaring ke atas ranjang.

"Bapak belum tidur ya?" tanya Nabila.
"ya…bapak belum ngantuk Neng" jawab Pak Sakib.
"kalau begitu bapak cerita lagi ya?" pinta Nabila manja seperti dulu saat ia kanak kanak sering minta Pak Sakib bercerita.
"mmmm….ya,,,baiklah"jawab Pak Sakib.

Pak Sakib memulai cerita lelucon dan Nabila pun asik mendengar dengan seksama.Keasikan dan candaan Pak Sakib membuat Nabila kembali merebahkan kepalanya di dada Pak Sakib.Tentu saja Pak Sakib amat senang sekaligus gembira.Sambil bercerita sesekali matanya mencuri pandang pada belahan dada Nabila.

Jakunnya naik turun melihat pemandangan indah di tubuh wanita anak majikannya.Nabila tak memperhatikan arah mata Pak Sakib saat itu. Ia semakin asik saja mendengarnya. Cerita dan candaan Pak Sakib mulai mengarah ke hal yang berbau cabul, dengan senyum dan sesekali ia mencubit Pak Sakib.

Ia pun tak segan mencubit kadang membelai tengkuk Nabila. Tanpa rasa marah sedikitpun Nabila membiarkan Pak Sakib mengelus elus bahunya. Ia mengganggap biasa saja karena percaya Pak Sakib tak akan berlaku lebih dari itu. Cerita cerita Pak Sakib mampu membangkitkan kembali kisah cinta Nabila dan Dicki dan juga Domi saat di Jogja dulu.

Naluri sebagai dewasa yang sudah mengenal hubungan laki laki dan perempuan dengan sangat intim pernah dirasakannya. Nabila larut dalam buaian masa lalu dan seolah mengajaknya kembali mengulang saat saat bersama Dicki. Beberapa lama kemudian Pak Sakib menghentikan ceritanya namun Nabila masih saja merebahkan kepalanya di bahu laki laki tua ini. Pak Sakib berusaha menyadarkan Nabila yang sedang melamun.
"Neng,Neng….." panggilnya.
Nabila terkejut karena ia larut dalam lamunan masa lalunya.
"Ya ..Pak,,maaf Neng tadi ingat bang Dicki" jawabnya.
Dengan senyum kebapakan Pak Sakib meraih kepala Nabila dan memeluknya semakin erat.
"Neng, Dicki secepatnya akan kembali dan jadi milik Neng. Jadi jangan melamun seperti tadi ya" pinta Pak Sakib sambil menasehati Nabila.
Nabila hanya menganganguk setuju. Kepalanya sudah ia sandarkan ke bantal namun matanya masih mau terpejam. Dengan penuh kehati hatian Pak Sakib membelai kepala Nabila seolah wanita itu anaknya. Nabila menerima saja elusan tangan Pak Sakib pada rambutnya.

Apa yang dikira Nabila tak sama dengan apa yang ada di pikiran Pak Sakib. Elusan pada rambut Nabila terus turun hingga menyentuh tengkuk wanita muda itu.Bulu bulu halus di tengkuk Nabila mulai berdiri karena elusan lembut Pak Sakib. Nabila menikmati saja elusan lembut di rambut dan tengkuknya itu. Kini ia semakin terlihat pasrah dan tak ada penolakan sedikitpun.

Penerimaan Nabila itu menambah semangat Pak Sakib untuk terus merangsang wanita cantik ini. wangi tubuhnya seolah menjadi magnit baginya untuk terus mencumbui Nabila. Nabila mulai merasakan nyaman oleh gerakan tangan Pak Sakib. Ia semakin merapatkan tubuhnya pada laki laki tua yang kini terus mencumbunya. Tak disangkanya Pak Sakib tiba tiba menciumi rambutnya dan menghirup wangi rambutnya.

Nabila masih menerima dan hanya memejamkan mata. Tak mau berlama lama Pak Sakib kembali menciumi balik telinga Nabila yang putih bersih dan ditumbuhi bulu bulu halus. Bagi Pak Sakib tak ada keraguan sedikitpun sebab Nabila adalah istrinya juga meski sementara, jadi tak ada salahnya jika ia ingin menikmati istrinya itu beberapa hari saja. Gairah birahi Nabila kini mulai bangkit setelah sekian lama tak tersalurkan.

Dalam diri wanita ini tak ada sedikitpun kekuatan untuk menolak rangsangan yang diberikan suami sementaranya itu. Mata hati dan pikiran Nabila seakan buka oleh nafsu birahi yang mulai bangkit dan menuntut pelampiasan. Ia seolah tak peduli siapa yang sedang menggumulinya.

Nabila tak mudah menyerahkan dirinya pada laki laki apalagi laki laki itu tak setara dengannya. Jika mau jujur Pak Sakib amat jauh dari sosok yang ia inginkan, namun semua perbedaan usia dan latar belakang sosial ekonomi tak mampu menghalangngi keinginan naluri dasar manusia seperti Nabila.

Kini ia pasrah menerima belaian dan cumbuan laki laki tua yang dinikahinya dua hari sebelumnya. Berarti Pak Sakib telah melanggar kesepakatan dengan kedua orangtua Nabila, begitu juga Nabila seperti sudah melupakan instruksi ibunya. Tangan Pak Sakib terlihat gugup saat berusaha untuk meraba buah dada Nabila.

Ia kuatir akan ditepiskan oleh tangan Nabila. Namun kekuatirannya itu tak terjadi.Nabila membiarkan tangan kurus dan keriput Pak Sakib meraba dan memilin payudaranya yang masih mengenakan baju tidur. Tak perlu bersusah payah meski tangannya amat gugup untuk melepaskan kancing demi kancing piyama Nabila. Tak ada penolakan sedikitpun dari Nabila, akhirnya atasan piyamanya terlepas dari tubuhnya yang putih mulus dan sintal itu.

Dengan masih mengenakan bra bewarna kuning gading kesukaanya, Pak Sakib amat takjub melihat keindahan tubuh Nabila yang terbuka bagian atasnya. Leher yang jenjang dihiasi kalung berNengn berinisial A, Pak Sakib buru buru berusaha mengulum bibir Nabila. Namun Nabila dengan sedikit enggan melengoskan wajahnya.

Bau mulut Pak Sakib yang biasa mengisap rokok daun menyebabkan bau nafasnya kurang enak. Berulang kali Pak Sakib berusaha mengejar bibir Nabila sehingga ia tak punya pilihan lagi dan menerima sedotan bibir tebal laki laki tua ini. Beberapa saat kuluman lidah Pak Sakib menghisap ludah dan mempermainkan lidah Nabila. Nabila tampak sesak nafas karena ketatnya pelukan Pak Sakib.

Nabila terpaksa menerima ludah Pak Sakib dan tertelan olehnya. Meski masih mengenakan bra, Pak Sakib dapat merasakan gundukan payuadara Nabila yang semakin mengeras. Ia lepaskan bibirnya dari mulut Nabila dan turun ke leher jenjangnya. Jilatan dan sedikit gigitan lembut mampu melenakan Nabila.

Meski tak sekasar mantan suaminya dan juga Domi, Pak Sakib terlihat melakukannya penuh kelembutan dan amat lambat. Gerakan Pak Sakib memang lambat, namun mampu memacu birahi Nabila. Gerakan kedua tubuh anak manusia berbeda usia tersebut semakin memanas.

Pak Sakib ingin malam itu ia melaksanakan kewajibannya kepada Nabila sebagai syarat syahnya sebagai suami istri. Bra yang masih melekat di dada Nabila dirasa Pak Sakib membuatnya tak nyaman. Tangannya bergerak ke punggung Nabila dan melepas pengaitnya.

Benda yang menutup dada Nabila terlepas dan terbukalah dua bukit salju yang amat menakjubkan. Putingnya mulai mengeras menandakan pemiliknya sudah amat bergairah. Dinding putih payudara Nabila digigit perlahan oleh gigi tongos Pak Sakib. Nabila hanya mampu memejamkan matanya. Cupangan merah didinding payudaranya semakin banyak.

Air ludah Pak Sakib membasahi kulit putih di sekitar leher dan buah dada Nabila. Seperti bayi yang baru lahir tampak Pak Sakib mengemuti buah dada Nabila. Ia menyusu pada wanita muda yang kini jadi istrinya. Pak Sakib amat puas akan penerimaan Nabila yang tak menampakan penolakan.

Meskipun udara pengunungan amat dingin namu di dalam kamar tersebut amat berbeda. Kedua tubuh anak manusia ini penuh dengan keringat yang keluar dari pori pori keduanya akibat aktifitas yang mulai memanas. Pak Sakib kini melupakan istrinya Mak Sanah yang tidur kedinginan di kamar belakang rumah peristirahatan tersebut. Ia sedang berasik masyuk dengan wanita muda yang cantik dan kaya anak majikannya.Tak ada yang salah dengan keduanya, apalagi kini keduanya sudah jadi suami istri yang tentu saja menunaikan hak dan kewajiban sebagaimana ketentuannya.

Tubuh Nabila tergolek pasrah diatas ranjangnya,menunggu perlakuan selaqnjutnya dari Pak Sakib suami sementaranya.Tubuhnya diarasakan Nabila amat panas dan ingin cepat melalui malam itu bersama Pak Sakib.Nabila merasakan dibawah pusarnya sudah basah oleh lelehan cairaqn pelumas yang keluar dari dalam tubuhnya.Ia sudah siap menerima apapun yang dilakukan Pak Sakib sebagai suaminya.

Pak Sakib melepaskan baju yang ia kenakan berikut kain sarung yang ia pakai. Dari siang tadi ia sudah berniat malam ini akan melaksanakan kewajibannya. Malam malam sebelumnya ia takut akan membuat Nabila marah dan mengadukan pada oarangtuanya.Namun keakraban dan kedekatan mereka beberapa hari ini menjadikan Pak Sakib yakin akan mampu menunaikan kewajibannya.

Ia juga mengerti Nabila sudah paham tentang hak dan kewajiban sebahgai suami istri di dalam kamar. Atas pemikiran itulah Pak Sakib kini bersiap melaksanakannya. Nabila bukanlah wanita kemaren sore yang tidak tahu apa yang akan ia lakukan malam ini. Meski awalnya ia bertekad tak akan mau disentuh apalagi bersebadan dengan Pak Sakib yang kini telah jadi suaminya.

Setelah ijab kabul hari itu, Nabila membaca ulang buku nikah juga syarat syah pernikahan. Perlahan hatinya terbuka dengan harus menerima Pak Sakib menggaulinya untuk syarat syahnya pernikahan. Apalagi selama beberapa hari di desa itu ia mendapat banyak hal hal positif tentang kegigihan Pak Sakib bekerja pada oarangtuanya dan ketekunannya memelihara semua yang dipercayakan orangtuanya.Pekerjaan Pak Sakib tak sebanding dengan apa yang diterimanya selama ini.

Dengan keterbelakangan pendidikannya ia mau saja menikah hanya untuk beberapa hari saja dengannya. Padahal hal ini amat hina jika dilakukan laki laki dan sebagai cemoohan orang orang. Pak Sakib amat baik, jarang ada orang sebaik dirinya untuk saat ini. Orang orang zaman kini semua berpikir atas dasar materi dan keuntungan pribadi. Pak Sakib amat jauh dari itu semua dan selama 2 hari tidur sekamar dan seranjang dengannya, Nabila melihat Pak Sakib memegang teguh janji dengan tidak menyentuhnya.

Pada malam kedua kemarin, Nabila terbangun dan dengan iba melihat laki laki tua pincang yang kini jadi suaminya itu tertidur pulas di sampingnya.Timbul rasa kemanusiaanya, apa yang membedakannya dengan orang ini.

Nabila juga salut dengan Mak sanah istri Pak Sakib, mak Sanah mengizinkannya menikah dengannya tanpa rasa cemburu sedikitpun.Cara pandang yang dialami Nabila selama ini amat penuh dengan hal hal kepalsuan.Mungkin karena kekayaan,ketampanan dan juga segala hal materi keduniaan semata.Malam itu Nabila berpikir dan matanya sulit tidur,akhirnya ia menemukan jawabannya.

Tak ada salahnya ia menerima Pak Sakib sebagai suaminya dan melaksanakan kewajiban. Di ranjang yang empuk dan luas di kamarnya, dua tubuh manusia terus bergulat dan saling membelai. Nabila tak lagi jijik menerima kuluman lidah Pak Sakib. Dengan sepenuh hati ia layani keinginan dasar suaminya itu. Pak Sakib dengan gerakan lambat dan penuh kegugupan berusaha melepas celana piyama Nabila.

"Pak…jangan takut Pak,Neng, tak marah koq" bisik Nabila di telinga Pak Sakib.
Mendengar kata kata itu semakin memantapkan langkah Pak Sakib. Tak sulit untuk melepas celana yang sedang dikenakan Nabila karena sepenuhnya dibantu pemiliknya lepas dari tubuhnya. Tangan tua Pak Sakib menarik lepas celana panjang Nabila.

Celana itu ia letakkan di bawah ranjang, kini ia saksikan Nabila hanya memakai celana dalam putih yang sudah basah di tengahnya. Pak Sakib amat tahu Nabila sudah siap untuk ia gauli. Perlahan dan amat lambat tangannya berusaha melepas kain kecil penutup Nengng vagina wanita cantik istrinya. Kain kecil penutup terakhir ditubuh Nabila lepas.

Meski basah namun wangi cairan pelumas kemaluan Nabila tak membuat Pak Sakib jijik. Ia ciumi kain kecil yang ia pegang lalu ditaruhnya di lantai dekat kumpulan penutup tubuh Nabila yang lain. Nengng basah Nabila dipenuhi oleh bulu bulu halus yang tertata rapi. Tanpa jijik sedikitpun Pak Sakib menjilat lelehan cairan dari Nengng Nabila.
"mmm..Pak……mm,,,,,ampumm…mmm" dari mulut Nabila keluar keluhan dan engusan berat nafasnya menahan nafsu birahi yang menderanya.
"tenang Neng….jangan terlalu gelisah". bisik Pak Sakib di telinga Nabila "Bentar lagi ,,,,bapak sedang bikin Neng nyaman" terang Pak Sakib.

Erangan dan dengusan dari mulut Nabila semakin membuat Pak Sakib yakin akan usahanya. Dengan intens ia jilati klitoris di lepitan kemaluan istrinya ini. Kedua jarinya juga cukup gesit memilin-milin puting susu Nabila. Nabila semakin bertambah tak kuasa menahan nikmat birahi yang mendera pusat kemaluannya. Terasa dari dalam tubuhnya akan keluar berjuta getaran aliran larva.

Tak lama tubuh Nabila mengejang, kedua tangannya menarik rambut Pak Sakib yang memutih, ia terkam dengan tangannya seolah memberikan tanda ia menyonsong orgasme dengan sangat kuat. Pak Sakib tetap bertahan di Nengng sanggama Nabila yang sudah melelehkan air orgasmenya.

Kedua paha Nabila menjepit kepala Pak Sakib yang masih bisa bertahan dan menghisap hingga tandas cairan cinta yang keluar dari Nengng Nabila. Tubuh Nabila semakin melemah setelah mendapatkan puncak kenikmatannya.Perlahan kedua pahanya mengendur dan melepaskan kepala Pak Sakib.

Begitu juga kedua tangannya kini semakin terbuka, keringat membasahi kulitnya yang putih mulus. Dari dahi dan leher juga dada Nabila basah oleh keringat. Malam ini adalah malam pertamanya bersama Pak Sakib. Nabila sangat puas mendapatkan saluran pelampiasan birahinya yang terpendam selama ini.

Hanya dengus nafasnya yang naik turun teratur terlihat dari gerakan bukit buah dadanya. Pak Sakib bangun menjauh dari Nengng cinta Nabila yang sudah ia bersihkan dengan lidahnya. Ia berusaha mencari air minum, air ia tuangkan kedalam gelas dan berikan pada Nabila.Nabila menerimanya, lalu langsung meminum air yang diberikan Pak Sakib.
"terima kasih Pak," kata Nabila

Pak Sakib mengangguk dan turun dari ranjang, Nabila kini tergolek lemah. Rupanya Pak Sakib sedang melepaskan celana dalam yang ia pakai. Kini terlihat kemaluannya yang hitam sudah tegak. Sebelum naik ke ranjang Pak Sakib lebih dahulu meminum air dari sebuah mug yang ia siapkan dari siang tadi.

Dalam mugnya itu berupa air kelapa muda dicampur telur bebek dan air tebu sebagai minuman penambah daya tahan untuk bersetubuh. Minuman yang ia bawa telah dihabiskan dan kini Pak Sakib sudah berada di atas ranjang kembali bersebelahan dengan Nabila. Nabila tak berani melihat kemaluan Pak Sakib yang terlihat pendek namun besar. Lebih besar dari milik Dicki mantan suaminya namun ia ingat hampir sama dengan milik Doni, bedanya milik Doni tak disunat.

Di sekeliling batang Pak Sakib ditumbuhi bulu bulu kasar yang agak jarang. Pikiran Nabila seperti dipermainkan oleh sensasi dari dalam khayalannya. Tiba tiba Pak Sakib mengulum bibirnya beberapa saat. Dalam kebimbangan pikirannya, Nabila menerima kuluman dan permainan lidah Pak Sakib. Meski gerakannya tak selincah saat dikulum Dicki juga Domi dulu, gerakan lidah Pak Sakib mampu membuat Nabila terbakar birahi kembali.

Gelombang birahinya kini kembali pulih dan siap untuk disirami kemesraan dari suami sementaranya. Pak Sakib aktif membelai buah dada Nabila yang sudah mengeras dan licin oleh keringat yang kembali keluar dari pori pori kulitnya. Dari kulit tubuh Nabila yang putih nyata sekali kelihatan bilur aliran darahnya. Selain itu kulitnya amat terawat dan amat mempesona.

Pak Sakib amat beruntung saat ini karena malam ini akan merasakan kehangatan tubuh istri sementaranya. Pak Sakib memeperlakukan Nabila seperti seorang putri. Pengalaman dan usia Pak Sakib yang sudah tua mampu memberikan menggiring Nabila untuk menikmati sorga dunia sebagai suami istri. Jari jari Pak Sakib intens memberikan rangsangan dan belaian pada setiap titik titik sensitive di tubuh Nabila. Sapuan lidahnya seolah menambah daya baker birahinya.

Sedikit gerakan Pak Sakib sudah memposisikan diri di antara kedua paha Nabila. Ia buka paha Nabila dengan tangannya. Nabila mengikuti gerakan tangan Pak Sakib yang membuka pahanya. Sedangkan wajahnya ia arahkan ke sebelah kiri dan tutupi dengan kedua tangannya. Nabila tak sanggup menyaksikan suami tuanya akan memasuki dirinya.

Sebagai wanita terpelajar,tak mungkin ia akan meminta minta pada laki laki tua itu.Jauh di lubuk hatinya ada peperangan antara birahi dan kewajiban sebagai istri. Namun rasa birahi di dalam sanubarinya telah mengalahkan egoisme pribadinya. Kini ia bersiap menyerahkan dirinya pada laki laki tua yang selama ini ia anggap sebagai pembantu keluarganya itu memasuki organ intim miliknya.

Detak suara jam malam itu mengiringi gerakan Pak Sakib yang menuntun kemaluannya menuju gerbang kemaluan Nabila. Gerakan gugup sebagai laki laki tua menambah sensasi tersendiri bagi Nabila. Nabila semakin memalingkan wajahnya sambil memejamkan matanya. Perlahan kepala kemaluan Pak Sakib mulai menyentuh pintu kemaluannya. Tapi Pak Sakib menarik kemaluannya kembali karena tak leluasa dengan posisi Nabila saat itu. Diambilnya sebuah bantal lalu di letakkan di bawah pinggang Nabila.

Kedua paha Nabila ia buka dan tekuk ke arah pinggangnya. Posisi seperti itu sangat bagus bagi Pak Sakib, namun merupakan siksaan bagi Nabila. Namun Nabila tidak protes karena posisi itu belum pas bagi mereka berdua, apalagi Pak Sakib tak begitu tahu posisi posisi sanggama yang baik. Maklum sebagai orang kampung jauh dari informasi tentang hubungan badan yang baik.

Pak Sakib bersiap memasuki pintu rahim Nabila.Detik detik amat mendebarkan bagi Nabila. Dengan perlahan kepala kemaluan Pak Sakib mulai memasuki bibir kewanitaan Nabila. Nabila merasakan gatal dan geli di organ kewanitaannya itu. Tampak Pak Sakib berusaha mendorong kemaluannya untuk masuk terus. Dari ujung kepala kemaluannya Pak Sakib merasakan hawa hangat kemaluan Nabila.
"ah,,,ghr,,,aduh,,,uhm, ugh,,,Pak…mm,,,,Neng gak kuat Pak!" lirih suara Nabila saat dimasuki Pak Sakib.

Kemaluan Pak Sakib masuk dengan perlahan dan dengan gerakan lambat hingga seluruh batang kemaluan laki laki tua itu bersarang di Nengng kewanitaan Nabila. Moment masuknya kemaluan Pak Sakib dirasa Nabila sedikit nyilu karena itu ia sempat menahan bahu Pak Sakib.

Namun kini semua sudah amblas kedalam dirinya dengan lancar. Memang kemaluan Nabila sudah tak perawan lagi namun yang dirasa Pak Sakib Nengng itu masih amat sempit. Sebelumnya Pak Sakib kuatir akan membuat Nengng Nabila berdarah karena diameter kemaluannya yang besar. Namun karena Nengng itu pernah dimasuki milik Domi maka kini tak ada masalah.

Nabila masih memejamkan matanya. Pak Sakib mendiamkan dirinya saat itu dan kedua tubuh anak manusia berlaianan jenis dan usia itu telah menyatu. Dari dekat Pak Sakib menyaksikan Nabila tergolek pasrah dan memejamkan matanya. Kuluman sesaat di bibir Nabila oleh Pak Sakib membantu Nabila memulihkan rasa percaya dirinya.

Kini keduanya sudah menyatu, keringat sudah bercampur begitu juga organ kelamin keduanya juga sudah saling mengait. Dengus nafas berat Nabila semakin keras ketika Pak Sakib menarik kemaluannya dari Nengng cinta istrinya. Perlahan keluar lalu masuk lagi dengan gerakan lambat. Nabila merasakan bersebadan dengan Pak Sakib amat penuh perasaan. Tidak seperti mantan suaminya Dicki yang selalu terburu buru dan kasar, begitu juga saat bersama Domi yang suka cepat tanpa merasakan keinginan wanita dewasa seperti dirinya. Gerakan Pak Sakib semakin cepat dan berkualitas.

Tak lama Nabila kembali orgasme. Ia angkat kepalanya dan gigit bahu suaminya itu dengan kuat. Perbuatan Nabila itu menandakan wanita ini mendapatkan kenikmatan sexual yang eksplisit. Perbuatan Nabila yang mengigit bahunya dibiarkan Pak Sakib. Lelaki tua itu tetap saja menghujamkan batang kemaluannya kedalam Nengng sanggama istrinya. Nabila sudah merasakan kecapaian karena 2 kali mendapatkan orgasme tapi Pak Sakib belum juga menyudahi permainan ranjangnya. Ramuan yang ia minum tadi sebelum berhubungan dengan Nabila terasa manfaatnya.

Nabila sudah kepayahan menahan sesak di dalam kewanitaanya. Di saat Nabila kembali merasakan orgasme kembali, Pak Sakib menumpahkan air cintanya untuk membasahi rahim Nabila. Karena cukup banyak sperma yang ditumpahkan ke dalam Nengng sempit itu, sebagian tumpah membasahi bantal yang menyangga pinggang Nabila. Pak Sakib ingin membuahi rahim Nabila dengan bibitnya.

Namun tanpa ia ketahui Nabila sudah memasang alat Kb suntik sebelum ia nikah untuk sementara itu. Nabila amat pintar dan cerdas ia sudah memikirkan hal yang tak bisa ia tolak nantinya. Tubuh basah Pak Sakib jatuh menimpa kulit mulus Nabila. Memang aroma keringat laki laki itu amat menyengat namun karena ia adalah suami sementaranya, maka Nabila tak memedulikannya.

Kini ia sudah menjalankan kewajibannya, selain itu birahinya juga telah tersalurkan setelah sekian lama tak didapatnya. Kini tinggal beberapa hari lagi ia akan diceraikan Pak Sakib. Akibat kecapaian selama berhubungan tadi, Nabila dan Pak Sakib tertidur dengan berpelukan. Tampak rona wajah kepuasan di wajah Pak Sakib begitu juga Nabila. Pagi harinya Nabila terbangun dengan tubuh sangat lunglai dan capai. Di samping meja kecil kamarnya terhidang sepiring nasi goreng dan segelas susu berikut telur setengah matang. Tak lama kemudian Pak Sakib masuk kamar dengan langkah terhuyung karena kakinya memang pincang.
"Neng…makan dulu….biar tenaga kembali fit" terang Pak Sakib.
Saat Nabila akan bangun dari berbaring, ia baru sadar belum mengenakan apa apa, tubuhnya masih telanjang bulat. Dengan malu ia tutupi tubuh putihnya dengan selimut.
"Pak tolong ambilkan handuk saya," pinta Nabila.

Dengan tertatih Pak Sakib mengambil handuk yang berada dekat kamar mandi. Handuk ia berikan pada Nabila. Setelah menutupi tubuh telanjangnya, ia masuk kekamar mandi. Pak Sakib memperhatikan tubuh yang ia gauli malam tadi dengan seulas senyum.

Sementara Nabila di dalam kamar mandi, Pak Sakib membersihkan kamar Nabila. Sprei yang masih belepotan sperma dan bau keringat keduanya diganti Pak Sakib. Begitu juga onggokan pakaian Nabila juga celana dalamnya ia kumpulkan. Semua kain kotor itu ia bawa keluar kamar untuk dicuci. Pagi itu Pak Sakib bekerja sendirian, Mak Sanah istrinya sejak kemaren berada di rumah anaknya di kampung sebelah karena cucunya sedang sakit.

Setelah mandi dan merasakan tubuhnya segar, Nabila mengenakan pakaiannya. Ia belum keluar kamar, namun masih makan makanan yang dimasak Pak Sakib pagi itu. Dengan lahap ia santap nasi goreng juga telur setengah matang yang disediakan Pak Sakib. Sarapan pagi yang disiapkan Pak Sakib seketika dapat mengembalikan tenaganya yang terkuras habis karena bersebadan dengan Pak Sakib.

Nabila merasakan kini tubuhnya segar dan bugar kembali. Dengan mengenakan tshirt longgar ia keluar kamar dan duduk di teras rumah peristirahatan milik orangtuanya. Sambil memandang alam pebukitan yang diselubungi embun pagi. Sungguh amat menakjubkan keindahannya. Ingin rasanya Nabila berlama lama di desa ini, namun minggu depan ia sudah harus kembali ke kota, selain masa izinnya sudah habis juga pekerjaan yang harus ia laksanakan. Kini tinggal 3 hari lagi ia di desa ini dan hanya 3 hari itu juga Pak Sakib harus menceraikannya untuk selanjutnya Nabila bisa kembali menikah dengan Dicki.

Puas memandang alam sekitarnya, Nabila beranjak ke dalam rumah. Ia memanggil Pak Sakib untuk diajaknya ke pasar karena ada yang akan ia beli. Dengan alasan pekerjaan di perkebunan yang belum beres, Pak Sakib menolak ikut ke pasar. Nabila berangkat sendiri dengan mobilnya yang sebelumnya telah ia panaskan.

Selama di pasar Nabila membeli keperluan dapur untuk seminggu dan tak lupa membelikan celana dalam untuk Pak Sakib karena ia sempat melihat celana dalam laki laki itu sudah robek dan warnanya yang sudah berubah. Selain pakaian dalam ia juga membelikan wewangian agar tubuh Pak Sakib tak lagi bau saat bersamanya. Tadi malam Nabila merasakan kurang begitu menikmati hubungan dengan Pak Sakib karena aroma tubuhnya yang kurang sedap.

Selesai berbelanja Nabila pulang kerumah dengan bawaan yang cukup banyak. Di rumah Nabila tinggal sendirian karena Mak sanah belum kembali karena sedang berada di rumah anaknya, begitu juga Pak Sakib sedang ke perkebunan. Siang setelah masak seadanya, Pak Sakib pulang dengan sepedanya. Ia sudah melihat mobil Nabila sudah berada kembali di dalam garasi. Setelah menutup pagar rumah, laki laki itu masuk ke dalam rumah.

Di dapur ia saksikan sudah terhidang makanan yang dimasak Nabila. Namun Nabila tak terlihat saat itu. Pak Sakib masuk ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya yang penuh keringat dan kotoran saat di kebun.

Setelah berpakaian seadanya, ia keluar kamarnya. Nabila belum juga ia lihat, laki laki itu berjalan menuju ke kamar Nabila. Pintu tertutup namun tak terkunci. Tampak olehnya Nabila terbaring di atas ranjang tertidur sendirian. Pak Sakib tak ingin mengganggunya, dengan tangannya ia selimuti tubuh istri sementaranya itu. Saat Pak Sakib berbalik, ia dipanggil Nabila yang terbangun karena diselimutinya.

"kemana Pak?" tanya Nabila sambil duduk di sandaran ranjangnya.
"Eh,,,dah bangun Neng?" tanya Pak Sakib.
"sudah Pak,apa Pak Sakib sudah makan?" tanya Nabila, “kalau belum ayo kita makan bersama!" ajaknya.

Dengan langkah terseok seok Pak Sakib mengikuti Nabila yang berjalan mendahuluinya.Di meja makan dekat dapur rumah mereka makan siang bersama. Dengan lahap keduanya makan dan berbincang mengenai situasi perkebunan. Pak Sakib berpesan nanti jika Nabila sudah ke kota sebaiknya Nabila dan Dicki sering datang melihat perkebunannya.

Nabila menyanggupi saran dan nasehat laki laki tua itu. Pak Sakib amat baik dan dirasakan Nabila cukup perhatian pada pekerjaan dan tanggung jawab sebagai orang kepercayaan orangtuanya. Siang sehabis makan siang bersama Nabila, ada saja yang akan dikerjakan Pak Sakib. Namun Nabila melarang laki laki itu yang akan menyapu sekeliling rumah.

Ia kasihan melihat langkah Pak Sakib yang terseok seok dalam berjalan. Pak Sakib akhirnya tak jadi membersihkan halaman rumah. Di dalam rumah Nabila merasakan tubuhnya sedikit pegal. Dengan tangannya sendiri ia urut bahunya yang terasa berat.Pak Sakib menyaksikan Nabila yang kecapaian,

"Neng…biar bapak pijit ya?" kata Pak Sakib.
Nabila pun tak keberatan jika dipijit laki laki suami sementaranya itu. Di lantai beralaskan karpet, ia duduk membelakangi Pak Sakib. Pijatan Pak Sakib amat enak dirasakannya. Selain rasa nikmat dipijat, ia juga merasakan pergerakan arus birahinya. Entah kenapa sejak ia berhubungan badan malam tadi, Nabila merasakan dirinya seolah amat membutuhkan Pak Sakib. Tanpa ia harapkan kini Pak Sakib menempati tempat tersendiri dalam relung hatinya. Dengan pijatan pijatan yang terus menerus, ia semakin terlena.
"Pak…Neng…ngantuk…Neng ke kamar dulu ya Pak?" sahut Nabila.

Pak Sakib menghentikan pijatannya lalu berdiri. Ia bimbing tangan Nabila menuju kamar wanita itu. Di dalam kamar Nabila langsung membaringkan tubuhnya di ranjang. Pak Sakib berjalan keluar kamar dan mengunci pintu rumah dari dalam. Tak lama kemudian ia pun masuk ke kamar Nabila.

Sebagai laki laki yang sudah makan asam garam sifat wanita, ia amat mengerti bahasa isyarat dari Nabila tadi. Kini Pak Sakib sudah berada dikamar Nabila. Ia kunci pintu kamar dan duduk di samping ranjang Nabila, wanita muda yang cantik itu terlihat tertidur, namun ia tahu Nabila hanya pura pura tidur.

Pak Sakib berusaha melepaskan pakaian yang ia kenakan. Pertama ia buka baju koko kusamnya lalu celana panjang yang terlihat sudah usang. Kini Pak Sakib hanya bercelana dalam saja. Sambil bertelanjang dada ia naiki ranjang tempat Nabila berbaring. Pak Sakib berbaring di samping Nabila dan meraih tangan halus wanita itu.

Tangan Nabila ia ciumi dan bawa ke arah dadanya. Nabila membuka matanya karena gerakan Pak Sakib yang membangunkannya. Nabila memang tak menolak perlakuan Pak Sakib. Laki laki tua itu juga mulai nakal, tangan Nabila ia bawa masuk ke dalam celana dalamnya. Nabila kaget karena tiba tiba ia merasakan memegang tonggak keras yang mulai bergerak hidup. Amat besar untuk ukuran pergelangan tangannya.

Meski mereka pernah bersebadan namun Nabila tak pernah memegangnya. Kini tangan halusnya mulai mengenggam batang kemaluan Pak Sakib. Perasaan Nabila semakin bercampur baur karena itu kali pertama sejak menikah dengan Pak Sakib ia memegang kemaluan laki laki. Pak Sakib berbisik,
"Neng….apa punya bapak ini masih Neng butuhkan? jika tidak besok Bapak akan ceraikan Neng."
Ditanya seperti itu Nabila terkejut karena Pak Sakib sudah bersiap menceraikannya.
"Pak….Neng gak bisa jawab sekarang, yang penting Neng melakukan kewajiban Neng pada bapak…." jawab Nabila.
Pak Sakib terlihat termenung meresapi kata kata Nabila. Tanpa diminta Pak Sakib bergerak menciumi bibir Nabila.
"mmmhmmmm,,,,,,cccccppppp….ahhhhhhh," bunyi pertemuan bibir mereka.

Tangan Pak Sakib ikut aktif merabai buah dada Nabila. Nabila kini telah menerima perlakuan Pak Sakib dengan ikut membalasnya. Kedua anak manusia berlainan usia dan status itu semakin bebas saling meraba. Nabila tak terlalu kaku lagi disaat ia juga aktif menciumi dan menggigit dada Pak Sakib.

Tanpa ada kata yang terucap kedua anak manusia yang sedang berasik masyuk. Tak membutuhkan arahan, Pak Sakib semakin mahir membukai pakaian Nabila dengan cepat. Baju dan celana panjang berikut bra dan celana dalam Nabila terlepas dari tubuh tuannya. Pak Sakib dengan sigap melepas celana dalamnya. Nabila juga sudah tak malu lagi menggenggam batang kokoh milik suami sementaranya itu. Tak diminta oleh Pak Sakib, Nabila ikut membantu mengarahkan kemaluan suaminya itu menuju Nengng rahim miliknya yang sudah basah.

"Ugh...uh,,uh,,uh,,terus pak..terus pak!" lirih suara Nabila meminta Pak Sakib agar segera mendorong kemaluannya memasuki dirinya.
Karena usianya yang memang sudah lanjut, Pak Sakib berusaha mengimbangi nafsu Nabila. Namun secara perlahan dan penuh penghayatan, sikap tenang dan gerakan yang teratur itulah yang membuat Nabila menyukai gaya bercinta Pak Sakib. Tak butuh waktu lama, Nabila mendapatkan orgasmenya
“Uugh,,ugh,,,aduh,,,pak,,,ampun,,,,duhhh!!" dengus nafasnya yang berat.

Tangan Nabila mencengkram lengan laki laki tua itu. Tubuhnya menegang dan kedua kakinya menjepit pingang Pak Sakib. Pak Sakib berusaha sekuat tenaganya untuk memberikan pelayanan terbaik pada Nabila. Sebagai suami ia wajib memuaskan hasrat istrinya itu. Kedua tangan Pak Sakib berusaha menggapai buah dada istrinya yang sudah basah mengkilap oleh keringat keduanya yang bercampur.

Akhirnya Pak Sakib mempercepat gerakannya hingga mendorong kemaluannya ke dalam rahim Nabila sedalam mungkin. Pak Sakib memberikan rasa nikmat persetubuhan itu pada Nabila dengan menumpahkan bibit yang akan membuahi rahim istrinya yang cantik itu.

Tubuh Pak Sakib ambruk di atas tubuh Nabila. Keduanya berpelukan dengan sangat erat. Puas dengan persenggamaan barusan, tubuh keduanya berusaha lepas. Kemaluan Pak Sakib mengecil dan lepas dari Nengng sanggama Nabila. Tubuhnya jatuh ke samping Nabila dan tertidur. Karena kecapaian keduanya tertidur beberapa jam.

Tengah malam keduanya terbangun karena hujan yang turun dengan derasnya disusul rasa lapar yang mendera. Pak Sakib bangun dari ranjang dan meraih sarung yang berada di kamar Nabila. Laki laki itu tak mengenakan pakaian dalamnya.

"Neng mau makan?" tanya Pak Sakib pada Nabila.
Sambil berkata perutnya juga lapar, Nabila juga bangun dan mengenakan kembali celana dan baju piyama. Ia tak mengenakan apapun untuk menutupi kemaluan dan buah dadanya yang masih lengket oleh ludah dan lendir di kemaluannya. Pak Sakib menggandeng tangan Nabila keluar kamar untuk makan.

Nabila mengikuti genggaman tangan Pak Sakib yang berjalan di depannya. Sampai di ruang makan Nabila dibantu Pak Sakib membuka lemari dan meletakkan makanan yang akan mereka makan. Dalam sekejap keduanya makan dengan lahap. Sesekali pandangan mereka beradu dan keduanya tersenyum.

Perut keduanya sudah kenyang dan kembali membereskan meja makan. Sambil bergandengan tangan kembali keduanya masuk kamar. Pak Sakib sempat membelai rambut anak rambut Nabila. Nabila menurut saja rambutnya dibelai Pak Sakib lalu dicium laki laki tua itu. Pasangan itu akhirnya merebahkan tubuhnya dan saling bercengkrama tak kalah dengan penganten muda usia. Sesekali tangan nakal Pak Sakib meraih buah dadanya yang tak berpenutup di dalamnya.

Tiba tiba tangan Pak Sakib menarik tangannya dan membawa tangan Nabila ke selangkangannya. Meski sebelumnya Nabila pernah merasakan tongkat ajaib Pak Sakib, namun setiap ia menggenggamnya ada desir aneh dalam dirinya. Namun selagi itu milik suaminya Nabila tak memperdulikannya. Ia pegang dan genggam benda yang mulai mengeras dan siap memasuki dirinya.

Puas memilin dan merabai dada Nabila, Pak Sakib turun ke arah organ intim wanita cantik ini. Jari tengahnya mencari klitoris yang terletak di celah Nengng sanggama wanita muda ini. Tubuh Nabila terlonjak menikmati sentuhan jari tangan Pak Sakib. Nengngnya mulai basah dan seluruh pori porinya mengeluarkan keringat. Tak ada kata di antara kedua anak manusia ini, keduanya berusaha saling memberikan kenikamatan pada pasangannya.

Pak Sakib memposisikan dirinya di antara kedua paha mulus yang ditumbuhi bulu bulu halus milik istrinya. Tak butuh waktu lama, kepala kemaluan Pak Sakib mulai meretas masuk ke dalam Nengng cinta Nabila.
"Ugh,,,uh,,uh,,uh,,aduh,,Pak….terus,,,pak...uh!" Nabila mendesah lirih.

Pak Sakib terus memaju mundurkan kemaluannya di dalan kemaluan Nabila. Sambil memaju mundurkan kemaluannya, tangan Pak Sakib meraih buah dada Nabila yang selalu memancing niatnya untuk merabanya. Dada Nabila cukup indah,selain putih juga dihiasi kalung emas yang berinisial ‘A". Tangan tua Pak Sakib intens memilin dan merabainya mengikuti gerakan kemaluan Pak Sakib yang maju mundur.

"ugh,,,,uh,,,Pak!" tubuh Nabila mengejang dan tangannya mencengkram tangan Pak Sakib.
Ia bangun dan mengigit dada Pak Sakib karena gelombang dasyat orgasmenya. Puas dengan orgasmenya, ia melepaskan tubuhnya dari pelukan Pak Sakib dan menelentangkan tubuhnya ke ranjang. Keringat kedua anak manusia ini sudah banyak dan membasahi kain sprei. Beberapa menit kemudian Pak Sakib pun mulai memuntahkan air pembuat bayinya didalam kemaluan istrinya itu.
"Uh,,,,uh,,uh,,,gh,,gh!" dengus Pak Sakib.

Tubuh pria tua itu rebah di atas tubuh Nabila. Keduanya akhirnya tertidur karena letih bersanggama. Pagi hari Pak Sakib masih terbaring disamping Nabila.Pak Sakib merasakan puas karena ia dan Nabila sudah melalui syarat syah sebagai suami istri. Saat Pak Sakib terbangun, Nabila juga bangun. Keduanya sepakat mandi bersama di kamar mandi kamar Nabila. Dengan bersemangat Pak Sakib menyabuni tubuh Nabila dan sesekali ia raba payuadara istrinya.

Di kamar mandi pagi itu, keduanya kembali melakukan persebadanan singkat. Kembali Pak Sakib yang orang desa dan pincang itu, berhasil membasahi rahim Nabila dengan spermanya. Hampir selama seharian di hari itu mereka berdua melakukan hubungan sex dengan sangat panas. Berbagai gaya telah mereka praktekan.

Pak Sakib yang awalnya hanya tahu gaya konvensional, akhirnya mengetahui gaya gaya seni bercinta yang lain dari buku buku yang dibawa Nabila. Nabila pun kini menikmati sentuhan dan siraman air cinta dari Pak Sakib. Namun ada sesuatu yang tak mungkin ia ceritakan pada siapapun termasuk Dicki kelak, mulai saat malam ia bersebadan dengan Pak Sakib, ia merasakan ada sesuatu yang berbeda.

Ia mulai mencintai Pak Sakib, jujur ia juga menyukai sifat dan rasa toleransi laki laki itu padanya. Nabila juga merasakan kepuasan yang tidak ia temukan saat berhubungan badan dengan Dicki mantan suaminya juga Domi. Rasa kebapakan dan mengayomi yang dimiliki laki laki tua itu.

Akhirnya hari kelima itu Nabila rela menerima talaq dari Pak Sakib. Sebelum Pak Sakib menjatuhkan talaq, malam hari Pak Sakib dan Nabila masih sempat melakukan hubungan badan. Semua kejadian yang dialami Nabila bersama Pak Sakib tidak diketahui oleh keluarga Nabila.

Kedua anak muda pasangan yang serasi ini kembali bersatu. Sebagai pasangan suami istri tentu saja keduanya melakukan hubungan suami istri, Dicki selalu mendapatkan kepuasan saat bersama Nabila. Namun tidak bagi Nabila, semenjak merasakan berhubungan dengan Pak Sakib, ia seolah sulit melupakan sosok laki laki itu.

Meski kakinya cacat, namun untuk urusan ranjang dan sikap pada wanita Dicki bukanlah apa apa. Kini Nabila hanya menjalankan kewajiban sebagai istri saja pada Dicki, namun jauh dilubuk hatinya ia amat merindukan kehadiran Pak Sakib. Waktu berlalu dan bulan demi bulan berjalan hingga penantiannya terwujud.

Saat Dicki harus diopname di rumah sakit karena typus, Nabila bertemu Pak Sakib yang sedang ke rumah orang tua Nabila memberikan laporan tentang perkebunan yang ia awasi. Nabila meminta Pak Sakib menjaga rumahnya dan menunggui suaminya dirawat inap di rumah sakit.

Apalagi Nabila cukup sibukan oleh pekerjanya, jadi ia tak bisa menjaga Dicki di siang hari penuh. Nabila hanya menyempatkan ke rumah sakit saat makan siang dan malam sehabis membesuk suaminya ,Nabila dengan ditemani Pak Sakib pulang ke rumah.


Pak Sakib turun dari mobil dan membuka pagar rumah, Nabila pun memasukan mobilnya ke dalam garasi. Sampai dalam rumah, Pak Sakib pun langsung masuk ke kamar khusus tamu. Sedangkan Nabila masuk ke kamarnya membersihkan tubuhnya. Malam itu Nabila mengetuk pintu kamar Pak Sakib mengajak laki laki tua itu makan malam.

Dia keluar kamar hanya mengenakan sarung dan baju kaos biasa. Tanpa sungkan karena sudah terbiasa, Pak Sakib menuju meja makan bersama Nabila. Di meja makan sudah disiapkan Nabila makanan dan buah-buahan. Sambil makan keduanya asik ngobrol berbagai hal biasa saja. Nabila tak segan sajikan nasi ke piring Pak Sakib, meski berkali kali ia menolaknya.

Selesai makan,Pak Sakib diminta Nabila duduk di ruang tengah tempat biasanya ia dan Dicki nonton televisi. Setelah membereskan meja makan, Nabila pun duduk di samping Pak Sakib yang sedang asik menyaksikan acara televisi. Nabila duduk amat dekat dengan Pak Sakib. Sambil ngobrol ia berusaha memancing Pak Sakib mengingat saat mereka sebagai suami istri sementara. Pancingan awal Nabila seakan tak diacuhkan Pak Sakib sebab laki laki tua itu amat memegang teguh perjanjiannya.

Namun karena Nabila kini sudah berubah dan malah terlihat atraktif pada Pak Sakib. Mungkin karena selama ini Nabila selalu mengekang birahinya yang terpendam. Nabila semakin berani dan memancing Pak Sakib. Semenjak Nabila merasakan kejantanan Pak Sakib mengaduk aduk kemaluannya, ia semakin tak mempedulikan sikapnya itu.

Semua ia lakukan hanya pada Pak Sakib. Nabila semakin berani memegang kemaluan Pak Sakib yang masih tertutup CD dan sarung. Kepalanya disandarkan di bahu Pak Sakib. Berkali-kali Pak Sakib mencoba sadarkan Nabila bahwa kini status mereka sudah berubah dan terlarang. Nasehat itu tak ada gunanya, apalagi Pak Sakib juga laki-laki yang punya gairah dan birahi. Cara seperti itu, pertahanan imannya runtuh. Dia mulai berani meraba dan menciumi pipi Nabila. Rabaannya sampai di payudara indah milik istri Dicki itu. Mendapat balasan dari Pak Sakib Nabila semakin berani, ia tarik tangan laki laki tua itu menuju kamarnya. Dalam kamar yang luas dan dingin oleh hawa AC, keduanya semakin tak terpisahkan.

Tanpa ada banyak kata yang terucap, keduanya sudah sama sama telanjang dan saling meraba juga memilin titik titik sensitif di Nabila. Beberapa kali terdengar lenguhan dan rintihan Nabila yang seolah tak tertolong oleh gelombang birahi yang menyerangnya. Seolah mendapat izin dari Nabila, Pak Sakib mulai meretas jalan bagi kemaluannya memasuki gerbang kenikmatan milik istri Dicki yang dulu pernah ia kawini.

Lenguhan kenikmatan keluar dari mulut mungil Nabila. Tangan tua dan kasar rakus merabai setiap inci kulit mulus yang putih ini. Dingin AC kamar itu kalah oleh panas api birahi dua anak manusia ini. Kedua belum tampak ada yang mengalah.

Pak Sakib terlihat kuat seperti menunggangi kuda. Kepala Nabila miring ke kiri dan kanan mengungkap kenikmatan yang ia rasakan. Malam ini adalah malam yang ditunggu dan dinantinya untuk menlepaskan dendam birahi yang ia pendam selama ini, begitu juga bagi Pak Sakib. Tubuh Nabila selalu membayangi dirinya, kenikmatan bersebadan yang pernah ia rasakan seolah terus mengejar langkahnya.

Kedua tubuh berlainan jenis dan usia itu menemukan pelampiasannya. Mereka sebenarnya berjodoh, tapi karena angkuhnya kehidupan dunia yang materialis dan status sosial yang membelenggu keduanya, maka mereka tak mungkin bersatu secara baik. Sebagai perwujudan dari keinginan keduanya, akhirnya mereka secara sembunyi-sembunyi terus melakukan hubungan terlarang itu tanpa diketahui keluarga besarnya dan masyarakat sekeliling. (cerita bapak)

-TAMAT-

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Wah.. cerita ini kalo di jadikan FILM "KEREN" gila gan!!!

kalo aku produser udah tak jadikan film ini cerita......hahahahah