Senin, 22 September 2014

Perawanku Dijebol oleh Majikanku Pak Raffy

Namaku sebut saja Ningsih (18) aku seorang pembantu rumah tangga di sebuah keluarga kaya raya di jakarta. Pekerjaan ini terpaksa aku lalukan karena aku hanya lulusan SMA dan aku butuh uang untuk membantu ekonomi keluargaku di kampung. Kata orang wajahku lumayan cantik dengan proporsi tubuh tinggi 167 cm dan berat 48 kg. Kulit ku juga bersih dan mulus.

Terus terang aku senang bekerja sebagai pembantu di keluarga Ibu Rini ini. Majikanku penyabar memberi gaji bulanan yang cukup dan memperlakukanku dengan baik. Suami majikanku seorang dokter yang tidak pelit sering memberiku bonus. Wajahnya juga ganteng dan terlihat macho. Sementara Nyonya Rini seorang pengusaha.

Majikanku namanya Pak Raffy berusia 59 tahun. Dia baru pulang kerja dari rumah sakit. Kedua majikanku itu ternyata juga ramah, Pak Raffy juga tampan dan tubuhnya atletis. Hanya beberapa minggu setelah bertemu aku sudah tidak canggung lagi denganya. Aku ngak menyangka kalau akau akan terlibat kisah denganya.

Pagi itu aku dipanggil oleh majikanku. Sampai di ruang kerjanya aku kaget banget karena waktu itu Pak Raffy menatapku tajam. Aku kikuk banget tapi Pak Raffy biasa saja. Aku jadi menundukkan kepala karena tegang.

"Pak Raffy memanggil saya ada apa" tanyaku dengan gugup sambil berusaha untuk tidak melihat tatapan mata majikanku itu.

"Iya tolong.. duduk, aku mau menyampaikan sesuatu." Katanya setelah bangkit dari tempat duduknya.

Dia lalu menepuk bahuku dan berdiri disampingku. Pak Raffy menyampaikan apa yang dia dapat dari bapakku

"Bapakmu tadi jam 7 telepon kebetulan saya yang terima telepon. Bapakmu memberitahu bahwa ibumu sakit dan perlu di operasi segera. Bapakmu ingin pinjam duit kepadaku sebesar 25 juta. Bapak bisa saja meminjamkan Bapakmu duit tapi gajimu saja tidak terlalu besar apa bisa kamu membayarnya."

"Apalagi sampai ibu tahu, ibu tidak bakal memberinya karena kamu kerja disini baru 3 bulan. Bapak bisa meminjamkan duit dan tidak perlu membayar asal kamu mau mengantikan nyonya saat nyonya keluar kota."

"Kamu tahu kalau nyonya sering keluar kota dan kadang dalam jangka waktu yang lama. Kamu saya kasih waktu untuk memutuskan selama 2 hari" Setelah Pak Raffy pergi meninggalkan ruang kerjanya aku lalu keluar dari tempat kerjanya.

Dua hari kemudian saya sekitar jam 2 siang saya terima telfon ternyata dari Pak Raffy yang menelfon dari rumah sakit

"Ning, gimana keputusan kamu menerima tawaranku atau tidak? Tadi Bapakmu telfon dan menanyakan duit yang Bapakmu mau pinjam. Bapakmu perlu uangnya sekarang juga kalau tidak Ibumu bisa meninggal." Sambil menangis saya menjawab
"Saya terima tawaran Pak Raffy tapi saya takut ketahuan Ibu!"
Pak Raffy menjawabnya
"Itu menjadi rahasia kita berdua."
Saya menjawabnya lagi
"Terserah Pak Raffy saja."

Lalu Pak Raffy berkata "Sekarang saya transfer duitnya ke Bapakmu!"

Pada malam harinya, Pak Raffy memanggilku dari kamar tidurnya. Pada hari itu Ibu Rini sedang pergi ke Singapore selama 3 hari. Saat di depan kamar tidur Pak Raffy, saya mengetok pintu dan Pak Raffy megatakan langsung masuk saja.

Pada saat di dalam kamar, saya melihat Pak Raffy sedang menonton film dewasa. Adegan panas yang ada di TV bisa aku lihat dengan jelas menampilkan adegan sepasang pria dan wanita asia yang sedang berhubungan intim di atas ranjang.

Saat itu tubuhku panas dingin menyaksikannya. Setelah Pak Raffy memintaku duduk di ranjang, tanpa sadar aku duduk di tepi ranjang dan justru menonton film dewasa yang baru pertama kalinya aku saksikan itu, sampai lupa ada Pak Raffy disampingku.

Adegan film panas itu membuat tubuhku panas dingin dan tanpa sadar aku lupa diri, tanpa sadar aku meremas-remas buah dadaku dengan tangan kiri sementara tangan kananku merabai selangkanganku sendiri. Kegiatan nonton dan merangsang diri sendiri itu tanpa sadar kulakukan beberapa menit hingga aku tidak tahu kalau Pak Raffy sudah setengah telanjang hanya memakai cd. Tiba-tiba saja merangkul tubuhku dan menarik tubuhku agar bersandar di tubuhnya.

"Bagus ya filmnya.." katanya tiba-tiba yang membuat kaget setengah mati.
Aku jadi malu sendiri. Aku tundukan kepalaku, tubuhku panas dingin dan wajahku waktu itu pasti merah karena malu dan juga karena adegan film itu membuatku terangsang sekali.
"Maaf Pak, saya kaget.." kataku seraya bangkit dan hendak merapikan bajuku.
"Ngak usah, nanti juga di buka…Filmnya khan belum selesai. tanggung temani aku nonton dulu ya" kata nya sambil memegangi tubuhku sambil berusaha meraih buah dadaku.

Bagai kerbau di congok hidungnya aku menurut saja dan kembali menyadar pada tubuhnya, saat itu aku salah tingkah, kikut dan tubuhku serasa panas dingin. Saat itu adegan film menampilkan adegan oral seks yang dilakukan si wanita pada pasangan prianya. Adegan film panas di tambah dengan pak Raffy yang duduk di sampingku tengah sambil meremas-remas buahdadaku yang hanya di tutupi cd membuatku begitu terangsang.

Lalu majikanku itu mendekatkan mukanya hingga mepet dengan mukaku. Dia lalu meraih daguku dan mendekatkan bibirnya ke bibirku.
"Ningsih kamu cantik sekali" katanya dengan lembut.

Saat itu aku tidak tahu harus bagaimana. Pikiranku kacau, seharusnya aku segera berlari keluar dari kamarnya untuk menghindari hal-hal buruk yang akan terjadi tapi bapakku sudah menerima duit dari pak Raffy dan aku harus melayaninya. tapi aku hanya bisa diam dan tubuhku terasa kaku. Akhirnya bibirku di kecup dan di kulum oleh pak Raffy.

Mungkin karena aku sudah terangsang gara-gara nonoton Blue film tadi, aku jadi pasrah dan diam saja waktu tubuhku direbahkannya dan ciumannya sudah pindah ke leherku.
"Ohh..mas.." desahku tanpa sadar waktu tangan kiri majikanku itu mengusap pangkal pahaku dengan rangsangan yang hebat.

Tanpa aku sadari pak Raffy telah melucuti pakaianku. Setelah Bh-ku di lepasnya dia lalu menciumi dan mengulum lembut puting susuku. Aku mendesah dan makin terangsang karena hal itu belum pernah aku rasakan sebelumnya.

Aku mendesad dan mengeliat keenakan saat bibir dan lidah nya menyapu permukaan buah dadaku yang berukuran bra 36B itu. Apalagi saat puting susuku disedot dan di kenyotnya dengan penuh nafsu. Waktu itu aku sudah tidak bisa berpikir sehat yang ada dalam pikiranku adalah aku ingin mersakan kenikmatan. Aku jadi berani lalu menarik handuk yang melilit tubuh pak Raffy hingga terlepas, aku terkejut melihat ukuran alat vital majikanku itu yang begitu besar dan telah berdiri tegak denga gagahnya.

Dia lalu melolosi cenana dalamku dan mengarahkan alat vitalnya di ke arah kewanitaanku. saat ujung senjatanya yang digeser-geserkan di bibir kewaiitaanku aku jadi terangsang hebat. Tapi tiba-tiba aku merasakan sakit saat liang kewanitaanku di terobos oleh kejantanan mas Raffy. Aku merintih dan menjerit kecil saat pak Raffy menarik dan mendorong kepunyaanya itu.

"Aduh pak.., sakit" rintihku.
"Ngak apa-apa..nanti sebentar juga hilang sakitnya." bisiknya di telingaku dengan manja melem-melek merasakan nikmat.
Benar juga katanya, lama lama rasa sakit dan perih dikewanitaanku berangsur-angsur hilang dan kini hanya rasa nikmat yang kurasakan.
"Aaaaahhh…ohhhh" desahku sambil mulai mengoyangkan pinggulku untuk mengimbangi gerakan Mas Raffy.

Saat itu aku tak peduli dan tak memikirkan sama sekali bahwa aku telah kehilangan keperawananku. yang aku inginkan adalah kenikmatan yang semakin nikmat karena mau mencapai puncak. Pak Raffy terus menyetubuhiku sambil bibirnya menngulum-ngulum bibirku. Akupun kini membalas lumatan bibirnya dan permainan lidahnya di dalam mulutku sambil sesekali terus mendesis dan merintih karena sodokan-sodokan kejantanannya di kewanitaanku.

Beberapa menit kemudian seluruh persendian tubuhku serasa menegang.
"Ohhh..pak..Terus pak" desisku tanpa sadar.
Majikanku itupun makin bernafsu dan menyetubuhiku dengan lebih beringas dan makin cepat gerakannya, sampai akhirnya
"Aaaahhhhhh…." dengan lenguhan panjang aku mencapai puncak kenikmatan

Tahu kalau aku telah mencapai puncak, lalu Dia mencabut senjatanya dari liang vaginaku. Kulihat ada percikan darah di batang kemaluannya. Dia lalu memintaku untuk melakukan oral seks seperti yang tadi aku tonton di blue film. Aneh, Aku sama sekali tidak menolakknya dan justru ingin melakukannya. Lalu Pak Raffy merebahkan tubuhnya dengan punggung bersandar di tumpukan bantal.

Sementara aku duduk bersimpuh di atara kedua kakinya. Ukuran alat vitalnya yang besar dan panjang itu rupanya membuatku jadi sangat bernafsu. Aku tidak menyangka kalau aku yang gadis dusun ini memiliki nafsu seks yang tinggio yang sebelumnya tidak aku sadari.

Lalu aku mempraktekkan apa yang tadi aku tonton di Blue film. Ujung Rudal Pak Raffy mulai aku cium dan aku jilati lalu aku masukan ke dalam mulutku dan aku kocok. Majikanku itu mengerang dan mengeliat merasakan nikmat.
"Terus Ning..ohh..ohhh" desahnya.

Aku juga diminta untuk menjilati bagian bawah kemaluannya dan buah zakarnya sedangkan tangganku mengocok batang kemaluannya.

Setelah puas dengan permainan oral seks-ku, aku diminta duduk diatas senjatanya. Permainanpun dilanjutkan dimana aku berada di atas. Kemuadian aku bergoyang naik turun sementara majikanku itu mendekap pantatku dan sesekali mendorongkan pantatnya ke atas mengimbangi goyanganku. Rintihan dan desahanku bersahutan dengan lenguhan Pak Raffy yang tengah berpacu menuju puncak.

Beberapa saat kemudian aku sepertinya akan kembali mencapai puncak dan sepertinya pak Raffy juga. Ia lebih agresif mendorongkan senjatanya ke atas. Tak berapa lama aku kembali menegang dan mencapai puncak lalu di susul dengan teriakan pak Raffy yang juga mencapai puncak.

"Ohhh..ohhh..Ningsih aku keluar sayang..ohhh..ahhh" teriaknya sambil menancapkan pelornya dalam dalam ke liang vaginaku yang masih mendudukinya.
Air mani hangat menyembur membasahi bagian dalam kewanitaanku.

Dengan tubuh kelelahan dan lunglai seolah tak bertulang, aku terkulai diatas dada Pak Raffy yang berbulu dan berkeringat. aku memeluknya erat seolah tidak mau kehilangan dia saat-saat yang penuh nikmat. Sama sekali tidak ada penyesalan meski aku baru saja kehilangan keperawananku.

Pasca kejadian itu, aku sering diajak Pak Raffy mengulangnya. Bahkan dia sering mengajakku main di hotel saat aku pergi belanja di pasar yang sekalian mampir di hotel. Aku merasa puasa bercinta dengan pria tua tersebut.

Tamat

Cerita Pak Mahmud: Aku Hajar Vagina Rekan Kerjanya yang Masih Belia


Namaku Mahmud, umur 59 tahun, sudah berkeluarga dan punya anak dua yang sudah menikah semua. Saya bekerja di sebuah hotel berbintang tiga di kota "B". Seperti kebanyakan orang bekerja yang kadang membuat kita jenuh, untuk mengatasinya aku sering mengunjungi situs CeritaDewasa. Sampai akhirnya aku terobsesi untuk menulis cerita.

Cerita ini berawal dari pulang kemalaman dengan seorang sekretaris teman sekantor di bagian lain, namanya Vivi berperawakan sintal dengan kulit putih dan tinggi badan yang sedang-sedang saja sekitar 165 cm. Sebetulnya Vivi bukanlah tipe orang yang ramah walaupun dia seorang sekretaris, mungkin karena om-nyalah dia ada di posisi tersebut. Oh ya, Vivi juga sudah menikah kira-kira satu setengah tahun yang lalu, dan saya pernah beberapa kali ketemu dengan suaminya.

Pagi itu pada saat jam masuk kantor aku berpapasan dengannya di pintu masuk, seperti biasa kita saling tersenyum dan mengucapkan selamat pagi. Ah lucu juga kita yang sudah kenal beberapa tahun masih melakukan kebiasaan seperti itu, padahal untuk hitungan waktu selama tiga tahun kita harus lebih akrab dari itu, tapi mau bagaimana lagi karena Vivi orangnya memang seperti itu jadi akupun terbawa-bawa, aku sendiri bertanya-tanya apakah sifatnya yang seperti itu hanya untuk menjaga jarak dengan orang-orang di lingkungan kerja atau memang dia punya pembawaan seperti itu sejak lahir.

Mungkin saat itu aku sedang ketiban mujur, tepat di pintu masuk entah apa penyebabnya tiba-tiba saja Vivi akan terjatuh dan refleks aku meraih tubuhnya dengan maksud untuk menahan supaya dia tidak benar-benar terjatuh, tapi tanpa sengaja tanganku menyentuh sesuatu di bagian dadanya. Setelah dapat berdiri dengan sempurna Vivi memandang ke arahku sambil tersenyum, ya ampun menurutku itu merupakan sesuatu yang istimewa mengingat sifatnya yang kuketahui selama ini.

"Terima kasih Pak Mahmud, hampir saja aku terjatuh.""Oh, nggak apa-apa, maaf barusan tidak sengaja.""Tidak apa-apa."

Walau nggak mau mikirin terus kejadian tersebut tapi aku tetap merasa kurang enak karena telah menyentuh sesuatu pada tubuhnya walaupun nggak sengaja, waktu kutengok ke arah meja kerjanya melalui kaca pintu ruanganku dia juga kelihatannya kepikiran dengan kejadian tersebut, untung waktu masuk kerja masih empat puluh lima menit lagi jadi belum ada orang, seandainya pada saat itu sudah banyak orang mungkin dia selain merasa kaget juga akan merasa malu.

Aku kembali melakukan rutinitas keseharian menggeluti angka-angka yang yang nggak ada ujungnya. Sudah kebiasaanku setiap tiga puluh menit memandang gambar panorama yang kutempel dikaca pintu ruanganku untuk menghindari kelelahan pada mata, tapi ternyata ada sesuatu yang lain di seberang pintu ruanganku pada hari itu, aku melihat Vivi sedang memandang ke arah yang sama sehingga pandangan kami bertemu. Lagi, dia tersenyum kearahku, aku malah jadi bertanya-tanya ada apa gerangan dengan cewek itu, aku yang geer atau memang dia jadi lain hari ini, ah mungkin hanya pikiranku saja yang ngelantur.

Jam istirahat makan seperti biasa semua orang ngumpul di EDR untuk makan siang, dan suatu kebetulan lagi waktu nyari tempat duduk ternyata kursi yang kosong ada di sebelah Vivi, akhirnya aku duduk disana dan menyantap makanan yang sudah kuambil. Setelah selesai makan, kebiasaan kami ngobrol ngalor-ngidul sambil menunggu waktu istirahat habis, karena aku duduk disebelah dia jadi aku ngobrol sama dia, padahal sebelumnya aku males ngobrol sama dia.

"Gimana kabar suaminya vi?" aku memulai percakapan"Baik pak.""Trus gimana kerjaannya? masih di tempat yang dulu?""Sekarang sedang meneruskan studi di amerika, baru berangkat satu bulan yang lalu.""Oh begitu, baru tahu aku.""Ingin lebih pintar katanya pak.""Ya baguslah kalau begitu, kan nantinya juga untuk mesa depan berdua.""Iya pak."

Setelah jam istirahat habis semua kembali ke ruangan masing-masing untuk meneruskan kerjaan yang tadi terhenti. Akupun kembali hanyut dengan kerjaanku.

Pukul setengah tujuh aku bermaksud beres-beres karena penat juga kerja terus, tanpa sengaja aku nengok ke arah pintu ruanganku ternyata Vivi masih ada di mejanya. Setelah semua beres akupun keluar dari ruangan dan bermaksud untuk pulang, aku melewati mejanya dan iseng aku nyapa dia.
"Kok tumben hari gini masih belum pulang?""Iya pak, ini baru mau pulang, baru beres, banyak kerjaan hari ini"

Aku merasakan gaya bicaranya lain hari ini, tidak seperti hari-hari sebelumnya yang kalau bicara selalu kedengaran resmi, yang menimbulkan rasa tidak akrab.
"Ya udah kalo begitu kita bareng aja." ajakku menawarkan."Tidak usah pak, biar aku pulang sendiri saja.""Nggak apa-apa, ayo kita bareng, ini udah terlalu malam.""Baik Pak kalau begitu."
Sambil berjalan menuju tempat parkir kembali kutawarkan jasa yang walaupun sebetulnya niatnya hanya iseng saja.

"Gimana kalo vivi bareng aku, kita kan searah.""Nggak usah pak, biar aku pakai angkutan umum atau taksi saja.""Lho, jangan gitu, ini udah malem, nggak baik perempuan jalan sendiri malem-malem.""Baik kalau begitu pak."
Di sepanjang jalan yang dilalui kami tidak banyak bicara sampai akhirnya aku perhatikan dia agak lain, dia kelihatan murung, kenapa ini cewek.

"Lho kok kelihatannya murung, kenapa?" tanyaku penasaran."Nggak apa-apa pak.""Nggak apa-apa kok ngelamun begitu, perlu teman buat ngobrol?" tanyaku memancing."Nggak ah pak, malu."

"Kok malu sih, nggak apa-apa kok, ngobrol aja aku dengerin, kalo bisa dan perlu mungkin aku akan bantu."
"Susah mulainya pak, soalnya ini terlalu pribadi.""Oh begitu, ya kalo nggak mau ya nggak usah, aku nggak akan maksa."
"Tapi sebetulnya memang aku perlu orang untuk teman ngobrol tentang masalah ini.""Ya udah kalo begitu obrolin aja sama aku, rahasia dijamin kok."

"Ini soal suami aku pak.""Ada apa dengan suaminya?""Itu yang bikin aku malu untuk meneruskannya."
"Nggak usah malu, kan udah aku bilang dijamin kerahasiaannya kalo vivi ngobrol ke aku.""Anu, aku sering baca buku-buku mengenai hubungan suami istri."
"Trus kenapa?""aku baca, akhir dari hubungan badan antara suami istri yang bagus adalah orgasme yang dialami oleh keduanya."
"Trus letak permasalahannya dimana?"
"Mengenai orgasme, aku sampai dengan saat ini aku hanya sempat membacanya tanpa pernah merasakannya."

Aku sama sekali nggak pernah menduga kalo pembicaraannya akan mengarah kesana, dalam hati aku membatin, masa sih kawin satu setengah tahun sama sekali belum pernah mengalami orgasme? timbul niatku untuk beramal:-)

"Masa sih vi, apa betul kamu belum pernah merasakan orgasme seperti yang barusan kamu bilang?""Betul pak, kebetulan aku ngobrolin masalah ini dengan bapak, jadi setidaknya bapak bisa memberi masukan karena mungkin ini adalah masalah laki-laki."

"Ya, gimana ya, sekarang kan suami vivi lagi nggak ada, seharusnya waktu suami vivi ada barengan pergi ke ahlinya untuk konsultasi masalah itu""Pernah beberapa kali aku ajak suami aku, tapi menolak dan akhirnya kalau aku singgung masalah itu hanya menimbulkan pertengkaran diantara kami."

Tanpa terasa jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, dan tanpa terasa pula kami sudah sampai didepan rumah Vivi, Aku bermaksud mengantar dia sampai depan pintu rumahnya.
"Tidak usah pak, biar sampai sini saja."
"Nggak apa-apa, takut ada apa-apa biar aku antar sampai depan pintu."

Dasar, kakiku menginjak sesuatu yang lembek ditanah dan hampir saja terpeleset karena penerangan di depan rumahnya agak kurang. Setelah sampai di teras rumahnya kulihat kakiku, ternya yang kunjak tadi adalah sesuatu yang kurang enak untuk disebutkan, sampai-sampai sepatuku sebelah kiri hampir setengahnya kena.

"Aduh Pak Mahmud, gimana dong itu kakinya.""Nggak apa-apa, nanti aku cuci kalo udah nyampe rumah.""Dicuci disini aja pak, nanti nggak enak sepanjang jalan kecium baunya.""Ya udah, kalo begitu aku ikut ke toilet."

Setelah membersihkan kaki aku diperliahkan duduk di ruang tamunya, dan ternyata disana sudah menunggu segelas kopi hanngat. Sambil menunggu kakiku kering kami berbincang lagi.
"Oh ya vi, mengenai yang kamu ceritakan tadi di jalan, gimana cara kamu mengatasinya?""aku sendiri bingung Pak harus bagaimana."

Mendengar jawaban seperti itu dalam otakku timbul pikiran kotor lelaki.
"Gimana kalau besok-besok aku kasih apa yang kamu pengen?""Yang aku mau yang mana pak.""Lho, itu yang sepanjang jalan kamu bilang belum pernah ngalamin.""Ah bapak bisa aja.""Bener kok, aku bersedia ngasih itu ke kamu."

Termenung dia mendengar perkataanku tadi, melihat dia yang sedang menerawang aku berpikir kenapa juga harus besok-besok, kenapa nggak sekarang aja selagi ada kesempatan.
Kudekati dia dan kupegang tangannya, tersentak juga dia dari lamunannya sambil menatap kearahku dengan penuh tanda tanya. Kudekatkan wajahku ke wajahnya dan kukecup pipi sebelah kanannya, dia diam tidak bereaksi. Ku kecup bibirnya, dia menarik napas dalam entah apa yang ada dipikirannya dan tetap diam, kulanjutkan mencium hidungnya dan dia memejamkan mata.

Ternyata napsu sudah menggerogoti kepalaku, kulumat bibirnya yang tipis dan ternyata dia membalas lumatanku, bibir kami saling berpagut dan kulihat dia begitu meresapi dan menikmati adegan itu. Kitarik tangannya untuk duduk disebelahku di sofa yang lebih panjang, dia hanya mengikuti sambil menatapku. Kembali kulumat bibirnya, lagi, dia membalasnya dengan penuh semangat.

Dengan posisi duduk seperti itu tanganku bisa mulai bekerja dan bergerilya. Kuraba bagian dadanya, dia malah bergerak seolah-olah menyodorkan dadanya untuk kukerjain. Kuremas dadanya dari luar bajunya, tangan kirinya membuka kancing baju bagian atasnya kemudian membimbing tangan kananku untuk masuk kedalam BHnya.

Ya ampun bener-bener udah nggak tahan dia rupanya.
Kulepas tangan dan bibirku dari tubuhnya, aku berpindah posisi bersandar pada pegangan sofa tempatku duduk dan membuka kalkiku lebar-lebar. Kutarik dia untuk duduk membelakangiku, dari belakang kubuka baju dan BHnya yang saat itu sudah nempel nggak karuan, kuciumi leher bagian belakang Vivi dan tangan kiri kananku memegang gunung di dadanya masing-masing satu, dia bersandar ketubuhku seperti lemas tidak memiliki tenaga untuk menopang tubuhnya sendiri dan mulai kuremas payudaranya sambil terus kuciumi tengkuknya.

Setelah cukup lama meremas buah dadanya tangan kiriku mulai berpindah kebawah menyusuri bagian perutnya dan berhenti di tengah selangkangannya, dia melenguh waktu kuraba bagian itu. Kusingkap roknya dan tanganku langsung masuk ke celana dalamnya, kutemukan sesuatu yang hangat-hangat lembab disana, sudah basah rupanya. Kutekan klitorisnya dengan jari tengah tangan kiriku.
"Ohh .. ehh .."

Aku semakin bernapsu mendengan rintihannya dan kumasukkan jariku ke vaginanya, suaranya semakin menjadi. Kukeluar masukkan jariku disana, tubuhnya semakin melenting seperti batang plastik kepanasan, terus kukucek-kucek semakin cepat tubuhnya bergetar menerima perlakuanku. Dua puluh menit lamanya kulakukan itu dan akhirnya keluar suara dari mulutnya.

"Udah dulu pak, aku nggak tahan pengen pipis.""Jangan ditahan, biarkan aja lepas.""Aduh pak, nggak tahan, vivi mau pipis .. ohh .. ahh."
Badanya semakin bergetar, dan akhirnya.
"Ahh .. uhh."

Badanya mengejang beberapa saat sebelum akhirnya dia lunglai bersender kedadaku.
"Gimana vi rasanya?""Enak pak."
Kulihat air matanya berlinang.
"Kenapa kamu menangis vi."
Dia diam tidak menyahut.
"Kamu nyesel udah melakukan ini?" tanyaku."Bukan pak.""Lantas?""aku bahagia, akhirnya aku mendapatkan apa yang aku idam-idamkan selama ini yang seharusnya datang dari suami aku.""Oh begitu."

Kami saling terdiam beberapa saat sampai aku lupa bahwa jari tengah tangan kiriku masih bersarang didalam vaginanya dan aku cabut perlahan, dia menggeliat waktu kutarik jari tanganku, dan aku masih tercenung dengan kata-kata terakhir yang terlontar dari mulutnya, benar rupanya dia belum pernah merasakan orgasme.
"Mau ke kamar mandi pak?"
Tiba-tiba suara itu menyadarkanku dari lamunan ..
"Oh ya, sebelah mana kamar mandinya?""Sebelah sini pak", sahutnya sambil menunjukkan jalan menuju kamar mandi.

Dia kembali ke ruang tamu sementara aku mencuci bagian tangan yang tadi sudah melaksanakan tugas sebagai seorang laki-laki terhadap seorang perempuan. Tak habisnya aku berpikir, kenapa orang berumah tangga sudah sekian lama tapi si perempuan baru mengalami orgasme satu kali saja dan itupun bukan oleh suaminya.

Selesai dari kamar mandi aku kembali ke ruang tamu dan kutemukan dia sedang melihat acara di televisi, tapi kulihatdari wajahnya seakan pikirannya sedang menerawang, entah apa yang ada dalam pikirannya saat itu.
"Vi, udah malam nih, saya pulang dulu ya .."
Terhenyak dia dan menatapku ..
"Emm, pak, mau nggak malam ini nemanin vivi?"

Kaget juga aku menerima pertanyaan seperti itu karena memang tidak pikiran untuk menginap dirumahnya malam ini, tapi aku tidak mau mengecewakan dia yang meminta dengan wajah mengharap.
"Waktu kan masih banyak, besok kita ketemu lagi di kantor, dan kapan-kapan kita masih bisa ketemu diluar kantor."

Dia berdiri dan menghampiriku ..
"Terima kasih ya pak, vivi sangat bahagia malam ini, saya harap bapak tidak bosan menemani saya.""Kita kan kenal sudah lama, saya selalu bersedia untuk membantu kamu dalam hal apapun.""Sekali lagi terima kasih, boleh kalau mau pulang sekarang dan tolong sampaikan salam saya buat ibu."

Akhirnya aku pulang dengan terus dihinggapi pertanyaan didalam pikiranku, kenapa dia bisa begitu, kasihan sekali dia.

Seperti biasa esoknya aku masuk kantor pagi-pagi sekali karena memang selalu banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, kupikir belum ada siapa-siapa karena biasanya yang sudah ada saat aku datang adalah office boy, tapi ternyata pagi itu aku disambut dengan senyuman vivi yang sudah duduk di meja kerjanya. Tidak seperti biasa, pada hari-hari sebelumnya aku selalu melihat vivi dalam penampilan yang lain dari pagi ini, sekarang dia terlihat berseri dan terkesan ramah dan akrab.

"Pagi vi.""Pagi pak.""Gimana, bisa tidur nyenyak tadi malam?""Ah bapak, bisa aja, tadi malam saya tidur pulas sekali.""Ya sudah, saya tinggal dulu ya, selamat bekerja.""Iya pak."
Aku meneruskan langkahku menuju ruang kerjaku yang memang tidak jauh dari meja kerjanya, dari dalam ruangan kembali aku menengokkan wajah ke arahnya, ternyata dia masih menatapku sambil tersenyum.

Tidak seperti biasanya, aku merasakan hari ini bekerja merupakan sesuatu yang membosankan, suntuk rasanya menghadapi pekerjaan yang memang dari hari ke hari selalu saja ada sesuatu yang harus diulang, akhirnya aku menulis cerita ini. HP didalam saku celanaku berbunyi, ada SMS yang masuk, kubuka SMS tersebut yang rupanya datang dari cewek diseberang ruanganku yang tadi pagi menatapku sampai aku masuk ke ruangan ini .. ya dia, vivi.

"Pak, nanti mlm ada acara gak? kalo tidak bisa gak bapak menuhin janji bapak tadi malam."
Begitulah isi SMS yang kuterima, aku berpikir agresif juga nih cewek pada akhirnya. Kuangkan telepon yang ada diatas meja kerjaku dan kutekan nomor extensin dia.

"Kenapa gitu vi, mau ngajak kemana?""Eh bapak, kirain siapa, enggak, vivi udah nyediain makan malam di rumah, bapak bisa kan makan malam sama vivi nanti malam?""Boleh, kalau gitu nanti pulang saya tunggu di ruang parkir ya.""Iya pak, ma kasih."

Sore hari aku terkejut karena waktu pulang sudah terlewat sepuluh menit, bergegas kubereskan ruanganku dan berlari menuju ruang parkir. Disana vivi sudah menungguku, tapi dia tersenyum waktu melihatku datang, tadinya kupikir dia akan kecewa, tapi syukurlah kelihatanyya dia tidak kecewa.

"Maaf jadi nunggu ya vi, harus beres-beres sesuatu dulu.""Nggak apa-apa pak, vivi juga barusan ada yang harus diselesaikan dulu dengan neni.""Yo." kataku sambil membukkan pintu untuk dia, dan dia masuk kedalam mobil kemudian duduk disebelahku.

Diperjalanan kami ngobrol kesana kemari, dan tanpa terasa akhirnya kami masuk ke komplek perumahan dimana vivi tinggal lalu kami turun menuju ke rumahnya. Dia membuka pintu depan rumahnya dengan susah, rupanya ada masalah dengan kunci pintu tersebut. Aku tidak berusaha membantunya, karena dari belakang baru kuperhatikan kali ini kalau bagian tengah belakang milik vivi menarik sekali, lingkarannya tidak terlalu besar, tapi aku yakin laki-laki akan suka bila melihatnya dalam keadaan setengah berjongkok seperti itu.

Akhirnya pintu terbuka juga dan dia mempersilakan aku masuk, dan kamipun masuk. Setelah mempersilakan aku untuk duduk, dia pergi ke kamarnya, setelah itu dia kembali lagi dengan pakaian yang sudah digantinya, dia tidak langsung menghampiriku tapi terus melangkah ke arah dapur dan kembali dengan segelas air putih dan segelas kopi, lalu dia menyodorkan kopi tersebut kepadaku.

"Wah enak sekali nih hari gini minum kopi, kamu kok nggak minum kopi juga vi?""Saya nggak pernah minum kopi pak, nggak boleh sama si mas.""Oh gitu.""Pak mobilnya dimasukin garasi aja ya, biar vivi yang mindahin.""Bolah, sekalian saya mau ikut ke kamar mandi dulu, badan rasanya nggak enak kalau masih ada keringatnya.""Handuknya ada di kamar mandi pak."

Dia berdiri sambil menerima kunci mobil yang kuserahkan sedangkan aku ngeloyor ke kamar mandi untuk terus membersihkan badan yang memang rasanya agak nggak enak setelah barusan diperjalanan dihadapkan ke kondisi jalan yang cukup macet tidak seperti biasa.

Keluar dari kamar mandi kudapati vivi kelihatan sedikit bingung, kutanya dia,
"Kenapa vi, kok seperti yang bingung begitu ..""Anu pak, barusan ada telepon dari restoran yang saya pesani untuk makan malam, katanya nggak bisa nganter makanan yang dipesan karena kendaraannya nggak ada.""Ya sudah nggak apa-apa, kita kan bisa bikin makanan sendiri, punya apa yang bisa dimasak?""Adu pa, vivi jadi malu.""Udah nggak apa-apa kok, malah jadi bagus kita bisa masak barengan."

Kataku sambil tersenyum, vivi melangkahkan kakinya menuju dapur dan kuikuti, sampai didapur dia membuka lemari es yang ternyata hanya ada sedikit makanan yang siap masak disana. Akhirnya kami masak masakan seadanya sambil berbincang kesana kemari.

Tanpa sengaja aku perhatikan postur tubuh vivi yang terlihat lain dengan pakaian yang dikenakan sekarang, pakaian yang sedikir agak ketat menyebabkan lekuk-lekuk tubuhnya terlihat jelas, sungguh bentuk tubuh yang sempurna untuk wanita seusia dia. Tanpa sadar kuhampiri dia dan dari belakang kupeluk dia yang sedang melakukan tugasnya sebagai ibu rumah tangga, dia menoleh kearahku dan tersenyum, kudekatkan bibirku ke bibirnya dan dia menyambutnya, awalnya hanya ciuman biasa sampai akhirnya kami saling berpagutan disini, ya di dapur miliknya.

Berlanjut terus pergulatan bibir tersebut, kuraba buah dadanya dan kuremas dari luar bajunya. Tangan vivi bergerak membuka kancing baju bagian depan dilanjutkan dengan menyingkapkan BH yang dia pakai, dengan demikian tanganku kiri kanan lebih leluasa meremasnya. Beberapa saat kemudian kulepaskan bibirku dari bibirnya dan kuarahkan ke buah dadanya yang terlihat sungguh indah dengan warna puting yang kemerahan, kujilat puting yang sebelah kanan dan dia menarik nafas dalam menerima perlakuan itu, akhirnya kukulum puting itu dan kuhisap dalam-dalam sambil tangan kananku tetap meremas dadanya yang sebelah kiri.

Tangan kiriku kugerakkan ke arah pantatnya, dan kuremas pantat yang kenyal itu. Kumasukkan tangan itu ke dalam rok yang dia pakai dan disana kuraba ada sesuatu yang hangat dan sedikit basah dan kuraba-raba bagian itu terus menerus. Rupanya dia tidak tahan menerima sikapku itu, tangannya bergerak membuka resleting roknya dan melorotkannya kebawah. Aku hentikan kegiatan bibirku di buah dadanya lalu bubuka celana dalamnya dan kutemukan bulu indah yang tidak terlalu banyak disana kusingkapkan sedikit dan kuarahkan bibirku kesana dan kujilat bagian kecil yang menonjol disana.

Suara lenguhan dari bibirnya sudah tidak terbayangkan lagi, akan memperpanjang cerita kalau saya tuliskan disini.

"Oh, pak, saya belum pernah merasakan ini, oh .."
Aku terus melanjutkan kegiatan lidahku diselangkangannya sambil terus memasukkan lidah ini kedalam gua lembab yang berbau khas milik wanita. Lenguhan demi lenguhan terus keluar dari mulutnya sampai akhirnya kurasakan tubuhnya mengejang dan bergetar dengan mengeluarkan teriakan yang tidak bisa ditahan dari mulutnya, dia sudah sampai ke puncak kenikmatan sentuhan seorang lelaku seperti aku ini, dan akhirnya kuhentikan kegiatanku itu lalu berdiri menghadap dia, danpa kuduga dia mencium bibirku.
"Pak kita ke kamar ya."

Dia menuntunku masuk ke kamar tidurnya, kamar itu terlihat rapi, lalu kami duduk dipinggir tempat tidur dan kembali saling berpagutan disana. Dia bangkit berdiri dihadapanku seraya bertanya.
"Boleh saya buka pakaian bapak?"

Aku hanya tersenyum menanggapi pertanyaan tersebut, lalu dia membuka seluruh pakaian yang kukenakan sampai ke celana dalamku. Dia memegang senjataku yang dia dapati dibalik celana dalam yang baru saja terbuka, lalu dia menciumnya dan menjilatinya, nikmat sekali rasanya.

"Dari dulu saya ingin melakukan ini, tapi suami saya nggak pernah mau diperlakukan begini."
Dia berkata begitu sambil kembali meneruskan kegiatannya menjilati senjata milikku, tanpa kuduga dia lanjutkan kegiatannya tadi dengan mengulum dan menyedot batang kemaluanku, dan rasanya lebih nikmat dari yang tadi kurasakan. Akhirnya dia berhenti berlaku seperti itu dan berkata.
"Pak, tidurin vivi ya."

Tanpa menunggu permintaan itu terulang aku baringkan tubuhnya diatas tempat tidur, aku ciumi sekujur tubuhnya yang dibalas dengan gelinjangan tubuh mulus itu, akhirnya setelah sekian lama kucoba masukkan kemaluanku kedalam lubang senggama yang memang sudah basah dari sejak tadi, dan "Ahh .." itulah yang keluar dari mulut vivi, sungguh nikmat sekali rasanya memasuki tubuh yang telanjang ini, dan satu lagi, lubang kemaluannya masih terasa cukup sempit dan menggigit, terbersit lam pikiranku sebuah pertanyaan, sebesar apa milik suaminya sampai lubang ini masih terasa sempit seperti ini.

Kuperhatikan jam yang ada di dinding kamarnya menunjukkan bahwa aku sudah mengeluar masukkan kemaluanku kedalam tubuhnya selama dua puluh menit dan akhirnya kembali kurasakan tubuhnya mengejang sambil mengeluarkan suara-suara aneh dari mulutnya, akhirnya dia menggelepar sambil memeluk tubuhku erat-erat seolah tidak ingin lepas dari tubuhnya, karena pelukannya itu aku jadi terhenti dari kegiatanku.

Beberapa saat kemudian vivi melepaskan pelukannya dan terkulai lemas, tapi aku melihat sebuah senyuman puas diwajahnya dan itu membuat aku merasa puas karena malam ini dia sudah dua kali mendapatkan apa yang selama ini belum pernah dia dapatkan dari suaminya.
"Gimana vi?""Aduh, vivi lemas tapi tadi itu nikmat sekali ..""Vivi mau coba gaya yang lain?""Emm .."

Kubangunkan tubuhnya dan kugerakkan untuk membelakangiku, kudorong pundaknya dengan pelan sampai dia menungging dihadapanku, kumasukkan kejantananku kedalam lubang senggamanya dan dia mengeluarkan teriakan kecil.
"Aduh .. Pak enak sekali, dorong terus pak, vivi belum pernah merasakan kenikmatan seperti ini .."

Aku keluar masukkan kemaluanku ini kedalam tubuhnya dengan irama yang semakin lama semakin kupercepat, lama juga aku melakukan itu sampai akhirnya dia berkata "Pak vivi mau pipis lagi ..", semakin kupercepat gerakanku karena kurasakan ada sesuatu yang mendorong ingin keluar dari dalam tubuhku.

Dalam kondisi lemas dan masih menungging vivi menerima gerakan maju mundur dariku, mungkin dia tahu kalau aku sebentar lagi mencapai klimaks, dan akhirnya menyemburlah cairan dari kemaluanku masuk semua kedalam tubuhnya. Beberapa saat kemudian aku merasakan tubuhku lemas bagai tak bertulang dan kucabut senjataku dari lubang milik vivi.

Aku terbaring disampingnya setelah melepaskan nikmat yang diada tara, dia tersenyum puas sambil menatapku dan memelukku, lalu kami tertidur dengan perasaan masing-masing. Dalam tidur aku memimpikan kegiatan yang barusan kami lakukan dan waktu hampir pagi aku terbangun kudapati vivi masih terpejam dengan wajah yang damai sambil masih memelukku, kulepaskan pelukkannya dan dia terbangun, lalu kami meneruskan kegiatan yang tadi malam terpotong oleh tidur sampai akhirnya kami berdua bangun dan menuju kamar mandi dalam keadaan masing-masing telanjang bulat tanpa sehelai benangpun menutupi tubuh kami.

Dikamar mandi kami melakukannya lagi, dan kembali dia mengucapkan kata-kata yang tidak habis aku bisa mengerti "Vivi belum pernah melakukan seperti ini sebelumnya ..".
Akhirnya kami berangkat kerja dari rumah vivi, sengaja masih pagi agar tidak ada orang di kantor yang melihat kedatangan kami berdua untuk menghindari sesuatu yang kami berdua tidak inginkan.

Sampai saya menulis cerita ini, masih tetap terngiang kata-katanya yang sering mengucapkan kata-kata "Vivi belum pernah melakukan seperti ini sebelumnya .." setiap saya berhubungan dengan dia dengan gaya yang lain.

Berawal dari situlah kami sering melakukan hubungan suami istri, dan itu selalu kami lakukan atas permintaan dari dia, aku sendiri tidak pernah memintanya karena aku tidak mau dia punya pikiran seolah-olah aku mengeksploitir dia. Sekarang vivi yang kukenal jauh berbeda dari vivi yang dulu, dia menjadi orang yang ramah dan selalu tersenyum kepada semua orang di lingkungannya.**

ML dengan Pak Subarda, Ayah Tanteku

Pagi harinya dengan menaiki bis, kutinggalkan Jogja dengan sejuta kenangan bersama Pamanku menuju Surabaya. Siang harinya aku tiba di rumah Pakdeku di Surabaya. Pakde Gatot adalah kakak ibuku yang tertua, usianya 50 tahun. Pakde seorang pengusaha yang sangat sibuk sekali sehingga dia jarang sekali di rumah.

Di rumah paling-paling dalam setahun dia hanya 1 bulan, selebihnya mengurusi bisnisnya yang banyak di luar negeri. Mungkin inilah pertimbangan ibuku aku ikut Pakde pasti tidak akan menggoda lagi, memang betul sih pendapat ibuku, tapi pada akhirnya yang tergoda bukannya Pakde tapi Ayah dari Tanteku.

Tanteku seorang yang masih muda, usianya baru 30 tahun, dia merupakan sekretaris Pakdeku yang dinikahi oleh Pakdeku. Saking sibuknya Pakde, otomatis Tante sering ikut bisnis ke luar negeri dan jarang di rumah.

Sudah dua bulan aku di Surabaya, di rumah Pakde yang besar dengan 6 kamar tidur. Aku tinggal beserta 3 pembantu wanita dan 2 orang penjaga malam. Sejak aku datang dari Jogja, 2 hari kemudian Pakde dan Tante pergi ke Singapura menjalankan bisnisnya dan menemani kedua sepupuku yang masih SMP di Singapura sampai 2 bulan lebih tidak kembali ke Surabaya.

Rasa bosanpun timbul pada diriku, aku malas untuk mendaftarkan diri untuk kuliah. Akhirnya hari-hariku aku lewatkan hanya berenang di rumah Pakde, Nonton film dan jalan-jalan di Surabaya, sesekali kuhubungi ayahku di jakarta yang rupanya sejak aku tinggal di Jogja, ayah tidak tinggal lagi di rumah tapi tinggal di bengkel miliknya, jadi ayah dan ibuku sudah pisah rumah. Terus terang, kuhubungi ayahku untuk melepaskan rinduku atas belaian pria yang sudah 2 bulan tidak menyentuhku.

Suatu siang aku sedang berenang tiba-tiba suara pembantu rumah Pakde mengejutkanku.
"Mbak, di ruang tamu ada Tuan Subarda lagi nunggu."
"Siapa itu Mbok?"
"Tuan Subarda khan bapaknya Nyonya, Mbak Ver belum kenal yach..? Wah.. waktu Mbak belum di sini Pak Subarda sering ke sini, orangnya baik loh Mbak tapi suka ngodain pembantu di sini."
"Hush, Mbok ini nggak boleh bicara begitu!"
"Wah, Mbak ini nggak tau sih, wong 6 bulan lalu ditinggal mati sama istrinya."
"Mbok, sudahlah nanti saya adukan ke Tante loh."
"Eh, jangan Mbak, tapi hati-hati loh Mbak!"

Kulilitkan baju handuk dan kutinggalkan sang pembantu itu di kolam renang, aku menuju masuk ke dalam rumah menuju ruang tamu. Pria berusia sekitar 53 tahun itu lagi duduk di kursi tamu. Tanpa malu, aku hampiri dia yang lagi asyik menyeruput minuman jeruk.


"Maaf, saya Verra, saya keponakannya Pakde Gatot, Bapak siapa?"
"Eh, saya Subarda, saya Bapaknya Tantemu. Pada kemana mereka, apa lagi keluar negeri?"
"Oh iya Pak, Pakde dan Tante sudah dua bulan ada di Singapura."
"Oh, pasti lagi nemuin kedua cucuku yach, Ivan dan Maya."
"Oh iya betul, Pak."

Keraguanku terhadap orang ini terjawab setelah dia menyebutkan kedua sepupuku, tapi yang aku rasakan tidak enak adalah tatapan matanya yang tajam ke arahku dimana dia seakan terangsang melihat tubuhku yang basah oleh air kolam hanya terbungkus bikini dan baju handuk. Pikiranku langsung tertuju kepada perkataan pembantu tadi.

"Kamu, Verra keponakan Gatot dari mana?"
"Saya dari Jakarta, tujuan saya mau kuliah di sini, kalau Eyang Subarda dari mana?"
"Saya dari Banyuwangi, Tantemu khan asalnya sana, tapi tolong jangan panggil saya Eyang yach, panggil saja Pak Subarda, Saya biasa nginap di sini kalau ke Surabaya, yach kalau lagi kangen dengan Tantemu."
"Oh, iya Pak, ya sudah silahkan Pak, nanti kamar Bapak biar disiapkan, sekarang saya mau ganti baju dulu sehabis berenang."

Kutinggalkan bapaknya Tanteku di ruang tamu, sementara aku berjalan menuju kamarku yang ada di lantai atas untuk ganti baju seusai berenang. Kumasuki kamar tidur lalu kulepaskan jubah mandi yang agak basah dan masuk kamar mandi. Setiap kamar tidur dilengkapi kamar mandi. Kutanggalkan bikini lalu kuputar tombol kran shower dan kubasuh badanku yang bugil dengan air.

Seperti biasanya aku mandi tidak pernah kututup pintu kamar mandi yang kututup hanya pintu kamar dan kukunci, tapi mungkin aku lupa menguncinya karena aku tidak sadar kalau Pak Subarda (bapaknya Tanteku) mengikutiku dan sekarang ada di kamar sedang memperhatikan aku mengguyur badanku di bawah shower.

Sepuluh menit sesudah aku mandi, ketika aku keluar dari kamar mandi dan akan mengambil handuk di dalam lemari untuk membasuh tubuhku tiba-tiba aku dipeluk oleh Pak Subarda yang muncul dari balik pintu kamar mandi yang terbuka. Aku pun kaget setengah mati dan berusaha berontak untuk melepaskan dekapan Bapak Subarda.

"Ver, tubuhmu indah sekali sudah 10 menit aku menikmati tubuh bugilmu terguyur air, sekarang layanilah aku!"
"Ah, jangan paksa saya Pak, Bapak kok bisa masuk kamar saya, tolong lepaskan Pak.."
"Kamu khan sengaja tidak mengunci kamarmu khan, biar aku bisa masuk."
"Ah.. jangan.. lepaskan saya, Pak..!"

Tenagaku yang lebih kuat dari dekapan Pak Subarda akhirnya terlepas juga.
"Ver, maafin saya yach, tolong jangan kasih tau kepada Tantemu yach kalau saya berbuat tidak baik padamu tolong yach..!"

Pak Subarda lalu berbalik dan akan menuju keluar dari kamarku tapi kucegah karena tiba-tiba rasa kangen atas sentuhan laki-laki timbul dari diriku.
"Pak.. maafin Ver juga yach, kalau Bapak minta baik-baik pasti saya kasih kok Pak.."
"Ah, yang benar nih, kamu nggak marah dan kamu nggak akan ngadu ke Pakde dan Tantemu.."
"Enggak Pak, dijamin kerahasiaannya deh, sini Pak!"

Pak Subarda kaget melihat reaksiku yang tiba-tiba menerima dirinya. Pak Subarda yang sekarang di depanku semakin kaget ketika tanganku menjamah batang kemaluannya yang masih tersembunyi di balik celananya kuelus dengan lembut. Aku yang makin terangsang segera jongkok di depannya dan kuturunkan celananya sehingga batang kemaluan Pak Subarda yang sudah mulai mengeras terpampang jelas di hadapanku dan mulai kumainkan lidahku dengan menjilati batang kemaluan itu yang kira-kira panjangnya 20 cm, bentuk dan ukurannya tidak jauh berbeda dari milik kepala sekolahku dulu tapi kulitnya agak keriput mungkin karena usianya yang jauh berbeda. Pak Subarda kuperkirakan berusia 60 tahun.

Seranganku bukan hanya lidah saja, mulai kucoba kumasuki ke dalam mulutku batang Pak Subarda yang membuat dirinya makin mengelinjang, matanya pun merem-melek dan tangannya mulai mengusap-usap kepalaku. Hal itu kulakukan kira-kira 15 menit dan kusudahi ketika batang itu mulai basah oleh ludahku dan vaginaku juga sudah mulai merasa kembang kempis ingin ditusuk sesuatu. Aku lalu berbaring di tempat tidurku sementara Pak Subarda sedang melepaskan baju dan celananya hingga dia bugil, kulihat dia berjalan ke arahku yang terbujur bugil di tempat tidur, kakiku kulebarkan sehingga bau harum vaginaku menyerbak ke ruang tidurku.

"Ver, Bau apa nih wangi sekali.."
"Bau dari vagina Ver, Pak Subarda mau khan?"
"Woow, mau sekali."

Pak Subarda (ayah Tanteku) kini telah berdiri di samping tempat tidur, batang kemaluannya yang sudah mulai keriput menggantung dengan tegang di hadapanku, dimana tadi sudah basah oleh ludahku. Tapi Pak Subarda malah berjongkok dekat pahaku. Tangannya yang juga sudah keriput mulai mengusap sekitar pahaku yang putih dan mulus lalu kepalanya yang agak botak didekatkan ke vaginaku. Hidungnya mengendus-endus membaui vaginaku.

"Ver, wangi sekali yach, pasti rasanya enak deh, boleh Bapak coba sekarang?"
"Silakan Pak, pokoknya yang enak aja deh buat Bapak, mau diapain juga boleh."
"Terima kasih ya, Ver."

Lidah Pak Subarda mulai menyapu sekitar bibir vaginaku lalu ditusukkan lidahnya ke dalam liang vaginaku dan disedot-sedot liang vaginaku yang membuat diriku melintir keenakan, maklumlah sudah 2 bulan tubuhku tidak disentuh oleh laki-laki.
"Aahh.. aahh.. Pak.. enak.. sekali lidah Bapak.. vagina.. Ver.. rasanya ditarik-tarik arghh.. terus.. terus Pak.. arghh.."
"Vaginamu enak sekali.. Ver.. seumur hidup.. baru.. kali ini.. saya nemu.. vagina.. begini enak.. slurpp.."

Vaginaku disedot-sedot berkali-kali hingga aku menggelinjang ke kiri dan ke kanan membantingkan kepalaku. Rasa nikmat yang sangat barulah aku dapatkan sekarang dari Pak Subarda, sedangkan dari pria sebelumnya aku belum pernah senikmat ini. Vaginaku disedot selama 15 menit, dimana cairan putih dan kental mulai membasahi vaginaku tapi dengan cekatan Pak Subarda melahapnya sampai habis.

Setelah puas dengan vaginaku, Pak Subarda lalu berdiri tepat di sisi tempat tidur, tubuhku diputar hingga kakiku menjuntai ke bawah, lalu batangnya diarahkan tepat pada vaginaku yang sudah basah oleh cairan putih dan kental. Batang kemaluan Pak Subarda sudah menempel tepat di liang vaginaku dan mulai dihentakkan keluar-masuk vaginaku yang agak basah. Batang yang besar dan panjang dihentakkan berkali-kali ke dalam vaginaku, baru yang ke-10 kali hentakan, masuklah batang itu ke dalam vaginaku. Batang kemaluan Pak Subarda rasanya seperti punya ayahku, baik panjang maupun besarnya, bedanya hanya pada kulitnya yang agak keriput yang membuatku agak kegelian atas gesekan di dalam vaginaku.

"Ahh.. ehh Pak.. batang Bapak membuat saya geli-geli enak deh.. habis agak keriput, maka gesekannya membuat saya kelojotan keenakan."
"Oh.. iya, vaginamu juga rasanya enak sekali, punya saya kayak dijepit dan dipelintir, aahh.. aahh.."

Vaginaku disodok-sodok sama batang Pak Subarda sampai kira-kira satu jam lamanya yang membuat tubuhku kejang di saat aku mencapai titik orgasme dimana cairan putih kental keluar dengan derasnya dari vaginaku yang masih tertusuk batang kemaluan Pak Subarda yang masih saja tegang dengan kerasnya.

"Ohh.. ohh.. aarghh.. arghh.. aahh.. aahh.. sshh.. aahh.. se.. sedap.. deh.. Pak.."

Lemaslah tubuhku hingga berasa sampai tulangku, tapi Pak Subarda masih saja bertenaga untuk melanjutkan permainan seks denganku dimana tanganku lalu ditarik dan digendongnya tubuhku oleh tubuhnya yang lebih kecil dari tubuhku tapi tenaganya luar biasa, lalu gantian sekarang Pak Subarda yang berbaring dan tubuhku terbaring lemas di atasnya. Selama dia melakukan tukar posisi, batangnya masih ada di dalam vaginaku.

Hentakan batangnya pada vaginaku berlanjut hingga aku makin tidak bertenaga karena tenaga Pak Subarda yang sungguh luar biasa, hampir 1 jam lamanya vaginaku diserang oleh batang Pak Subarda bertubi-tubi, payudaraku yang putih, ranum dan menantang pun sudah menjadi bulan-bulanan dari mulut Pak Subarda, payudaraku sudah diisap, dikenyot dan ditarik-tarik puting coklatku oleh giginya yang mulai ompong.

Vaginaku akhirnya mengeluarkan kembali cairan putih, kental dan harum untuk kedua kalinya sedangkan Pak Subarda belum berasa apa-apa. "Argh.. argh.. aagghh.. oohh.. oohh.. Pak.. saya.. keluar.. lagi.. nich.. aagghh aghh.. aghh.." Lemaslah tubuhku di atas tubuh Pak Subarda, untuk kedua kalinya.

Sementara Pak Subarda yang masih bertenaga mencoba posisi baru lagi yaitu dimana batang kemaluan Pak Subarda yang masih menancap di vaginaku dia memutarkan badanku hingga sekarang posisinya berubah menjadi aku di bawah seakan aku menungging dan disodok oleh batang kemaluannya yang masih saja keras.

Posisi dimana aku menungging dan disodok oleh Pak Subarda dilakukannya selama kurang lebih satu jam lagi yang mana aku tidak merasakan apa-apa karena saking lemasnya tubuhku.

Pak Subarda akhirnya mencapai puncak kenikmatan yang pertama kalinya dimana sebelumnya aku juga mencapai puncak kenikmatan untuk ketiga kalinya.

"Aghh.. aghh.. Pak aku.. keluar lagi nich.. aghh sshh.. oohh.. oohh.. nikmat.. sekali.. Pak.."
"Aghh.. aawww.. oohh.. Ver.. aku.. juga.. keluar.. nih.. vaginamu.. luar biasa sekali.. deh.. aahh.. tapi aku.. masih belum terlalu puas.. nih.. tapi.. lumayanlah.. vaginamu.. nikmat, juga.."

Cairanku membasahi paha dan vaginaku dengan banyak sekali. Sementara cairan Pak Subarda yang hangat dan kental membasahi punggungku karena pada saat dia akan mengeluarkan cairan, batang kemaluannya sudah dilepaskan dari vaginaku. Lalu ambruklah tubuh Pak Subarda di atas tubuhku yang sudah lebih dulu ambruk.

Setengah delapan malam aku terbangun dari tidur sehabis 3 jam aku melayani nafsu lelaki Pak Subarda dan Pak Subarda sudah tidak berada dalam kamarku. Setelah aku membersihkan bekas cairan di vaginaku di kamar mandi, aku keluar kamarku untuk makan malam dimana aku hanya menggunakan daster untuk menutupi tubuhku sementara BH dan celana dalam kutanggalkan di kamar.

Ketika aku sampai di ruang makan, kulihat Pak Subarda baru saja selesai makan dan akan meninggalkan ruang makan kulihat dia hanya tersenyum kepadaku yang kubalas dengan senyuman. Selesai makan sebenarnya aku mencari Pak Subarda tapi di ruang keluarga tidak kutemukan, aku lalu berpikir mungkin dia sudah ada di kamarnya.

Jam 11.30 malam setelah nonton TV, aku beranjak menuju kamar tidurku untuk istirahat setelah tadi siang aku mengeluarkan banyak tenaga melawan permainan nafsu dari Pak Subarda, aku sedang berbaring di tempat tidurku tiba-tiba pintu kamarku terbuka dan Pak Subarda berdiri di depan pintu dengan menggunakan piyama model baju handuk.

"Eh.. Pak Subarda, ada apa Pak?"
"Maaf, yach.. Ver.. boleh aku masuk.."
"Silakan Pak.."

Pak Subarda lalu masuk ke kamar tidurku dan langsung duduk di sampingku di tempat tidur, otomatis aku lalu merubah posisiku duduk di samping Pak Subarda.
"Ver, maaf yach tadi siang, saya berbuat salah."
"Eh, nggak apa-apa kok Pak, Ver senang kok, Ver benar-benar puas tadi siang, bagaimana dengan Bapak.. puas nggak?"
"Ah yang benar Ver, kamu nggak apa-apa nih, tapi memang saya belum puas tadi siang, bisa nggak kamu muasin saya malam ini, soalnya saya lagi coba pakai tangkur buaya.."
"Ah, masa sih Pak, tadi siang belum puas, tapi kalau malam ini Bapak mau puas juga boleh, tapi badan saya agak capai gara-gara tadi siang."
"Nggak, apa-apa kok Ver, kalau kamu capai kamu diam saja biar saya yang berpacu.. OK!"
"OK.. lah terserah Bapak."

Pak Subarda lalu langsung melepaskan baju piyama yang dikenakan setelah aku setuju untuk memuaskannya malan ini, batangnya yang menggantung keras menantang ke arahku. Baju dasterku langsung diloloskan dari tubuhku oleh bantuan tangannya dan kami pun melakukan hubungan layaknya suami istri. Malam itu aku dibikin pingsan sampai 3 kali, tenaga Pak Subarda benar-benar luar biasa, permainan kami berlangsung dari jam 12.00 malam dan berakhir kira-kira jam 05.00 pagi, ketika terdengar ayam berkokok.

Hebatnya Pak Subarda selama 5 jam permainan, dia hanya 1 kali mencapai puncak orgasme yaitu pada saat akhir permainan, sedangkan aku 5 kali orgasme dan 3 kali pingsan. Dan yang lebih hebatnya batang Pak Subarda selama permainan berlangsung tetap tertancap dalam vaginaku dan bermacam posisi serta tetap keras dan tegang selama 5 jam.

Hubungan permainanku dengan Pak Subarda (bapaknya Tanteku) tidak hanya terjadi di rumah Pakde dan Tante di Surabaya, kami pun melakukannya di Malang, Banyuwangi (rumahnya Pak Subarda sendiri) dan di Bali. Selama 4 bulan hubungan kami, dua bulan aku berada di Banyuwangi dan sisanya kami lakukan di Bali, Malang dan Surabaya.

Sesudah 4 bulan hubunganku dengan Pak Subarda akhirnya kami tinggal bersama, tanpa sepengetahuan tante. Pak Subarda mengajakku tinggal di Bali. Disana kami hidup serumah layaknya suami istri. Bahkan aku punya dua anak darinya. Kami juga tak pernah pulang kampung, dan tidak ada yang tau keberadaan kami.

Pak Subarda masih hebat untuk urusan ranjang. Setiap pulang dari tempat usahanya, dia selalu memanjakanku dengan seks, tentunya penisnya yang luar biasa hebatnya mengobok-obok isi vaginaku. Aku bahkan bisa puar beberapa kali saat bermain dengannya. Aku berharap dia selamanya bersamaku, meski kami belum menikah.**

Selingkuh dengan Pak Hartono yang Gagah

Pak Hartono, pria berusia 58 tahun itu adalah teman suamiku. Dia merupakan tetangga perumahan yang rumahnya tak jauh dari rumah kami. Meski usianya sudah tua, namun dia merupakan pria yang menjadi idamanku. Aku sering bermimpi bisa tidur dengannya.

Kenalkan, aku sendiri baru berumur 28 tahun, atau lebih muda 3 tahun dari suamiku, Edwin namanya.

Suamiku dan Pak Hartono sering pergi main golf bersama. Bahkan, pria macho, ganteng dan gagah serta bertubuh tinggi, seksi dan berkumis lebat itu sering bertandang ke rumahku untuk menjemput suamiku. Dia selalu menyapaku dengan senyuman khas. Sorotan matanya yang tajam, seperti akan menelanjangi diriku.

Sejujurnya aku merasakan sesuatu yang aneh pada diriku. Meski telah menikah 2 tahun lalu dengan suamiku Edwin, aku merasakan ada suatu getaran dilubuk hatiku jika ditatap Pak Hartono. Suatu hari suamiku pergi keluar kota selama 4 hari.

Di hari Minggu, Pak Hartono datang ke rumahku dengan maksud hati ingin mengajak suamiku bermain golf. Saat itu, pria setengah abad itu memakai hot pant ketat dan kaos diatas perut. Dan terlihat dia sangat seksi dimataku.

Saat aku buka pintu, dia terpana melihat liku liku tubuhku yang seksi tercetak jelas di kaos dan celana pendekku yang serba ketat itu. Darahku berdesir merasakan tatapannya yang tajam itu. Kukatakan padanya suamiku keluar kota sejak 2 hari lalu, dia hanya diam terpaku dengan senyumannya yang khas tidak terlihat adanya kekecewaan diraut mukanya.

"Dek Putri mau tidak gantiin suamimu, main golf dengan saya," kata Pah Hartono yang merupakan figure yang cukup 'gentleman'.

"Cepetlah ganti pakaian, biar aku tunggu disini dek Putri," kata dia. Herannya aku semangat berlari ke kamarku untuk mengganti pakaian.

Pak Hartono kagum melihatku di depan pintu "Ayo Pak, aku sudah siap," Pak Hartono hanya melongo melihat pakaianku. Jakunnya terlihat naik turun.

Aku sangat lemas karena kelelahan. Aku hanya bisa duduk di rumput lapangan golf. Pak Hartono menghampiriku dan mengajakku pulang. Setibanya di rumah, ku ajak Pak Hartono masuk ke rumah. Dia terlihat sangat senang.

Badanku yang lemas dipapah Pak Hartono ke kamarku. Dibantunya aku duduk di ranjang. Dengan manja kuminta bapak itu mengambilkan aku minuman di dapur, dan dia pun mau.

Sesuai mengambilkan minuman, Pak Hartono  kembali ke kamar mendapatkan aku telah melepas sweater dan sedang memijat betisku sendiri. Posisi kakiku menarik celana trainingku hingga pahaku yang juga putih mulus sehingga terbuka dan menggoda matanya.

Aku yang sudah bernafsu menggeser posisiku mendekatinya. Aku beranikan diri untuk mencium pipi suami orang yang seharusnya pantas jadi bapakku. Pak Hartono terkejut, namun dia tak menghindar. Bahkan dia menggerakan wajahnya sehingga bibir kami menyatu. Dia mencium bibirku dengan ganasnya.

Kami saling menghisap bibir. "Pak...!!" kataku lirih. Dia menatapku tajam beberapa saat. Dan kembali mencium bibirku yang sedang merekah. Pak Hartono bahkan menghisap lidahku dan ciumannya semakin bertambah panas dan bergairah.

Ciuman dan hisapan berlanjut terus, sementara tangan Pak Hartono mulai beralih dari betisku, merayap ke pahaku dan membelainya dengan lembut. Darahku semakin berdesir. Mataku terpejam. Entah bagaimana pria bukan suamiku ini bisa menyentuh ragaku selembut ini, semakin kupejamkan mataku semakin melayang perasaanku, dan menikmati kelembutan yang memancing gairah ini.

Kembali Pak Hartono yang melepas bibirnya dari bibirku. Namun kali ini, dengan lembut namun tegas, dia mendorong tubuhku sambil satu tangannya masih terus membelai pahaku, membuat kedua tanganku yang menahanku pada posisi duduk tak kuasa melawan dan akupun terbaring pasrah menikmati belaiannya, sementara ia sendiri membaringkan tubuhnya miring di sisiku.

Bapak gagah ini mengambil inisiatif mencium bibirku kembali, yang serta merta kubalas dengan hisapan pada lidahnya. Mungkin saat itu gairahku semakin menggelegak akibat tangannya yang mulai beralih dari pahaku ke selangkanganku, membelai barang milikku yang paling sensitif yang masih terbalut celana dalam itu dengan lembut namun pasti.

"Mmhh.. Pak Hartono.. Enakkk..," desahku. Dia mulai berani menarik blousku hingga terlepas dari jepitan rokku dan diloloskan dari kepalaku. Buah dadaku yang montok dan puting susuku membayang menggoda dari BH-ku yang tipis dan seksi, membuat pria tua ini semakin penasaran.

Dia kembali mencium bibirku. Kali ini lidahnya mulai berpindah-pindah ke telinga dan leherku, untuk kembali lagi ke bibir dan lidahku.

Permainannya yang lembut dan tak tergesa-gesa ini membuatku terpancing menjadi semakin bergairah, sampai akhirnya ia mulai memainkan tangannya meraba-raba dadaku dan sesekali menyelipkan jarinya ke balik BH menggesek-gesek putingku yang saat itu sudah tegak mengacung. Tanpa kusadari aku mulai memainkan kaos bajunya, dan setelah bajunya kusingkap terlihat tampilan otot di tubuhnya. Aku melihat dada bidang dan kekar, serta perut sixpacknya di depan mataku. Tak lama ia pun memutuskan untuk mengalihkan godaan bibirnya ke buah dadaku yang masih terbalut BHku.

Diciumi buah dadaku sementara tangannya merogoh ke balik punggungku untuk melepas kait BH-ku. Sama sekali tidak ada protes dariku iapun melempar BH-ku ke lantai sambil tidak buang waktu lagi mulai menjilati putingku yang memang sudah menginginkan ini dari tadi. "Ooohh.. sshh.. aachh.. Pak Har.." desahku begitu lidahnya yang basah menggesek putingku yang terasa sangat peka.

Pak Hartono menjilati dan menghisap dada dan putingku di sela-sela desah dan rintihku yang sangat menikmati gelombang rangsangan demi rangsangan yang semakin lama semakin menggelora ini, "..Oooh Pak Hartono suuddhaah..!!" namun Pak Hartono terus saja merangsangku bahkan tangannya mulai melepas celananya, sehingga kini dia benar-benar telanjang bulat. Penisnya yang besar dan berotot mengacung tegang, karuan aku terbelalak melihatnya, besar dan perkasa lebih perkasa dari penis suamiku, vaginaku tiba tiba berdenyut tak karuan.

Tak kupikirkan akibat dari keisenganku tadi yang hanya ingin mencium pipinya saja sekarang sudah berlanjut sedemikian jauh.

Pak Hartono melepas putingku lalu bangkit berlutut mengangkangi betisku. Ia menarik rokku dan membungkukkan badannya menciumi pahaku. Kembali bibirnya yang basah dan lidahnya yang kasar menghantarkan rangsangan hebat yang merebak ke seluruh tubuhku pada setiap sentuhannya di pahaku. Apalagi ketika lidahnya menggoda selangkanganku dengan jilatannya yang sesekali melibas pinggiran CD ku, semili lagi menyentuh bibir vaginaku. Yang bisa kulakukan hanya mendesah dan merintih pasrah melawan gejolak birahi, rasa penasaranku menginginkan lebih dari itu tapi akal sehatku masih menyatakan bahwa ini perbuatan yang salah.

Akhirnya, dengan menyibakkan celana dalamku, Pak Hartono mengalihkan jilatannya kerambut kemaluanku yang telah begitu basah penuh lendir birahi. "Nggaahh.. Pak Har...." panggilku saat lidahnya melalap vaginaku.

Kini kami sama-sama telanjang bulat. Tubuh kekar berotot Pak Hartono berlutut di depanku. Lobang vaginaku terasa panas, basah dan berdenyut-denyut melihat batang penisnya yang tegang besar kekar berotot berbeda dengan punya suamiku yang lebih kecil. Oohh..betul betul luar biasa napsu birahiku makin mengebu gebu. Entah mengapa aku begitu terangsang melihat batang kemaluan yang bukan punya suamiku.Oooh begitu besar dan perkasa, pikiranku bimbang karena aku tahu sebentar lagi aku akan disetubuhi oleh sahabat suamiku, anehnya gelora napsu birahiku terus mengelegak.

Kupasrahkan diriku ketika Pak Hartono membuka kakiku hingga mengangkang lebar lebar, lalu Pak Hartono menurunkan pantatnya dan menuntun penisnya ke bibir vaginaku. Kerongkonganku tercekat saat kepala penis Pak Hartono menembus vaginaku."Hngk! Besaar..sekalii.. Pak.." Walau telah basah berlendir, tak urung penisnya yang demikian besar kekar berotot begitu seret memasuki liang vaginaku yang belum pernah merasakan sebesar ini, membuatku menggigit bibir menahan kenikmatan hebat bercampur sedikit rasa sakit.

Tanpa terburu-buru, Pak Hartono kembali menjilati dan menghisap putingku yang masih mengacung dengan lembut, kadang menggodaku dengan menggesekkan giginya pada putingku, tak sampai menggigitnya, lalu kembali menjilati dan menghisap putingku, membuatku tersihir oleh kenikmatan tiada tara, sementara setengah penisnya bergerak perlahan dan lembut menembus vaginaku. Ia menggerak-gerakkan pantatnya maju mundur dengan perlahan, memancing gairahku semakin bergelora dan lendir birahi semakin banyak meleleh di vaginaku, melicinkan jalan masuk penis berotot ini ke dalam liang kenikmatanku tahap demi tahap.

Lidahnya yang kasar dan basah berpindah-pindah dari satu puting ke puting yang lain, membuat kepalaku terasa semakin melayang didera kenikmatan yang semakin bergairah. Akhirnya napsu birahikulah yang menang laki laki perkasa ini benar benar telah menyeretku kepusaran kenikmatan menghisap seluruh pikiran jernihku dan yang timbul adalah rangsangan dahsyat yang membuatku ingin mengarungi permainan seks dengan sahabat suamiku ini lebih dalam.


"Ouuch.. sshh.. aachh.. teruuss.. Pakkkk.. masukin penismu yang dalaam Pak..!! oouch.. niikmaat.. Pak..!! Baru kali ini lobang vaginaku merasakan ukuran dan bentuk penis besaar dan perkasaa. Seluruh rongga vaginaku terasa penuh dan begitu nikmatnya digesek batang penisnya yang keras dan besaar.

Akhirnya seluruh batang penisnya yang kekar besar tertelan oleh lobang kenikmatanku. Dia memberiku kenikmatan hebat, seakan bibir vaginaku dipaksa meregang, mencengkeram otot besar dan keras ini. Melepas putingku, Pak Hartono mulai memaju-mundurkan pantatnya perlahan, "..oouch.. niikmaat.. heeruu..!!" aku pun tak kuasa lagi untuk tidak merespon kenikmatan ini dengan membalas menggerakan pantatku maju-mundur dan kadang berputar menyelaraskan gerakan pantatnya, dan akhirnya napasku semakin tersengal-sengal diselingi desah desah penuh kenikmatan.


"Shhhh.. sshh.. hh.. Pak Har.. oohh ..suungguuhh.. niikmmaat sayangghh.." Pak Hartono membalas dengan pertanyaan "Ohh.. Dek Putri nikmatan mana dengan penis suamimu..?" otakku benar benar terhipnotis oleh kenikmatan yang luar biasa..! jawabanku benar benar diluar kesadaranku "Ohh ssh Pak Hartono, penismu besaar sekalii..! jauh lebih nikmaat ..!!

Pak Hartono makin gencar melontarkan pertanyaan aneh aneh, "..hh..Dek Putri lagi diapain memekmu sama kontolnya Pak Hartono..?" aku bingung menjawabnya, "Bilang lagi dientot..!" Pak Hartono memaksaku untuk mengulangnya, tapi dasar aku lagi terombang ambing oleh buaian birahi akupun tidak malu malu lagi mengulangnya "hh.. hh.. sshh.. mmhh..lagi dientot sayaang.."

Terus menerus kami saling memberi kenikmatan, sementara lidah Pak Hartono kembali menari di putingku yang memang gatal memohon jilatan lidah kasarnya. Aku benar benar menikmati permainannya sambil meremas-remas rambutnya. Rasa kesemutan berdesir dan setruman nikmat makin menjadi jadi merebak berpusat dari vagina dan putingku, keseluruh tubuhku hingga ujung jariku. Kenikmatan menggelegak ini merayap begitu dahsyat sehingga terasa seakan tubuhku melayang. Penisnya yang dahsyat semakin cepat dan kasar menggenjot vaginaku dan menggesek-gesek dinding vaginaku yang mencengkeram erat.

Hisapan dan jilatannya pada putingku pun semakin cepat dan bernapsu. Aku begitu menikmatinya sampai akhirnya seluruh tubuhku terasa penuh setruman birahi yang intensitasnya terus bertambah seakan tanpa henti hingga akhirnya seluruh tubuhku bergelinjang liar tanpa bisa kukendalikan saat kenikmatan gairah ini meledak dalam seluruh tubuhku. Desahanku sudah berganti dengan erangan erangan liar kata kataku semakin vulgar. "Ahh.. Ouchh.. entootin terus sayaang.. genjoott.. habis memekku..!! genjoott.. kontolmu sampe mentok..!!" Ooohh.. Pak.. bukan maiin.. eennaaknyaa.. ngeentoot denganmu..!!".

Mendengar celotehanku, Pak Hartono yang kalem berubah menjadi semakin beringas seperti banteng ketaton dan yang membuat aku benar benar takluk adalah staminanya yang bukan main perkasaa, tidak pernah kudapatkan seperti ini dari suamiku.

Aku benar benar sudah lupa siapa diriku yang sudah bersuami ini, yang aku rasakan sekarang adalah perasaan yang melambung tinggi sekali yang ingin kunikmati sepuas puasnya yang belum pernah kurasakan dengan suamiku. Pak Hartono mengombang ambingkan diriku di lautan kenikmatan yang maha luas, seakan akan tiada tepinya.

Akhirnya aku tidak bisa lagi menahan gelombang kenikmatan melanda seluruh tubuhku yang begitu dahsyatnya menggulung diriku "Ngghh.. nghh .. nghh.. Pak Hartono.. Akku mau keluaar..!!" pekikanku meledak menyertai gelinjang liar tubuhku sambil memeluk erat tubuhnya mencoba menahan kenikmatan dalam tubuhku, Pak Hartono mengendalikan gerakannya yang tadinya cepat dan kasar itu menjadi perlahan sambil menekan batang kemaluannya dalam dalam dengan memutar mutar keras sekalii.. Clitorisku yang sudah begitu mengeras habis digencetnya. "..aacchh.. Pak Hartono.. niikmaat.. tekeen.. teruuss.. itilkuu..!!"

Ledakan kenikmatan orgasmeku terasa seperti 'forever' menyemburkan lendir orgasme dalam vaginaku, kupeluk tubuh Pak Hartono erat sekali wajahnya kuciumi sambil mengerang mengerang dikupingnya sementara Pak Hartono terus menggerakkan sambil menekan penisnya secara sangat perlahan, di mana setiap mili penisnya menggesek dinding vaginaku menghasilkan suatu kenikmatan yang luar biasa yang kurasakan dalam tubuhku yang tidak bisa kulontarkan dengan kata kata.

Beberapa detik kenikmatan yang terasa seperti 'forever' itu akhirnya berakhir dengan tubuhku yang terkulai lemas dengan penis Pak Hartono masih di dalam vaginaku yang masih berdenyut-denyut di luar kendaliku. Tanpa tergesa-gesa, Pak Hartono mengecup bibir, pipi dan leherku dengan lembut dan mesra, sementara kedua lengan kekarnya memeluk tubuh lemasku dengan erat, membuatku benar-benar merasa aman, terlindung dan merasa sangat disayangi. Ia sama sekali tidak menggerakkan penisnya yang masih besar dan keras di dalam vaginaku. Ia memberiku kesempatan untuk mengatur napasku yang terengah-engah.

Setelah aku kembali "sadar" dari ledakan kenikmatan klimaks yang memabukkan tadi, aku pun mulai membalas ciumannya, memancing Pak Hartono untuk kembali memainkan lidahnya pada lidahku dan menghisap bibir dan lidahku semakin liar. Sekarang aku tidak canggung lagi bersetubuh dengan teman suamiku ini. Gairahku yang sempat menurun tampak semakin terpancing dan aku mulai kembali menggerak-gerakkan pantatku perlahan-lahan, menggesekkan penisnya pada dinding vaginaku. Respon gerakan pantatku membuatnya semakin liar dan aku semakin berani melayani gairahnya yang memang tampaknya makin liar saja.

Genjotan penisnya pada vaginaku mulai cepat, kasar dan liar. Aku benar-benar tidak menyangka bisa terangsang lagi. Pak Hartono memberiku pengalaman baru walau sudah mengalami klimax yang maha dahsyat tadi tapi aku bisa menikmati rangsangannya lagi oleh genjotan penisnya yang semakin bernapsu, semakin cepat, semakin kasar, hingga akhirnya ledakan lendir birahiku menetes lagi bertubi-tubi dari dalam vaginaku.

Lalu Pak Hartono memintaku untuk berbalik, ooh ini gaya yang paling kusenangi "doggy style" dengan gaya nungging aku bisa merasakan seluruh alur alur batang kemaluan suamiku dan sekarang aku akan merasakan batang yang lebih besar lebih perkasa oohh..! dengan cepat aku berbalik sambil merangkak dan menungging kubuka kakiku lebar, kutatap mukanya sayu sambil memelas.

"Pak..masukin kontol gedemu dari belakang kelobang memekku.." Pak Hartono pun menatap liar dan yang ditatap adalah bokongku yang sungguh seksi dimatanya, bongkahan pantatku yang bulat keras membelah ditengah dimana bibir vaginaku sudah begitu merekah basah dibagian labia dalamku memerah mengkilat berlumuran lendir birahiku mengintip liang kenikmatanku yang sudah tidak sabar ingin melahap batang kemaluannya yang sungguh luar biasa itu.

Sambil memegang batang penisnya disodokannya ketempat yang dituju ”Bleess.." ..Ooohh.. Pak Har.. teruss.. Pak.. yang.. dalaam..!! mataku mendelik merasakan betapa besaar dan panjaang batang penisnya menyodok liang kenikmatanku, urat urat kemaluannya terasa sekali menggesek rongga vaginaku yang menyempit karena tertekuk tubuhku yang sedang menungging ini. Hambatan yang selalu kuhadapi dengan suamiku didalam gaya 'doggy style' ini adalah pada waktu aku masih dalam tahap 'menanjak' suamiku sudah terlalu cepat keluar, suamiku hanya bisa bertahan kurang dari dua menit.

Tetapi Pak Hartono sudah lebih dari 15 menit menggarapku dengan gaya 'doggy style' ini tanpa ada tanda tanda mengendur. Oh bukan main..! bagai kesurupan aku menggeleng gelengkan kepalaku, aku benar benar dalamkeadaan ekstasi, eranganku sudah berubah menjadi pekikan pekikan kenikmatan, tubuhku kuayun ayunkan maju mundur, ketika kebelakang kusentakan keras sekali menyambut sodokannya sehingga batang penis yang besaar dan panjaang itu lenyap tertelan oleh kerakusan lobang vaginaku. kenikmatanku bukan lagi pada tahap "menanjak" tapi sudah berada di awang-awang di puncak gunung kenikmatan yang tertinggi.

"Hngk.. ngghh..Pak Har..akuu mau keluaar lagii.. aargghh..!!" aku melenguh panjang menyertai klimaksku yang kedua yang kubuat semakin nikmat dengan mendorong pantatku ke belakang keras sekali menancapkan penisnya yang besar sedalam-dalamnya di dalam vaginaku, sambil kukempot kempotkan vaginaku serasa ingin memeras batang kemaluannya untuk mendapatkan seluruh kenikmatan semaksimum mungkin.

Setelah mengejang beberapa detik diterjang gelombang kenikmatan, tubuhku melemas dipelukan Pak Hartono yang menindih tubuhku dari belakang. Berat memang tubuhnya, namun Pak Hartono menyadari itu dan segera menggulingkan dirinya, rebah di sisiku. Tubuhku yang telanjang bulat bermandikan keringat terbaring pasrah di ranjang, penuh dengan rasa kepuasan yang maha nikmat yang belum pernah aku rasakan sebelumnya dengan suamiku.

Pak Hartono memeluk tubuhku dan mengecup pipiku, membuatku merasa semakin nyaman dan puas. "Dek Putri aku belum keluar sayang..! tolongin aku isepin kontolku sayaang..!" Aku benar benar terkejut aku sudah dua kali klimaks tapi Pak Hartono belum juga keluar, bukan main perkasanya.

Merasa aku telah diberi kepuasan yang luar biasa darinya maka tanpa sungkan lagi kuselomot batang kemaluannya kujilat jilat buah zakarnya bahkan selangkangannya ketika kulihat Pak Hartono menggeliat geliat kenikmatan, "..Ohh yess dek, nikmat sekalii.. teruss dek Putri.. lumat kontolku iseep yang daleemm.. ohh.. adek Putri saayaangg..!!"

Pak Hartono mengerang penuh semangat membuatku semakin gairah saja menyelomot batang kemaluannya yang besar, untuk makin merangsang dirinya aku merangkak dihadapannya tanpa melepaskan batang kemaluannya dari mulutku, kutunggingkan pantatku kuputar putar sambil kuhentak hentakan kebelakang, benar saja melihat gerakan erotisku Pak Hartono makin mendengus dengus bagai kuda jantan liar, dan tidak kuperkirakan yang tadinya aku hanya ingin merangsang Pak Hartono untuk bisa cepat ejakulasinya malah aku merasakan birahiku bangkit lagi vaginaku terasa berdenyut denyut clitorisku mengeras lagi.

Ohh.. beginikah multiple orgasme yang banyak dibicarakan teman temanku? Selomotanku makin beringas, batang yang besar itu yang menyumpal mulutku tak kupedulikan lagi kepalaku naik turun cepat sekali, Pak Hartono menggelinjang hebat, akhirnya kurasakan vaginaku ingin melahap kembali batang kemaluannya yang masih perkasa ini, dengan cepat aku lepas penisnya dari mulutku langsung aku merangkak ke atas tubuhnya kuraih batang kemaluannya lalu kududuki sembari ku tuju ke vaginaku yang masih lapar itu. Bleess.. aachh..aku merasakan bintang bintang di langit kembali bermunculan.

"..Ooohh..Dek Putri..kau sungguuh seksxyy.. masuukin kontolku..!!" Pak Hartono memujiku setinggi langit melihat begitu antutiasnya aku meladeninya bahkan bisa kukatakan baru pertama kali inilah aku begitu antusias, begitu beringas bagai kuda betina liar melayani kuda jantan yang sangat perkasa ini. "..Yess.. Pak Hartono.. yeess.. kumasukkan kontolmu yang perkasa ini..!" kuputar-putar pinggulku dengan cepatnya sekali kali kuangkat pantatku lalu kujatuhkan dengan derass sehingga batang penis yang besar itu melesak dalaam sekali..


"..aachh.. Putri.. putaar.. habiisiin kontoolku.. eennakk.. sekaallii..!!" giliran Pak Hartono merintih mengerang bahkan mengejang-ngejangkan tubuhnya, tidak bisa kulukiskan betapa nikmatnya perasaanku, tubuhku terasa seringan kapas jiwaku serasa diombang ambing di dalam lautan kenikmatan yang maha luas kucurahkan seluruh tenagaku dengan memutar menggenjot bahkan menekan keras sekali pantatku, kali ini aku yang berubah menjadi ganas dan jalang, bagaikan kuda betina liar aku putar pinggulku dan bagai penari perut meliuk meliuk begitu cepat.

Batang kemaluannya kugenjot dan kupelintir habiss.. bahkan kukontraksikan otot-otot vaginaku sehingga penis yang besar itu terasa bagai dalam vacum cleaner terhisap dan terkenyot didalam liang vaginaku. Dan yang terjadi adalah benar benar membuatku bangga sekali, Pak Hartono bagai Layang-layang putus menggelinjang habis kadang mengejangkan tubuhnya sambil meremas pantatku keras sekali, sekali-kali ingin melepaskan tubuhku darinya tapi tidak kuberikan kesempatan itu bahkan kutekan lagi pantatku lebih keras, batang penisnya melesak seluruhnya bahkan rambut kemaluannya sudah menyatu dengan rambut kemaluanku, clitorisku yang lapar akan birahi sudah mengacung keras makin merah membara tergencet batang kemaluannya. Badanku sedikit kumiringkan ke belakang, buah zakarnya kuraih dan kuremas-remas, "..Ooohh.. aachh.. yeess.. Put.. yeess..!!"

Pak Hartono membelalakan matanya sama sekali tidak menyangka aku menjadi begitu beringass..begitu liaar.. menunggangi tubuhnya, lalu Pak Hartono bangkit, dengan posisi duduk ia menylomot buah dadaku... aachh tubuhku semakin panaas.. kubusungkan kedua buah dadaku. "..selomot.. pentilku.. dua. duanya.. Pak..yeess..!! ...sshh.. ...oohh..!! mataku menjadi berkunang kunang, "..Ooohh.. Dek Putri.. nikmatnya bukan main posisi ini..! batang kontolku melesak dalam sekali menembus memekmu..!"

Pak Hartono mendengus-dengus kurasakan batang penisnya mengembung pertanda spermanya setiap saat akan meletup, "..Ohh.. sshh..aahh.. Pak Hartono ..keluaar.. bareeng..sayaannghh..!! jiwaku terasa berputar putar..! "..yess sayang, aku keluarkan di dalam ya?". "..Ohh.. Pak Hartono kontoolmu.. jaangaahhn..dicabuut..keluarin.. didalaam..!!

Tiba tiba bagaikan disetrum jutaan volt kenikmatan tubuhku bergetar hebat sekalii..! dan tubuhku mengejang ketika kurasakan semburan dahsyat di dalam rahimku, "..aachh. jepiit kontoolku.. yeess.. sshh.. oohh.. nikmaatnya.. memekmu Dek Putri..!!" Pak Hartono memuncratkan air maninya di dalam rongga vaginaku, terasa kental dan banyak sekali.

Akupun mengelinjang hebat sampai lupa daratan "..Nggkkh.. sshh.. uugghh.. Pak.. teekeen kontoolmu.. sampe mentookkhh.. sayaahng.. aarrgghh..!! gelombang demi gelombang kenikmatan menggulung jiwaku, ooh benar benar tak kusangka makin sering klimaks makin luar biaasaa rasa nikmatnya jiwaku serasa terbetot keluar terombang ambing dalam lautan kenikmatan yang maha luas. Kutekan kujepit kekepit seluruh tubuhnya mulai batang penisnya pantatnya pinggangnya bahkan dadanya yang kekar kupeluk erat sekali.

Seluruh tetes air maninya kuperas dari batang kemaluannya yang sedang terjepit menyatu di dalam liang vaginaku. aarrgghh.. Nikmatnya sungguh luar biaasaa!! Oohh Pak Hartono aku kuatir akan ketagihan dengan batang penismu yang maha dahsyat ini!! Akhirnya perlahan lahan kesadaranku pulih kembali, klimaks yang ketiga ini membuat tubuhku terasa lemas sekali, Pak Hartono sadar akan keterbatasan tenagaku, akhirnya ia membaringkan tubuhku di dadanya yang kekar, aku merasakan kenyamanan yang luar biasa, kepuasanku terasa sangat dihargainya. Tiga kali klimaks bukanlah hal yang mudah bagiku untuk mendapatkannya didalam satu kali permainan seks.

Pak Hartono telah menaklukan diriku luaar.. dalaam..!! akan kukenang kejadian ini selama hidupku. Tiba tiba Pak Hartono melihat jam lalu dengan muka sedih ia mengatakan kepadaku bahwa ia harus menemui seseorang 10 menit lagi, akupun tak kuasa menahannya, aku hanya mengangguk tak berdaya.

Sepeninggal Pak Hartono, aku termenung sendirian. Suatu kejadian yang sama sekali tak terpikir olehku mulai merebak dalam kesadaranku. Aku telah menikmati perbuatan seks dengan bapak-bapak. Aku betul betul menikmati kedahsyatan permainan seks Pak Hartono.

Aku putuskan untuk mencoba melupakan Pak Hartono. Namun setelah beberapa minggu dalam kondisi seperti ini, hatiku makin tidak menentu, makin kucoba melupakannya makin terbayang seluruh kejadian hari itu, aku masih merasakan tubuhnya yang kekar berkeringat napasnya yang mendengus dengus terngiang sayup sayup terdengar suaranya memanggilku 'sayang'.

Pak Hartono masih sering ke rumah. Hal itulah yang membuatku bahagia. Aku ingin suamiku bertugas lama di luar kota, sehingga bisa merasakan penis Pak Hartono lagi. Dan kejadian-kejadian serupa, sering kami lakukan di luar rumah seperti di hotel. Dan saat suamiku sedang keluar kota, Pak Hartono datang ke rumahku, bahkan beberapa kalinya dia menginap di rumahku.

Akibat hubungan itu, aku mengandung anak Pak Hartono. Anak laki-laki yang sudah berusia 1 tahun itu mirip dengan Pak Hartono, ganteng dan hidungnya mancung. Rasanya, aku ingin hidup selamanya dengan Pak Hartono meski dia punya istri dan anak. Namun aku kasihan dengan suamiku yang masih setia kepadaku.**

Sabtu, 20 April 2013

Aku Jebol Perawan Pengasuh Anakku yang masih ABG

Namaku Selamet, usia 57 tahun, tinggal di Kota Jakarta, sudah berkeluarga, memiliki istri cantik dan dua anak manis dan pintar. Sudah puluhan tahun kami menikah, dan selama ini rumah tangga kami bahagia.

Semua bermula dari Indira pengasuh anakku berniat berhenti karena hendak menikah dikampungnya. Kami semua sangat kehilangan dia, maklum karena kami sudah terlanjur menganggapnya keluarga sendiri, dan anakkupun cocok dengannya.

"Kamu boleh pulang In, cuman bisa gak kamu kasih kami waktu dua minggu buat nyari yang bisa momong anak-anakku??" tanyaku.
"Nggak apa apa Pak, sebulan juga boleh kok. Pernikahan kami dua bulan lagi kok, nanti saya pinjam telepon buat telpon ke kampung ya Pak."
"Ok In, ma kasih ya.."

Memang sulit juga mencari pengasuh anak yang bener bener bisa dipercaya, dan mau menyayangi anakku sepenuh hati. Sudah tiga minggu yang sudah diberikan Indira buat mencari pengganti tidak ada yang cocok.

Aku dan istriku sudah mulai gelisah, dan sejak itu kami sering bertengkar karena istriku menolak untuk berhenti dari kerjanya. Waduh kenapa ini bisa terjadi dikeluarga kami ..? Renungku suatu malam hari.

Di suatu malam, ketika aku sendirian di teras lantai dua rumah, saat anak-anakku tertidur, dan istriku belum pulang dari kantor karena ada meeting dengan klien dan masalah tender perusahaan yang penting, aku dikejutkan tepukan di bahuku.

"Mati aku.... walah kamu In, ngagetin aja "
"Iya Pak, saya ngelihat Bapak melamun sendiri disini , daripada Bapak ntar kemasukan setan ya aku temenin aja.." katanya sambil tersenyum manis.

Aku tersenyum kecut, dan tiba tiba aku jadi memandang Indira dengan tajam. Tidak nyangka, Indira cantik juga, mungkin selama ini kami hanya bertegur sapa sebentar, sebba aku harus bergegas berangkat kantor saat dia sibuk mengurusi anak-anak ku yang masih kecil.

Badan Indira yang kecil, kulit coklat sawo matang dan halus, alisnya tebal, tapi sayang buah dadanya masih kecil. Waktu itu Indira mengenakan kaos putih longgar, celana pendek biru, sehingga pahanya terpampang Indira mempesona.

"Usiamu berapa In..? " tanyaku.
" 16 tahun Pak, kalau di kampung usia 16 tahun belum menikah dikatain perawan tua, atau tidak laku Pak..?" jelasnya.
"Ooooo... trus calon suamimu kerja apa ..? "tanyaku lagi.
"Ndak tahu pak ..saya aja ngelihat mukanya aja belum pernah. Kadang saya takut menikah, wong orang nya saja saya belum tahu. Tapi kata emak, dia anak kepala dusun sebelah.."

"Lha kok begitu..?"
"Gak tahu deh Pak. mungkin sudah nasib saya jadi perempuan kampung, pasrah ma kehendak orang tua, padahal sekarang jamannya gelobalisasi kan Pak..? protesnya.

Aku hanya tertawa mendengar ucapannya yg polos.
"Ahhh aku mau istirahat dulu In, aku gak enak badan, masuk angin kali ini, badanku rentek semua...."
"Bapak mau Indira pijat? Indira kasihan sama Bapak, akhir akhir ini banyak masalah semenjak Indira mau berhenti..? Maafin Indira ya Pak..." katanya.
"Kamu bisa mijit ...? " tanyaku, " Bisa sedikit sedikit, dulu waktu dikampung saya sering diminta Bapak mijit kalo Bapak pulang dari sawah.."
"Ya sudah , ayo di kamar tamu aja kita mijitnya, pake minyak ya, kamu ambil di kamar, aku tunggu di kamar tamu "
"Ya Pak.." Indira .
"Ayo pak dimulai " kata Indira. " Walah kaget aku, kamu kok senengnya ngagetin orang mulu..?’ jawabku sambil nyubit paha si Indira pelan.
"Ah Bapak aja yang suka ngelamun..ntar kemasukan setan lho Pak..."
"Enak juga Ndri pijitan kamu ", tangan mungilnya mulai mijit punggung dengan minyak.
"Pak celananya dicopot aja, ntar kena minyak kotor."
"Ya sudah terserah kamu saja, kamu yang buka ya," jawabku sekenanya.

Tidak lama kemudian.

"Punggungnya udahan Pak, sekarang Bapak berbalik deh, " katanya. Walah kontan aja aku agak kikuk, karena Indira akan melihat rudal aku. Aku nurut aja, dan setelah aku berbalik Indira tertegun ngelihat rudalku yang cukup gedhe untuk ukuran orang Indonesia.

"Waduh punya Bapak gede sekali, pantas aja ibu sayang. Sama Bapak, maaf Pak, Indira gak sengaja ngintip Bapak sama ibu waktu lagi main, seru bener, kayaknya ibu nikmatin banget. Enak gak sih pak kalo main begitu ...? tanyanya polos.

"Tentu enak sekali In, kalo gak mana bisa ibu nikmatin bener.... kamu mau nyoba...?" Jawabku sekenanya.

Ku lihat Indira hanya tertunduk malu, mukanya merah, dan aku raih tangannya dan kupegangkan ke rudalku. Dia diam aja menggenggam rudalku.
"Ya sudah kamukan pernah ngintip aku main sama ibu, coba kamu praktekkin ke aku, gak usah malu malu, kamar sudah aku kunci kok,"

Tanganku menyusup ke balik kaos, dan meremas lembut payudaranya yang kecil.

"Uhhhh... Bapak." dan aku melepaskan kaos longgarnya, sekali sentak, lepaslah tali pengait bra itu, terpampang badan mungil dengan payudara gadis lugu pengasuh anakku itu, kecil dan puting kemerahan.

Aku dekap tubuh kecil itu membungkuk, dan dadanya pas dimuka, kukulum puting payudara kiri, kanan, kiri lagi. " Uhhh Pak... geli Pak.... " Ku rasakan tangan Indira yang megangin kontolku mulai bergerak mengocok ngocok kontolku hingga berdiri tegak.

Kubaringkan Indira di tempat tidur, kukulum bibirnya yang Indira, lidahku mengorek semua rongga mulutnya. Sambil tanganku mulai membuka celana pendek Indira.

Kini Indira hanya mengenakan celana dalamnya yang kecil, dan perlahan aku buka celana dalam yang agak basah, hehehehe udah terangsang juga dia pikirku.

Kubelai belai payudara, terus kebawah keperutnya yang mulus, dan berakhir di vagina Indira yang hanya ditumbuhi bulu yang masih jarang. Nafsuku mulai naik, dan aku kehilangan akal sehatku. Kurenggangkan kedua paha Indira dan aku jilatin vaginanya, kesedot klitorisnya, kukucek kucek vagina dengan lidahku.

Indira menggelinjang kegelian, sambil mengerang ngerang, gak terasa keluar cairan mani dari vaginanya, aku terusin aktivitasku menjilati seluruh vagina Indira.
Setelah puas, aku tarik Indira untuk berposisi 69, aku dibawah dan Indira diatas,

"Isep kontolku In. Kamu sudah pernah belum? Kamukan sudah ngintip aku sama ibu main...?".

Gak ada jawaban dari Indira, cuman rasa nikmat diujung kepala kontolku yang sudah sangat mengeras mulai diisep Indira. Akupun lanjutin dengan menjilati lagi vagina perawan desa yang cantik ini.

Aku baringkan Indira terlentang, dan ku regangkan pahanya sehingga celah vaginanya nampak licin mengkilat, karena air liurku, bercampur dengan cairan vagina dia. Ku arahkan kepala kontolku ke liang vagina dia yang masih sempit. Kugesek gesekan perlahan.

"Uuhhhh....ahhhhh.... Geli..Pak.... Enak Pak.... Ayo masukin kontolmya Pak, aku sudah gak tahan ingin ngerasain kalo ditusuk kontol yang panjang seperti ibu.." pintanya ngacau.

Kumasukan kontolku pelan-pelan menembus celah vagina Indira, yang sudah licin sekali, kutekan sedikit..." auhhhhhh...sakit Pak.. pelan pelan Pak. Kok sakit sih Pak.. tadi enak... kok sekarang sakit...?’. protes Indira
"Gak apa apa Ndri sakit sedkit, tapi itu hanya pertama dan sebentar aja kok..selanjutnya enak lagi, malah lebih enak dari yang tadi , tahan ya... " Jawabku.

Perlahan kumasukin lagi, sampai pada akhirnya hampir ¾ kontolku amblas ke lobang vagina Indira, dan tidak bisa dimasukin lagi ( menthok kali ) .

"Auh.... Uhhhh sakit Pak.... Sakit!!," jerit Indira perlahan. Aku diamkan saja sambil perlahan kugenjot kontolku.

Sampai pada akhirnya jeritan sakit berganti dengan erangan kenikmatan yang luar biasa... mata Indira merem melek, dan akupun tanpa ragu melanjutkan pompaan kontolku ke lobang vaginanya.
" ahhhh ahhhhh ahhhh Pak... Indira mau pipis Pak... Indira mau pipis.......?" dan tubuh Indira meregang kuat dan oragsme lagi untuk sekian kalinya. Kuteruskan genjotanku dengan gerak statis dan konstan.

Sampai pada akhirnya aku rasakan akan orgasme.... cuman aku masih berpikir.. gak kubiarkan air maniku masuk ke vagina Indira. Takut kalau Indira hamil. Akhirnya jebol sudah pertahananku, ku cabut kontolku dan aku muncratkan air maniku diatas perut Indira.

Kami sama sama terkulai lemas, dan Indira nampaknnya kelelahan. Sementara aku berpakaian, kulihat ternyata Indira tertidur dengan tubuh yang masih telanjang bulat. Aku kenakan semua pakaian dia, dan aku gendong dia ke kamarnya. Kubaringkan Indira ke tempat tidurnya, tiba tiba Indira memelukku.

"Pak, Indira sayang ama Bapak. Indira gak mau pulang... Indira gak mau dikawinkan sama laki laki lain selain sama Bapak. Indira serahin kesucian Indira sama Bapak, sekarang Indira punya Bapak. Apapun status Indira akan Indira terima, asalkan Indira tetep bisa sama Bapak...".

Aku diam saja dan tersenyum, lalu kucium kening Indira. Aku segera berlalu dari kamar Indira yang kini sudah tertidur kecapaian. "Selamat tidur Indira sayang, aku juga menyayangimu," kataku dalam hati sambil menutup pintu kamarnya dan membiarkan dia tidur telanjang.

Sejak malam itu, aku dan Indira selalu mengulang perbuatan serupa setiap ada kesempatan. Dia semakin betah bersama kami, dan memutuskan untuk tidak akan pernah pulang ke kampungnya. Indira mengasuh anak-anakku dengan kasih sayang ibu. Mungkin secara badannya sudah menjadi istri keduaku.

Hampir setiap hari aku mengentot memek Indira. Dia bahkan berkeinginan memiliki anak dari hubungan kami ini, tapi aku melarangnya karena takut ketahuan istriku. Agar aman, dia aku suruh mengikuti program KB sehingga aku bebas membuang spermaku dalam memeknya yang legit.

Sejak sering aku kentot. Tetek Indira semakin besar dan mantap. Aku paling suka menetek teteknya. Pentilnya juga semakin menjulang karena sering aku gigit. Sementara, memeknya walau sering aku kentot tetap masih sempit. Oh Indira, aku ingin tiap hari memekmu sayang.

- TAMAT -

Obsesiku Dikentot Penis Bapak-bapak

Ini adalah cerita Warti tetanggaku. Aku hanya coba ceritakan apa yang dirasakannya selama ini.

Namaku Warti, usia 20 tahun, dan statusku sudah janda. Papaku waktu itu menjodohkan dengan seorang Bapak-bapak ganteng dan usianya sekitar 47 tahun, seorang duda kaya.

Memang usiaku saat itu sudah cukup untuk berumah tangga dan wajahku juga tergolong lumayan, walau pun badanku terlihat agak gemuk mungkin orang menyebutku bahenol, namun kulitku putih, tidak seperti kebanyakan teman-temanku karena memang aku dilahirkan di tengah-tengah keluarga yang berdarah Cina-Sunda, papaku Cina dan mamaku Sunda asli dari Bandung.

Sehingga kadang banyak pemuda-pemuda iseng yang mencoba merayuku. Bahkan banyak di antara mereka yang bilang bahwa payudaraku besar dan padat berisi sehingga banyak laki-laki yang selalu memperhatikan buah dadaku ini saja. Apalagi bila aku memakai kaos yang agak ketat, pasti dadaku akan membumbung tinggi dan mancung. Tetapi sampai aku duduk di kelas 3 SMA aku masih belum memiliki pacar dan masih belum mengenal yang namanya cinta.

Sebenarnya dalam hatiku aku menolak untuk dijodohkan secepat ini, karena sesungguhnya aku sendiri masih ingin melanjutkan sekolah sampai ke perguruan tinggi. Namun apa daya aku sendiri tak dapat menentang keinginan papa dan lagi memang kondisi ekonomi keluarga saat itu tidak memungkinkan untuk terus melanjutkan sekolah sampai ke perguruan tinggi.

Karena ketiga adikku yang semua laki-laki masih memerlukan biaya yang cukup besar untuk dapat terus bersekolah. Sementara papa hanya bekerja sebagai pegawai swasta biasa. Maka dengan berbagai bujukkan dari keluarga terutama mamaku aku mengalah demi membahagiakan kedua orangtuaku.

Begitulah sampai hari pernikahan tiba, tidak ada hal-hal serius yang menghalangi jalannya pernikahanku ini dengan pemuda yang baru aku kenal kurang dari dua bulan sebelumnya. Setelah acara resepsi pernikahan selesai seperti biasanya kedua pengantin yang berbahagia memasuki kamar pengantin untuk melaksanakan kewajibannya.

Saat malam pengantin atau malam pertama tidak terjadi pada malam itu, karena setelah berada dalam kamar aku hanya diam dan tegang tidak tahu apa yang harus kulalukan. Maklum mungkin karena masih terlalu lugunya aku pada waktu itu. Suamiku pada waktu itupun rupanya belum terlalu “mahir” dengan apa yang disebut hubungan suami istri, sehingga malam pertama kami lewatkan hanya dengan diraba-raba oleh suami yang sudah berumur tersebut.

Itu pun kadang-kadang aku tolak karena pada waktu itu aku sendiri sebenarnya merasa risih diraba-raba oleh lelaki. Apalagi oleh lelaki yang “belum” aku cintai, karena memang aku tidak mencintai suamiku. Pernikahan kami semata-mata atas perjodohan orang tua saja dan bukan atas kehendakku sendiri.

Barulah pada malam kedua suamiku mulai melancarkan serangannya, ia mulai melepas bajuku satu per satu dan mencumbu dengan menciumi kening hingga jari kaki. Mendapat serangan seperti itu tentu saja sebagai seorang wanita yang sudah memasuki masa pubertas akupun mulai bergairah walaupun tidak secara langsung aku tunjukkan kepada suamiku.

Apalagi saat ia mulai menyentuh bagian-bagian yang paling aku jaga sebelumnya, kepalaku bagaikan tak terkendali bergerak ke kanan ke kiri menahan nikmat sejuta rasa yang belum pernah kurasakan sebelumnya.

Kemaluanku mulai mengeluarkan cairan dan sampai membasahi rambut yang menutupi vaginaku. Suamiku semakin bersemangat menciumi puting susu yang berwarna merah muda kecoklatan dan tampak bulat mengeras mungkin karena pada saat itu aku pun sudah mulai terangsang. Aku sudah tidak ingat lagi berapa kali ia menjilati klitorisku pada malam itu, sampai aku tak kuasa menahan nikmatnya permainan lidah suamiku menjilati klitoris dan aku pun orgasme dengan menyemburkan cairan hangat dari dalam vaginaku ke mulutnya.

Perasaan tidak sabar, kubuka dan kuangkat lebar kakiku sehingga akan terlihat jelas oleh suamiku lubang vagina yang kemerahan dan basah ini. Suamiku membuka celana dan CD nya. Alangkah terkejutnya aku, ternyata penisnya besar, panjang, dan telah membengkak.

Atas permintaannya, ku pegang batang penisnya yang besar, keras dan panjang luar biasa tersebut. Perlahan-lahan ku tuntun kepala penis nya masuk ke lubang vaginaku yang sudah basah dan licin.

Rasa nikmat luar biasa kurasakan saat kepala penis suamiku menggosok-gosok bibir vaginaku ini. Dengan sedikit mendorong pantatnya suamiku berhasil menembus keperawananku, diikuti rintihanku yang tertahan.

Untuk pertama kalinya vaginaku ini dimasuki penis laki-laki dan anehnya tidak terasa sakit seperti yang seringkali aku dengar dari teman-temanku yang baru menikah dan menceritakan pengalaman malam pertama mereka. Memang ada sedikit rasa sakit yang menyayat pada saat kepala penis itu mulai menyusup perlahan masuk ke dalam vaginaku ini, tapi mungkin karena pada waktu itu aku pun sangat bergairah sekali sehingga aku sudah tidak perduli lagi dengan rasa sakitnya.

Apalagi saat suamiku mulai menggosok-gosokkan batang penisnya itu di dalam vaginaku, mataku terpejam dan kepalaku hanya menengadah ke atas, menahan rasa geli dan nikmat yang tidak dapat aku ceritakan di sini.

Kedua tanganku memegang tepian ranjang yang berada di atas kepalaku. Semakin lama goyangan pinggul suamiku semakin cepat diikuti dengan desahan nafasnya yang memburu membuat nafsuku makin menggebu. Sesekali terdengar suara decak air atau becek dari lubang vaginaku yang sedang digesek-gesek dengan batang penis suamiku yang besar, yang membuatku semakin cepat mencapai orgasme yang kedua.

Sementara suami masih terus berpacu untuk mencapai puncak kenikmatannya, aku sudah dua kali orgasme dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sampai akhirnya suamiku pun menahan desahannya sambil menyemburkan cairan yang hangat dan kental dari kepala penisnya di dalam lubang vaginaku ini.

Belakangan baru aku ketahui cairan itu yang disebut sperma, maklum dulu aku tergolong gadis yang kurang gaul jadi untuk hal-hal atau istilah-istilah seperti itu aku tidak pernah tahu. Cairan sperma suamiku pun mengalir keluar dari mulut vaginaku membasahi sprei dan bercampur dengan darah keperawananku.

Kami berdua terkulai lemas, namun masih sempat tanganku meraba-raba bibir vagina untuk memuaskan hasrat dan gairahku yang masih tersisa. Dengan menggosok-gosok klitoris yang masih basah, licin dan lembut oleh sperma suamiku, aku pun mencapai orgasme untuk yang ketiga kalinya.

Luar biasa memang sensasi yang aku rasakan pada saat malam pengantin itu, dan hal seperti yang aku ceritakan di atas terus berlanjut hampir setiap malam selama beberapa bulan. Setiap kali kami melakukannya aku selalu merasa tidak pernah puas dengan suami yang hanya mampu melakukannya sekali.

Aku membutuhkannya lebih dari sekali dan selalu menginginkannya setiap hari. Entah apa yang sebenarnya terjadi dalam diriku sehingga aku tidak pernah bisa membendung gejolak nafsuku. Padahal sebelum aku menikah tidak pernah kurasakan hal ini apalagi sampai menginginkannya terus menerus. Mungkinkah aku termasuk dalam golongan yang namanya hypersex?

Dua tahun kami menikah aku bercerai dengan suamiku, karena semakin hari suamiku semakin jarang di rumah, karena memang sehari-harinya ia bekerja sebagai manajer marketing di sebuah perusahaan swasta sehingga sering keluar kota dengan alasan urusan kantor.

Tidak lama terdengar berita bahwa ia memiliki istri simpanan. Lebih menyakitkan lagi, istrinya itu lebih muda dariku, atau baru tamat SMA. Tak rela berbagi suami dengan wanita lain, akhirnya aku resmi diceraikannya.

Sakit memang mendengar pengakuan suami tentang istri simpanannya mudanya itu. Dengan terus terang dia mengatakan bahwa istri simpanannya merupakan anak PKL di kantornya dan masih perawan ketika dikentotnya.

Katanya istri simpanan suamiku itu selalu dapat membuat dirinya bahagia di atas ranjang, dan sangat pintar membuatnya orgasme, sehingga ia selalu minta dipuaskan.

Lima tahun sudah aku hidup menjanda, dan kini aku tinggal sendiri dengan mengontrak sebuah rumah di pinggiran kota Jakarta. Beruntung aku mendapat pekerjaan yang agak lumayan di sebuah perusahaan swasta sehingga aku dapat menghidupi diriku sendiri. Belakangan ini setiap malam aku tidak dapat tidur dengan nyenyak, sering aku baru bisa tertidur pulas di atas jam 03.00 pagi. Mungkin dikarenakan pikiranku yang sering ngelantur belakangan ini. Sering aku melamun dan membayangkan saat-saat indah bersama suamiku dulu.

Sering pula aku membayangkan diriku bermesraan dengan bapak-bapak tua yang seksi dan gagah serta berkumis dan berbulu. Sehingga setiap malam aku maturbasi. Tidak ada keberanian untuk menggoda pria tua yang telah menjadi pujaan dan obsesi seks ku.

- TAMAT-