Sabtu, 20 April 2013

Aku Jebol Perawan Pengasuh Anakku yang masih ABG

Namaku Selamet, usia 57 tahun, tinggal di Kota Jakarta, sudah berkeluarga, memiliki istri cantik dan dua anak manis dan pintar. Sudah puluhan tahun kami menikah, dan selama ini rumah tangga kami bahagia.

Semua bermula dari Indira pengasuh anakku berniat berhenti karena hendak menikah dikampungnya. Kami semua sangat kehilangan dia, maklum karena kami sudah terlanjur menganggapnya keluarga sendiri, dan anakkupun cocok dengannya.

"Kamu boleh pulang In, cuman bisa gak kamu kasih kami waktu dua minggu buat nyari yang bisa momong anak-anakku??" tanyaku.
"Nggak apa apa Pak, sebulan juga boleh kok. Pernikahan kami dua bulan lagi kok, nanti saya pinjam telepon buat telpon ke kampung ya Pak."
"Ok In, ma kasih ya.."

Memang sulit juga mencari pengasuh anak yang bener bener bisa dipercaya, dan mau menyayangi anakku sepenuh hati. Sudah tiga minggu yang sudah diberikan Indira buat mencari pengganti tidak ada yang cocok.

Aku dan istriku sudah mulai gelisah, dan sejak itu kami sering bertengkar karena istriku menolak untuk berhenti dari kerjanya. Waduh kenapa ini bisa terjadi dikeluarga kami ..? Renungku suatu malam hari.

Di suatu malam, ketika aku sendirian di teras lantai dua rumah, saat anak-anakku tertidur, dan istriku belum pulang dari kantor karena ada meeting dengan klien dan masalah tender perusahaan yang penting, aku dikejutkan tepukan di bahuku.

"Mati aku.... walah kamu In, ngagetin aja "
"Iya Pak, saya ngelihat Bapak melamun sendiri disini , daripada Bapak ntar kemasukan setan ya aku temenin aja.." katanya sambil tersenyum manis.

Aku tersenyum kecut, dan tiba tiba aku jadi memandang Indira dengan tajam. Tidak nyangka, Indira cantik juga, mungkin selama ini kami hanya bertegur sapa sebentar, sebba aku harus bergegas berangkat kantor saat dia sibuk mengurusi anak-anak ku yang masih kecil.

Badan Indira yang kecil, kulit coklat sawo matang dan halus, alisnya tebal, tapi sayang buah dadanya masih kecil. Waktu itu Indira mengenakan kaos putih longgar, celana pendek biru, sehingga pahanya terpampang Indira mempesona.

"Usiamu berapa In..? " tanyaku.
" 16 tahun Pak, kalau di kampung usia 16 tahun belum menikah dikatain perawan tua, atau tidak laku Pak..?" jelasnya.
"Ooooo... trus calon suamimu kerja apa ..? "tanyaku lagi.
"Ndak tahu pak ..saya aja ngelihat mukanya aja belum pernah. Kadang saya takut menikah, wong orang nya saja saya belum tahu. Tapi kata emak, dia anak kepala dusun sebelah.."

"Lha kok begitu..?"
"Gak tahu deh Pak. mungkin sudah nasib saya jadi perempuan kampung, pasrah ma kehendak orang tua, padahal sekarang jamannya gelobalisasi kan Pak..? protesnya.

Aku hanya tertawa mendengar ucapannya yg polos.
"Ahhh aku mau istirahat dulu In, aku gak enak badan, masuk angin kali ini, badanku rentek semua...."
"Bapak mau Indira pijat? Indira kasihan sama Bapak, akhir akhir ini banyak masalah semenjak Indira mau berhenti..? Maafin Indira ya Pak..." katanya.
"Kamu bisa mijit ...? " tanyaku, " Bisa sedikit sedikit, dulu waktu dikampung saya sering diminta Bapak mijit kalo Bapak pulang dari sawah.."
"Ya sudah , ayo di kamar tamu aja kita mijitnya, pake minyak ya, kamu ambil di kamar, aku tunggu di kamar tamu "
"Ya Pak.." Indira .
"Ayo pak dimulai " kata Indira. " Walah kaget aku, kamu kok senengnya ngagetin orang mulu..?’ jawabku sambil nyubit paha si Indira pelan.
"Ah Bapak aja yang suka ngelamun..ntar kemasukan setan lho Pak..."
"Enak juga Ndri pijitan kamu ", tangan mungilnya mulai mijit punggung dengan minyak.
"Pak celananya dicopot aja, ntar kena minyak kotor."
"Ya sudah terserah kamu saja, kamu yang buka ya," jawabku sekenanya.

Tidak lama kemudian.

"Punggungnya udahan Pak, sekarang Bapak berbalik deh, " katanya. Walah kontan aja aku agak kikuk, karena Indira akan melihat rudal aku. Aku nurut aja, dan setelah aku berbalik Indira tertegun ngelihat rudalku yang cukup gedhe untuk ukuran orang Indonesia.

"Waduh punya Bapak gede sekali, pantas aja ibu sayang. Sama Bapak, maaf Pak, Indira gak sengaja ngintip Bapak sama ibu waktu lagi main, seru bener, kayaknya ibu nikmatin banget. Enak gak sih pak kalo main begitu ...? tanyanya polos.

"Tentu enak sekali In, kalo gak mana bisa ibu nikmatin bener.... kamu mau nyoba...?" Jawabku sekenanya.

Ku lihat Indira hanya tertunduk malu, mukanya merah, dan aku raih tangannya dan kupegangkan ke rudalku. Dia diam aja menggenggam rudalku.
"Ya sudah kamukan pernah ngintip aku main sama ibu, coba kamu praktekkin ke aku, gak usah malu malu, kamar sudah aku kunci kok,"

Tanganku menyusup ke balik kaos, dan meremas lembut payudaranya yang kecil.

"Uhhhh... Bapak." dan aku melepaskan kaos longgarnya, sekali sentak, lepaslah tali pengait bra itu, terpampang badan mungil dengan payudara gadis lugu pengasuh anakku itu, kecil dan puting kemerahan.

Aku dekap tubuh kecil itu membungkuk, dan dadanya pas dimuka, kukulum puting payudara kiri, kanan, kiri lagi. " Uhhh Pak... geli Pak.... " Ku rasakan tangan Indira yang megangin kontolku mulai bergerak mengocok ngocok kontolku hingga berdiri tegak.

Kubaringkan Indira di tempat tidur, kukulum bibirnya yang Indira, lidahku mengorek semua rongga mulutnya. Sambil tanganku mulai membuka celana pendek Indira.

Kini Indira hanya mengenakan celana dalamnya yang kecil, dan perlahan aku buka celana dalam yang agak basah, hehehehe udah terangsang juga dia pikirku.

Kubelai belai payudara, terus kebawah keperutnya yang mulus, dan berakhir di vagina Indira yang hanya ditumbuhi bulu yang masih jarang. Nafsuku mulai naik, dan aku kehilangan akal sehatku. Kurenggangkan kedua paha Indira dan aku jilatin vaginanya, kesedot klitorisnya, kukucek kucek vagina dengan lidahku.

Indira menggelinjang kegelian, sambil mengerang ngerang, gak terasa keluar cairan mani dari vaginanya, aku terusin aktivitasku menjilati seluruh vagina Indira.
Setelah puas, aku tarik Indira untuk berposisi 69, aku dibawah dan Indira diatas,

"Isep kontolku In. Kamu sudah pernah belum? Kamukan sudah ngintip aku sama ibu main...?".

Gak ada jawaban dari Indira, cuman rasa nikmat diujung kepala kontolku yang sudah sangat mengeras mulai diisep Indira. Akupun lanjutin dengan menjilati lagi vagina perawan desa yang cantik ini.

Aku baringkan Indira terlentang, dan ku regangkan pahanya sehingga celah vaginanya nampak licin mengkilat, karena air liurku, bercampur dengan cairan vagina dia. Ku arahkan kepala kontolku ke liang vagina dia yang masih sempit. Kugesek gesekan perlahan.

"Uuhhhh....ahhhhh.... Geli..Pak.... Enak Pak.... Ayo masukin kontolmya Pak, aku sudah gak tahan ingin ngerasain kalo ditusuk kontol yang panjang seperti ibu.." pintanya ngacau.

Kumasukan kontolku pelan-pelan menembus celah vagina Indira, yang sudah licin sekali, kutekan sedikit..." auhhhhhh...sakit Pak.. pelan pelan Pak. Kok sakit sih Pak.. tadi enak... kok sekarang sakit...?’. protes Indira
"Gak apa apa Ndri sakit sedkit, tapi itu hanya pertama dan sebentar aja kok..selanjutnya enak lagi, malah lebih enak dari yang tadi , tahan ya... " Jawabku.

Perlahan kumasukin lagi, sampai pada akhirnya hampir ¾ kontolku amblas ke lobang vagina Indira, dan tidak bisa dimasukin lagi ( menthok kali ) .

"Auh.... Uhhhh sakit Pak.... Sakit!!," jerit Indira perlahan. Aku diamkan saja sambil perlahan kugenjot kontolku.

Sampai pada akhirnya jeritan sakit berganti dengan erangan kenikmatan yang luar biasa... mata Indira merem melek, dan akupun tanpa ragu melanjutkan pompaan kontolku ke lobang vaginanya.
" ahhhh ahhhhh ahhhh Pak... Indira mau pipis Pak... Indira mau pipis.......?" dan tubuh Indira meregang kuat dan oragsme lagi untuk sekian kalinya. Kuteruskan genjotanku dengan gerak statis dan konstan.

Sampai pada akhirnya aku rasakan akan orgasme.... cuman aku masih berpikir.. gak kubiarkan air maniku masuk ke vagina Indira. Takut kalau Indira hamil. Akhirnya jebol sudah pertahananku, ku cabut kontolku dan aku muncratkan air maniku diatas perut Indira.

Kami sama sama terkulai lemas, dan Indira nampaknnya kelelahan. Sementara aku berpakaian, kulihat ternyata Indira tertidur dengan tubuh yang masih telanjang bulat. Aku kenakan semua pakaian dia, dan aku gendong dia ke kamarnya. Kubaringkan Indira ke tempat tidurnya, tiba tiba Indira memelukku.

"Pak, Indira sayang ama Bapak. Indira gak mau pulang... Indira gak mau dikawinkan sama laki laki lain selain sama Bapak. Indira serahin kesucian Indira sama Bapak, sekarang Indira punya Bapak. Apapun status Indira akan Indira terima, asalkan Indira tetep bisa sama Bapak...".

Aku diam saja dan tersenyum, lalu kucium kening Indira. Aku segera berlalu dari kamar Indira yang kini sudah tertidur kecapaian. "Selamat tidur Indira sayang, aku juga menyayangimu," kataku dalam hati sambil menutup pintu kamarnya dan membiarkan dia tidur telanjang.

Sejak malam itu, aku dan Indira selalu mengulang perbuatan serupa setiap ada kesempatan. Dia semakin betah bersama kami, dan memutuskan untuk tidak akan pernah pulang ke kampungnya. Indira mengasuh anak-anakku dengan kasih sayang ibu. Mungkin secara badannya sudah menjadi istri keduaku.

Hampir setiap hari aku mengentot memek Indira. Dia bahkan berkeinginan memiliki anak dari hubungan kami ini, tapi aku melarangnya karena takut ketahuan istriku. Agar aman, dia aku suruh mengikuti program KB sehingga aku bebas membuang spermaku dalam memeknya yang legit.

Sejak sering aku kentot. Tetek Indira semakin besar dan mantap. Aku paling suka menetek teteknya. Pentilnya juga semakin menjulang karena sering aku gigit. Sementara, memeknya walau sering aku kentot tetap masih sempit. Oh Indira, aku ingin tiap hari memekmu sayang.

- TAMAT -

Obsesiku Dikentot Penis Bapak-bapak

Ini adalah cerita Warti tetanggaku. Aku hanya coba ceritakan apa yang dirasakannya selama ini.

Namaku Warti, usia 20 tahun, dan statusku sudah janda. Papaku waktu itu menjodohkan dengan seorang Bapak-bapak ganteng dan usianya sekitar 47 tahun, seorang duda kaya.

Memang usiaku saat itu sudah cukup untuk berumah tangga dan wajahku juga tergolong lumayan, walau pun badanku terlihat agak gemuk mungkin orang menyebutku bahenol, namun kulitku putih, tidak seperti kebanyakan teman-temanku karena memang aku dilahirkan di tengah-tengah keluarga yang berdarah Cina-Sunda, papaku Cina dan mamaku Sunda asli dari Bandung.

Sehingga kadang banyak pemuda-pemuda iseng yang mencoba merayuku. Bahkan banyak di antara mereka yang bilang bahwa payudaraku besar dan padat berisi sehingga banyak laki-laki yang selalu memperhatikan buah dadaku ini saja. Apalagi bila aku memakai kaos yang agak ketat, pasti dadaku akan membumbung tinggi dan mancung. Tetapi sampai aku duduk di kelas 3 SMA aku masih belum memiliki pacar dan masih belum mengenal yang namanya cinta.

Sebenarnya dalam hatiku aku menolak untuk dijodohkan secepat ini, karena sesungguhnya aku sendiri masih ingin melanjutkan sekolah sampai ke perguruan tinggi. Namun apa daya aku sendiri tak dapat menentang keinginan papa dan lagi memang kondisi ekonomi keluarga saat itu tidak memungkinkan untuk terus melanjutkan sekolah sampai ke perguruan tinggi.

Karena ketiga adikku yang semua laki-laki masih memerlukan biaya yang cukup besar untuk dapat terus bersekolah. Sementara papa hanya bekerja sebagai pegawai swasta biasa. Maka dengan berbagai bujukkan dari keluarga terutama mamaku aku mengalah demi membahagiakan kedua orangtuaku.

Begitulah sampai hari pernikahan tiba, tidak ada hal-hal serius yang menghalangi jalannya pernikahanku ini dengan pemuda yang baru aku kenal kurang dari dua bulan sebelumnya. Setelah acara resepsi pernikahan selesai seperti biasanya kedua pengantin yang berbahagia memasuki kamar pengantin untuk melaksanakan kewajibannya.

Saat malam pengantin atau malam pertama tidak terjadi pada malam itu, karena setelah berada dalam kamar aku hanya diam dan tegang tidak tahu apa yang harus kulalukan. Maklum mungkin karena masih terlalu lugunya aku pada waktu itu. Suamiku pada waktu itupun rupanya belum terlalu “mahir” dengan apa yang disebut hubungan suami istri, sehingga malam pertama kami lewatkan hanya dengan diraba-raba oleh suami yang sudah berumur tersebut.

Itu pun kadang-kadang aku tolak karena pada waktu itu aku sendiri sebenarnya merasa risih diraba-raba oleh lelaki. Apalagi oleh lelaki yang “belum” aku cintai, karena memang aku tidak mencintai suamiku. Pernikahan kami semata-mata atas perjodohan orang tua saja dan bukan atas kehendakku sendiri.

Barulah pada malam kedua suamiku mulai melancarkan serangannya, ia mulai melepas bajuku satu per satu dan mencumbu dengan menciumi kening hingga jari kaki. Mendapat serangan seperti itu tentu saja sebagai seorang wanita yang sudah memasuki masa pubertas akupun mulai bergairah walaupun tidak secara langsung aku tunjukkan kepada suamiku.

Apalagi saat ia mulai menyentuh bagian-bagian yang paling aku jaga sebelumnya, kepalaku bagaikan tak terkendali bergerak ke kanan ke kiri menahan nikmat sejuta rasa yang belum pernah kurasakan sebelumnya.

Kemaluanku mulai mengeluarkan cairan dan sampai membasahi rambut yang menutupi vaginaku. Suamiku semakin bersemangat menciumi puting susu yang berwarna merah muda kecoklatan dan tampak bulat mengeras mungkin karena pada saat itu aku pun sudah mulai terangsang. Aku sudah tidak ingat lagi berapa kali ia menjilati klitorisku pada malam itu, sampai aku tak kuasa menahan nikmatnya permainan lidah suamiku menjilati klitoris dan aku pun orgasme dengan menyemburkan cairan hangat dari dalam vaginaku ke mulutnya.

Perasaan tidak sabar, kubuka dan kuangkat lebar kakiku sehingga akan terlihat jelas oleh suamiku lubang vagina yang kemerahan dan basah ini. Suamiku membuka celana dan CD nya. Alangkah terkejutnya aku, ternyata penisnya besar, panjang, dan telah membengkak.

Atas permintaannya, ku pegang batang penisnya yang besar, keras dan panjang luar biasa tersebut. Perlahan-lahan ku tuntun kepala penis nya masuk ke lubang vaginaku yang sudah basah dan licin.

Rasa nikmat luar biasa kurasakan saat kepala penis suamiku menggosok-gosok bibir vaginaku ini. Dengan sedikit mendorong pantatnya suamiku berhasil menembus keperawananku, diikuti rintihanku yang tertahan.

Untuk pertama kalinya vaginaku ini dimasuki penis laki-laki dan anehnya tidak terasa sakit seperti yang seringkali aku dengar dari teman-temanku yang baru menikah dan menceritakan pengalaman malam pertama mereka. Memang ada sedikit rasa sakit yang menyayat pada saat kepala penis itu mulai menyusup perlahan masuk ke dalam vaginaku ini, tapi mungkin karena pada waktu itu aku pun sangat bergairah sekali sehingga aku sudah tidak perduli lagi dengan rasa sakitnya.

Apalagi saat suamiku mulai menggosok-gosokkan batang penisnya itu di dalam vaginaku, mataku terpejam dan kepalaku hanya menengadah ke atas, menahan rasa geli dan nikmat yang tidak dapat aku ceritakan di sini.

Kedua tanganku memegang tepian ranjang yang berada di atas kepalaku. Semakin lama goyangan pinggul suamiku semakin cepat diikuti dengan desahan nafasnya yang memburu membuat nafsuku makin menggebu. Sesekali terdengar suara decak air atau becek dari lubang vaginaku yang sedang digesek-gesek dengan batang penis suamiku yang besar, yang membuatku semakin cepat mencapai orgasme yang kedua.

Sementara suami masih terus berpacu untuk mencapai puncak kenikmatannya, aku sudah dua kali orgasme dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sampai akhirnya suamiku pun menahan desahannya sambil menyemburkan cairan yang hangat dan kental dari kepala penisnya di dalam lubang vaginaku ini.

Belakangan baru aku ketahui cairan itu yang disebut sperma, maklum dulu aku tergolong gadis yang kurang gaul jadi untuk hal-hal atau istilah-istilah seperti itu aku tidak pernah tahu. Cairan sperma suamiku pun mengalir keluar dari mulut vaginaku membasahi sprei dan bercampur dengan darah keperawananku.

Kami berdua terkulai lemas, namun masih sempat tanganku meraba-raba bibir vagina untuk memuaskan hasrat dan gairahku yang masih tersisa. Dengan menggosok-gosok klitoris yang masih basah, licin dan lembut oleh sperma suamiku, aku pun mencapai orgasme untuk yang ketiga kalinya.

Luar biasa memang sensasi yang aku rasakan pada saat malam pengantin itu, dan hal seperti yang aku ceritakan di atas terus berlanjut hampir setiap malam selama beberapa bulan. Setiap kali kami melakukannya aku selalu merasa tidak pernah puas dengan suami yang hanya mampu melakukannya sekali.

Aku membutuhkannya lebih dari sekali dan selalu menginginkannya setiap hari. Entah apa yang sebenarnya terjadi dalam diriku sehingga aku tidak pernah bisa membendung gejolak nafsuku. Padahal sebelum aku menikah tidak pernah kurasakan hal ini apalagi sampai menginginkannya terus menerus. Mungkinkah aku termasuk dalam golongan yang namanya hypersex?

Dua tahun kami menikah aku bercerai dengan suamiku, karena semakin hari suamiku semakin jarang di rumah, karena memang sehari-harinya ia bekerja sebagai manajer marketing di sebuah perusahaan swasta sehingga sering keluar kota dengan alasan urusan kantor.

Tidak lama terdengar berita bahwa ia memiliki istri simpanan. Lebih menyakitkan lagi, istrinya itu lebih muda dariku, atau baru tamat SMA. Tak rela berbagi suami dengan wanita lain, akhirnya aku resmi diceraikannya.

Sakit memang mendengar pengakuan suami tentang istri simpanannya mudanya itu. Dengan terus terang dia mengatakan bahwa istri simpanannya merupakan anak PKL di kantornya dan masih perawan ketika dikentotnya.

Katanya istri simpanan suamiku itu selalu dapat membuat dirinya bahagia di atas ranjang, dan sangat pintar membuatnya orgasme, sehingga ia selalu minta dipuaskan.

Lima tahun sudah aku hidup menjanda, dan kini aku tinggal sendiri dengan mengontrak sebuah rumah di pinggiran kota Jakarta. Beruntung aku mendapat pekerjaan yang agak lumayan di sebuah perusahaan swasta sehingga aku dapat menghidupi diriku sendiri. Belakangan ini setiap malam aku tidak dapat tidur dengan nyenyak, sering aku baru bisa tertidur pulas di atas jam 03.00 pagi. Mungkin dikarenakan pikiranku yang sering ngelantur belakangan ini. Sering aku melamun dan membayangkan saat-saat indah bersama suamiku dulu.

Sering pula aku membayangkan diriku bermesraan dengan bapak-bapak tua yang seksi dan gagah serta berkumis dan berbulu. Sehingga setiap malam aku maturbasi. Tidak ada keberanian untuk menggoda pria tua yang telah menjadi pujaan dan obsesi seks ku.

- TAMAT-

Nikmatnya Dikentot Tiga Bapak-bapak

Namaku Melani, usiaku 21 tahun, masih kuliah salah satu universitas di Jakarta. Saat masih SMA,  aku punya banyak kesibukan seperti les dan belajar kelompok. Akibat itu, aku sering pulang malam.

Aku sendiri tidak takut, karena sudah sering. Jika pulang malam, aku menggunakan jasa ojek untuk mengantarku ke rumah. Oya, aku akan menceritakan diriku terlebih dahulu. Saat itu, aku berumur 16 tahun. Kulitku sawo matang seperti kebanyakan gadis jawa, rambut lurus panjang  berwarna hitam sepunggung.

Bentuk fisikku biasa saja, tinggi 163 cm dengan berat 51 kg. Ukuran bra 34B. Ketika itu, aku belum tahu tentang sex sama sekali. Maklum, aku tinggal di lingkungan yang baik-baik. Kejadian yang mengubah hidupku terjadi ketika suatu hari aku pulang dari rumah temanku.

Waktu itu sekitar bulan November, ketika Jakarta memasuki musim hujan. Aku pulang dari rumah teman sekitar jam 8 malam dengan menggunakan ojek. Aku selalu memilih pengemudi ojek yang tampangnya baik-baik.

Pengemudi ojek yang kutumpangi kali ini sudah sudah tua kira-kira 50-an tahun dan tampangnya penuh senyum. Sepanjang perjalanan dari daerah Lenteng Agung ke rumahku di Srengseng Sawah, beliau mengajakku ngobrol dengan sopan sambil melajukan motornya pelan-pelan. Namun di tengah  jalan hujan mulai turun dan semakin deras. Bajuku sudah setengah basah akibat hujan dan tampaknya tukang ojek yang namanya Pak Handoko melihatku hampir kuyup dan kedinginan.

Dia mengajakku berteduh terlebih dahulu di pos ojek terdekat. Pos itu tidak seperti gubuk-gubuk yang biasa dijadikan pos ojek dan penerangannya cukup baik. Di dalamnya terdapat dua pengemudi ojek lain yang juga menunggu hujan, sebut saja namanya Pak Fachri dan Pak Syahril usianya setara sekitar 50 tahunan.

Pak Handoko memintaku masuk agak ke dalam karena hujan sudah sangat deras. Sementara itu, Pak Handoko terlihat ngobrol dengan Pak Fachri dan Pak Syahril sambil sesekali melihat ke arahku.
Agak risih juga, karena aku gadis seorang diri di sana sementara baju SMA ku yang sudah lembab terlihat agak transparan.

Beberapa lama kemudian, karena hujan belum reda, Pak Fachri menawarkan teh manis hangat yang tersedia di pos tersebut. Tanpa curiga aku meminumnya sementara mereka melihatku sambil tersenyum. Setelah itu, mereka mengajakku ngobrol macam-macam. Kira-kira 5 menit kemudian, aku mulai merasa agak panas.

Rasanya gerah sekali bajuku, padahal masih lembab. Anehnya aku juga mulai berkeringat. Mereka yang melihat reaksiku. "Kenapa neng, gerah ya?,” tanya Pak Handoko.
"Iya nih pak, panas,” jawabku. "Buka saja neng bajunya" timpal mereka bertiga hampir bersamaan.

Gila, yang benar saja. Aku diam saja mendengar omongan mereka, aku anggap hanya lelucon orang dewasa. Tapi beberapa saat kemudian, tangan mereka mulai nakal menggerayangi pahaku yang masih terbungkus rok abu-abu. Aku yang semakin kepanasan mencoba menepis tangan mereka. "Ih, apa sih pak, jangan macam-macam ah" kataku. "Ga apa-apa neng, sekali-sekali, ntar neng juga doyan kok” kata salah seorang bapak.

Sial, berani benar mereka, aku mencoba melawan dan teriak minta tolong, tetapi karena hujan sangat deras dan jalanan sepi, tidak ada yang mendengarku. Seketika itu juga, aku didorong hingga rebah di dipan pos tersebut. Tangan dan kakiku dipegangi.
"Neng, kalo neng diem, kita janji deh ga bakalan bikin neng kesakitan, malah kita puasin.” kata Pak Handoko.

Aku diam saja melihat mereka, pikiranku antara sadar dan tidak, aku merasa kepanasan seolah ikut bergairah meladeni mereka. Pak Fachri dan Pak Syahril mulai melepas kancing seragamku sedangkan pak Handoko menyingkap rokku dan mengelus-elus pahaku. Sekarang Mereka mulai mencumbui daerah dadaku dan pahaku.

"Ahh, pak, jangan pak.. saya belum pernah.. ahh”
Mereka malah semakin liar menjilatinya. Pak Fachri mulai menggerayangi punggungku mencari kancing bra ku, tapi anehnya aku malah ikut mengangkat punggungku untuk membantunya.

Seketika itu dadaku terpampang jelas di depan mereka, menjulang keluar seperti bukit, dengan puting warna coklat muda. Pak Fachri dan Pak Syahril kemudian menghisap putingku perlahan, membuat putingku makin tegak berdiri dengan keras. Jilatan lidah Pak Handoko semakin nakal, kadang-kadang menyelinap ke balik CD ku yang sudah basah membuatku semakin kepanasan.
"ahh.. Pak.. Ouch..” kataku makin tak jelas.

Pak Handoko mulai menarik CD ku. Aku mengangkat pantatku untuk membantunya.
"Wah, cantik banget neng, vaginanya. Masih perawan ya" begitu kata beliau ketika melihat vaginaku yang berwarna merah muda dengan bulu vagina yang jarang dan tampak mengkilat karena lendir kewanitaanku.

"sekarang saya bikin neng puas deh" dan setelah itu beliau mulai menjilati daerah pribadi saya. Saat itu, saya berpikir saya sedang dikerjai, tapi justru saya menikmatinya. Ketika mereka sudah tidak menahan tangan dan kaki saya, tangan saya malah mulai ikut menekan-nekan kepala pak Fachri dan Pak Syahril sedangkan kaki saya menjepit kepala Pak Handoko seolah ingin mendapatkan kenikmatan lebih. "ahh.. ahh.. ahh. Pak.. ahh.. enakh.. trus..” aku meracau terus tanpa henti
ketika pak Handoko memainkan klitorisku "Ahhh.. Pak.. aku mau pipis.. ah..”
"Arrhhhh..” aku teriak sekencangnya ketika aku orgasme untuk pertama kalinya.

Seketika itu badanku lemas tidak bisa bergerak. Sementara mereka malah keenakan menjilati vaginaku bergantian, menghabiskan lendir kewanitaanku yang sudah banjir di rok. Kemudian sisa bajuku dilepas semua hingga aku bugil. Mereka juga melepaskan baju mereka hingga kami berempat bugil di pos ojek tersebut.

Hujan masih sangat deras hingga tidak satu pun orang mengetahui kejadian ini. Mereka mulai merangsangiku lagi dengan menjilatiku, kali ini Pak Handoko dan Pak Syahril menjilati putingku, sedangkan pak Fachri menjilati liang kewanitaanku.

Aku yang masih di bawah pengaruh obat perangsang kembali bergairah menerima perlakuan mereka.
"ahh.. ahh.., udah ahh. Terusin Pak.. ahhh. Emh.. Pak.. enak banget..” kataku tak karuan.

Pak Fachri menjawab, "Vaginamu juga enak say”
"ahh.. ahh” aku menggelinjang menerima perlakuan mereka, sekarang adegan yang seharusnya pemerkosaan sudah berubah menjadi adegan sex yang kuinginkan lebih. "ahhh.. Pak aku mau keluar..”

Kali ini ketika mereka tahu aku mau orgasme, mereka berhenti merangsangku. Aku yang sudah sangat horny sedikit kecewa waktu itu, tapi Pak Fachri malah rebah di sampingku dan kedua pengojek lain menuntunku ke atas tubuh Pak Fachri.

Ketika bibir Vaginaku tersentuh kepala penis Pak Fachri yang besar dan panjang, aku merasa sangat terangsang. Dalam keadaan terangsang berat, aku mulai memegang penis Pak Fachri yang sudah sangat besar, dan memainkannya di bibir vaginaku.

Sesekali Pak Fachri menarikku hingga kepala penisnya masuk ke vaginaku. Sementara dua pengojek lainnya masih memainkan putingku dan bibirku. Aku merasa sangat kenikmatan. Kukocok penisnya di ujung vaginaku, semakin lama ku dorong semakin dalam dan akhirnya.
"Ahhh.. ahhhh.. ahhhhhhh” tembus sudah keperawananku.

Pak Fachri mendiamkan batang penisnya sebentar, membiarkanku beradaptasi dengan benda besar di dalam vaginaku sambil menikmati pijatan dinding kemaluanku yang masih sangat rapat.

Kemudian Pak Fachri mulai menaik-turunkan badanku hingga aku mendesah keenakan. Lama kelamaan aku bisa mengocok penisnya dengan vaginaku sendiri. "Ahhh.. ahhh.. cplok cplok... ehhhhhggghhh..” begitu bunyi permainan kami. "Enak banget vaginamu, say. Masih rapet” kata Pak Fachri yang kemudian menarikku dan menghisap putingku.

"Hmmm ahhh.. Ssshhhh enghhhhh.. ahhhhh.. awhhhh..” aku tak bisa berkata-kata lagi karena terlalu keenakan menikmati penis Pak Fachri.

Di lain sisi. Pak Handoko mengocok batang penisnya yang besar dan panjang melihat adegan kami dengan Pak Fachri, sedangkan Pak Syahril mencoba mengeksplorasi liang pantatku. Beliau memasukkan jarinya.

"Ahhh sakit pak.. ahhh..” begitu kataku, ketika jari tengahnya masuk.
"Sabar neng, nanti juga enak..” kata pak Syahril, kemudian malah memasukan batang penisnya yang besar ke anusku. Rasanya sangat sakit.
"Arrrghh.. Sakit pak.. sudah..” tapi beliau tak peduli, penis besarnya terus dimasukkan hingga dalam kemudian aku dibiarkan istirahat.

Setelah terbiasa, mereka berdua mengocokku, aku seperti isi sandwich, Pak Fachri mengocok vaginaku dari bawah sedangkan Pak Syahril mengocok anusku dari atas. Aku teriak-teriak, antara keenakan dan kesakitan.

"arrrgghh.. ahhh..ahhh..”
"Owhhh.. enakkk... trusss... Ssshshhhhhh...”
Pak Handoko yang melihat adegan kami dipanggil kedua rekannya.
"Pak, jangan bengong saja, ini masih ada satu lobang” sambil menunjuk mulutku.

Pak Handoko memasukkan penisnya ke mulutku hingga aku sesak napas. Kepalaku ditariknya maju mundur hingga ke tenggorokan. Aku semakin kewalahan menghadapi nafsu binal mereka. Semakin lama aku semakin tidak sadar dengan apa yang ku perbuat.

"Ahhh.. ahh..” desahku di antara hisapan penis Pak Handoko.
"ahhkk.. neng enak banget vaginanya..” kata Pak Fachri
"trus neng, jangan berhenti” kata Pak Handoko. "Neng, bentar lagi keluar nih” kata Pak Syahril.
"Arrrrrhhhh... ssshhhhh” Seluruh tubuhku terasa bergetar.

Aku ambruk di atas tubuh Pak Fachri yang berbulu lebat. Kukeluarkan seluruh lendir kewanitaan dari vaginaku hampir bersamaan dengan ketiga orang itu mengeluarkan spermanya di dalam vaginaku. Sesaat kemudian aku tak sadarkan diri. Ketika aku sadar, aku sudah kembali berpakaian dengan kusut. Seluruh tubuhku lemas.

Jam menunjukkan pukul setengah 11 malam. Vagina dan anusku masih penuh dengan sperma ketiga bapak-bapak ini. Aku masih dipeluk Pak Fachri, dia hisap mulutku yang penuh sperma. Dia minum sisa-sisa sperma dalam mulutku.

Lima menit kemudian, ketika aku sudah mampu berdiri, Pak Handoko memelukku dan meremas buah dadaku. "Mau kita kentot lagi Neng? Bapak masih belum puas Neng," tanya pak Handoko.

Aku menggeleng tanda menolak, sehingga dia mengantarku pulang sampai ke rumah. Orang tuaku menanyaiku, tapi aku telalu lelah sehingga aku langsung masuk kamar dan tidur.

Itu lah pengalaman pertamaku melakukan hubungan sex dengan orang-orang yang sudah sepantasnya jadi Papaku. Sampai saat ini, seringkali aku rindu disetubuhi ketiga Bapak-bapak yang ganteng dan gagah ini lagi tapi aku masih tidak berani mengutarakan kepada mereka.

- TAMAT-

Michio dan Bapak Mertuanya yang Gagah

Lahirnya anakku berawal saat ibu suamiku atau ibu mertuaku sakit dan harus dirawat lama di rumah sakit. Hiroshi suamiku, harus terbang ke luar kota untuk urusan bisnis yang amat penting.

Tadinya Hiroshi tak setuju saat istrinya Michio meminta Papanya bernama Mamoto yang telah berusia 55 tahun itu menginap di rumahnya untuk sementara untuk menemaninya pergi ke rumah sakit, mengatakan padanya bagaimana hal itu akan mengganggu pikirannya karena dia adalah titik penting dalam negosiasi kali ini.

Dan pikiran yang sangat mengganggunya itu adalah karena dia curiga sudah sejak dulu Papanya ada 'perasaan lain' pada Michio istrinya. Ia merasa sangat marah pada Hiroshi, karena sangat egois dan dengan perasaan cemburunya itu.

Bukan hanya kali ini Hiroshi meragukan kesetiaannya terhadap perkawinan mereka dan kali ini dia merasa telah berada dalam puncaknya. dan dia tahu dia akan membuat Hiroshi membayar sikapnya yang menjengkelkan itu. Ketika itu terjadi, Papa tiba pada hari sebelum Hiroshi terbang ke luar kota untuk bertemu kliennya.

Dia tidak membiarkan kedatangan Papa mengganggu jadwalnya, meskipun dia akan membiarkan Papanya bersama Michio tanpa dia dapat mengawasinya selama beberapa hari kedepan. Ini adalah segala yang Michio harapkan dan lebih, ketika dia menyambut Papa dengan secangkir teh yang menyenangkan. Dia bisa katakan dari perhatian Papa yang ditunjukkannya pada kunjungan itu.

Mata Papa mertuanya berbinar saat dia tahu Hiroshi akan pergi besok pagi-pagi benar, dan dia mendapatkan Michio sendirian dalam beberapa hari bersamanya. Michio sangat menarik, yang sungguhpun dia tahu sudah tidak punya kesempatan terhadap Michio, dia masih berpegang pada harapannya, dan berbuat yang terbaik untuk mengesankannya, dan menggodanya.

Michio tersanjung oleh perhatiannya, dan menjawab dengan mengundang bahwa mereka berdua dapat mulai untuk membiarkan harapan dan pemikiran yang telah dia kubur sebelumnya untuk mulai kembali ke garis depan itu.

Sudah terlambat untuk jam kunjungan rumah sakit sore itu, sehingga mereka akan kembali lagi esok paginya sekitar jam sebelas. Michio menuangkan beberapa gelas wine untuk mereka berdua sekembalinya dari rumah sakit petang itu.

"Aku harus pergi dan mandi. Aku kira aku tidak punya waktu pagi nanti".
"Oh bisakah Papa membiarkan showernya tetap hidup? Aku juga mau mandi jika Papa tidak keberatan".

Michio mau tak mau nati akan menyentuh dirinya di dalam shower, bayangan tangan Papa pada tubuhnya terlalu menggoda dan rasa marah terhadap suaminya sangat sukar untuk dienyahkan dari pikirannya. Dia belum terlalu sering mengenakan jubah mandi sutera itu sebelumnya, tetapi memutuskan untuk memakainya malam ini. Hasrat hatinya mendorongnya untuk melakukannya untuk Papa mertuanya, Hiroshi bisa protes padanya jika dia ingin.

Terlihat pas di pinggangnya dan dengan tali terikat, membuat dadanya tertekan sempurna. Itu nampak terlalu 'intim' saat dia menunjukkan kamar mandi di lantai atas. Michio meninggalkannya, dan kemudian kembali semenit kemudian.
"Aku menemukan salah satu jubah mandi Hiroshi untuk Papa" dia berkata tanpa berpikir saat dia membukakan pintu untuknya.

Di dalam cahaya remang-remang, Michio dapat melihat pantatnya yang atletis. Mereka duduk bersama di atas sofa, melihat TV. Setelah dua gelas wine lagi, Michio tahu dia akan mendorong 'keinginan' manapun yang Papa ingin lakukan. Dia sedikit lebih tinggi dari Hiroshi, maka jubahnya hanya sampai setengah paha berototnya.

Mau tak mau Michio meliriknya sekilas dan ingin melihat lebih jauh lagi. Dengan cara yang sama, Papa sulit percaya akan keberuntungannya untuk duduk disamping Michio yang berpakaian sangat menggoda dan benaknya mulai membayangkan lebih jauh lagi.

Papa mertuanya akan dikejutkan jika dia kemudian mengetahui hal sederhana apa yang akan membuat hasratnya semakin mengakar. Besok adalah hari ulang tahun Michio, dan Hiroshi lupa seperti biasanya, alasannya bahwa tidak ada waktu untuk lakukan apapun ketika dia sedang pergi, dan dia telah berjanji pada Michio kalau dia akan berusaha untuk mengajaknya untuk sebuah dinner yang manis ketika pulang.

Kenyataannya, Papa mertuanya tidak hanya tidak melupakan, tetapi membawakannya sebuah hadiah yang menyenangkan seperti itu, menjadikan hatinya lebih hangat lagi. Dia seperti seorang anak perempuan kecil yang sedang membuka kotak, dan menarik sebuah kalung emas.

"Oh Papa, Papa seharusnya tidak perlu, ini indah sekali".
"Tentu saja aku harus, tapi aku takut itu tidak bisa membuat kamu lebih cantik cintaku. Sini biarku ku pasangkan untukmu".
"Ohh Papa!" Michio merasa ada semacam perasaan cinta untuknya saat dia berada di belakangnya.

Dia harus lebih dulu mengendurkan jubah untuk membiarkan dia memasang kaitan di belakang, dan ketika dia berbalik ke arahnya, Papa tidak bisa menghindari tetapi matanya mengarah pada belahan dada Michio yang menyenangkan.

"Oh, apa rantainya kepanjangan?" ia berharap, menatap kalung yang melingkar diatas dada lezatnya.
"Tidak pa. ini menyenangkan" dia tersenyum, menangkap dia memandang ke sana lebih banyak dari yang seharusnya diperlukan.
"Oh terima kasih banyak".

Michio menciumnya dengan agak antusias dibanding yang perlu dilakukannya dan putus tiba-tiba dengan sebuah gairah dipermalukan. Kemudian Papa menangkap momen itu, menarik punggungnya seolah-olah meredakan kebingungannya dan menciumnya dengan perasaan jauh lebih dibandingkan perasaan seorang mertua.

"Selamat ulang tahun sayang" katanya, saat senyuman mereka berubah jadi lebih serius.
"Oh terimakasih Papa" Michio menciumnya kembali, menyadari ini adalah titik yang tak bisa kembali lagi, dan kali ini membiarkan lidahnya 'bermalas-malasan' terhadapnya.

Dia baru saja mempunyai waktu untuk merapatkan jubahnya kembali saat Hiroshi menelponnya untuk ucapkan selamat malam dan sedikit investigasi. Hiroshi ingin bicara pada Papanya dan memintanya agar menyimpan cintanya untuk ibunya yang sudah meninggal.

Mata Michio tertuju pada Papa saat dia menenteramkan hati putranya di telpon, mengetahui dia akan membiarkan pria ini melakukan apapun.
"Aku sangat suka ini pa." Michio tersenyum ketika telpon dari Hiroshi berakhir.

Dia menggunakan alasan memperhatikan kalungnya untuk membuka jubahnya lagi, kali ini sedikit lebih lebar.
"Apa kamu pikir ini cocok untukku?"
"Mmm oh ya." dia tersenyum, matanya menelusuri bagian atas gundukan lezatnya, dan untuk pertama kalinya membiarkan gairahnya tumbuh.

Menantu cantiknya itu secara terbuka mem-presentasikan payudaranya untuk kekasihnya, membiarkan dia menatapnya ketika dia membusungkan dadanya jauh lebih lama dibandingkan hanya sekedar untuk memandangi kalung itu. Dia mengangkat tangannya dan memegang mainan kalung itu, mengelus diantara dadanya, menatap tajam ke dalam matanya.

"Kamu terlihat luar biasa dengan memakainya" dia tersenyum.

Nafas Michio yang memburu adalah nyata ketika tangan kekasihnya telah menyentuhnya di sana, dan pandangannya yang memikat saat kekasihnya menyelami matanya memberi dia tiap-tiap dorongan. Mereka berdua tahu apa yang akan terjadi kemudian, sudah terlalu jauh untuk menghentikannya sekarang.

Dia akan bercinta dengan Papa mertuanya. Mereka berdua juga menyadari, bahwa tidak perlu terburu-buru kali ini, mereka harus lebih dulu membiarkan berjalan dengan sendirinya, dan walaupun kemudian itu akan menjadi resikonya nanti. Michio bisa melihatnya sekarang kalau 'pertunjukannya' yang nakal telah memberi efek pada gairah kekasihnya.

Gundukan yang terlihat nyata di dalam jubahnya menjadikan jantungnya berdebar kencang, dan kekasihnya menjadi bangga ketika melihatnya menatap itu, seperti halnya dia yang memandangi payudaranya.
"Kamu sudah cukup merayuku. Kamu nakal Michio!"

Menantunya tersenyum dengan kata-kata terakhir Papa mertuanya, memberi dia pelukan yang lain. Pelukan berubah menjadi sebuah ciuman, dan kali ini mereka berdua membiarkan perasaan mereka menunjukkannya, lidah mereka saling melilit dan memukul-mukul satu sama lain.

Michio merasa tali jubahnya mengendur, dan Papa segera merasakan hal yang sama.
"Oh Papa. Kita tidak boleh seperti ini," dia menjauh dari kekasihnya sebentar, tidak mampu untuk hentikan dirinya dari pemandangan jubahnya yang terbuka cukup lebar untuk melihat ujung penisnya yang tak terukur membesar diantara pahanya yang kuat.
"Ohh Michio . aku tahu, tapi kita harus melakukannya, aku nafsu melihatmu," dia menarik nafas panjang, memandang pada perutnya untuk melihat kewanitaannya yang sempurna, telah merekah dan mengeluarkan cairannya.

Detak jantung Michio bahkan jadi lebih cepat saat dia lihat tonjolannya menghentak lebih tinggi ke udara saat kekasihnya memandang bagian paling intimnya. "Oh Papa sayang." desahnya pelan saat kekasihnya memeluknya, jubahnya tersingkap dan dia terpana akan tonjolannya yang sangat besar di bagian bawahnya.

Itu sepertinya memuat dua prem ranum yang membengkak dengan benihnya yang berlimpah. Dia tidak bisa hentikan dirinya sekarang. dia membayangkan dirinya berenang di dalamnya.
"Michio cintaku.betapa lamanya aku menginginkanmu." katanya saat ia menggapai paha Michio.
"Oh Papa. seandainya aku tahu. setiap kali Hiroshi bercinta denganku aku membayangkan itu adalah kamu yang di dalamku. Papa termanis. apakah aku terlalu jahat untuk katakan hal seperti itu?"
"Tidak kekasihku." jawabnya, mencium lehernya dan turun pada dadanya, dan membuka jubahnya lebih lebar lagi untuk agar tangannya dapat memegang payudaranya.

Mereka berdua ingin memanfaatkan momen itu. "Apakah kamu ingin aku di sana sekarang?"
"Oh Papa. ya. Papa" erangnya kemudian mengangkat jubahnya dan tangannya meraih penisnya.
"Aku sangat menginginkannya"
"Oh Michio.. kekasihku, apakah ini yang kamu ingin?" dia mengerang, memegang jarinya di sekitar batang berdenyutnya yang sangat besar.

"Oh ya Papa. Penismu. aku ingin penis Papa di dalamku"
"Sayangku yang manis.apa kamu menginginkannya di sini?" kekasihnya melenguh, menjalankan jemarinya yang pintar sepanjang celah itu, menggodanya, membuat matanya memejam dengan nikmat.

Michio hampir merintih ketika dia menatap mata kekasihnya.
"Mmmm penis Papa di dalam vaginaku"
"Ahhh menantuku yang manis" Michio menjilat jarinya dan menggosoknya secara lembut di atas ujung kejantanannya yang terbakar, membuat kekasihnya merasa ngeri dengan kegembiraan. "Kamu ingin jadi nakal kan Papa. Kamu ingin orgasme di dalamku" Michio menggoda, meninggalkan pembesaran tonjolan yang bagus, dan mengalihkan perhatiannya kepada buah zakarnya yang membengkak.

Sekarang adalah giliran kekasihnya untuk menutup matanya dengan gairah yang mengagumkan. "Kamu ingin meletakkan spermamu di dalam istri putramu. kamu ingin melakukan itu di dalam vagina gadis kecilmu" Dia hampir menembakkannya bahkan waktu Michio menggodanya, tetapi entah bagaimana menahan ombak klimaksnya, dan mengembalikannya pada Michio, keduanya sekarang saling memegang pinggang satu sama lainnya.

"Dan kamu ingin benih Papa di dalam kandunganmu kan. dalam kandunganmu yang dahaga. membuat seorang bayi kecil di dalam kandungan suburmu" dia tidak bisa semakin dekat kepada tanda untuknya. Michio telah memimpikan kekasihnya memberinya seorang anak, Michio gemetar dan menggigit bibirnya saat jari tangan kekasihnya diselipkan di dalam saluran basahnya.

"Papa. oh ya. ya. tolong. aku sangat menginginkannya." Hiroshi belum pernah punya keinginan membicarakan tentang hal itu. Michio tidak benar-benar mengetahui apakah dia ingin seorang anak, sekalipun begitu pemikiran itu menjadi sebuah gairah yang luar biasa.

Bibirnya menemukannya lagi, dan tenggelam dalam gairahnya, lidah mereka melilit lagi dengan bebas tanpa kendali yang sedemikian manis. Michio membiarkan jubahnya terbuka seluruhnya sekarang, menekankan payudaranya secara lembut melawan dada berototnya, perasaan geli membuat cairannya lebih berlimpah.

Jantungnya terisi dengan kenikmatan dan antisipasi, pada pikiran bahwa dia menginginkan dirinya.bahwa seluruh gairah Michio akan terpenuhi dengan segera. "Oh gadis manisku yang jahat" lenguhnya saat bibir Michio menggodanya.
"Aku akan pergi sebentar" dia tersenyum dengan mengundang saat dia menoleh ke belakang dari pintu.
"Jangan pergi" Michio melangkah ke lantai atas, jubahnya berkibar di sekitarnya lagi saat dia memandangnya. Michio tidak perlu merasa cemas, suaminya sedang berada jauh di sana dengan segala egoisme kesibukannya, dan Michio mengenal bagaimana kebiasaanya.

Jantung Michio dilanda kegembiraan lebih ketika dia melepaskan jubahnya dan berjalan menuju dia. pada Papa mertuanya. telanjang dan siap untuk menyerahkan dirinya seluruhnya kepada kekasihnya. Ketika dia mendengar langkah kaki Michio pada tangga, dia lalu keluar dari jubahnya dan sekarang berlutut di atas permadani di depan perapian, menghadapinya ketika dia masuk, ereksinya semakin besar dalam posisi demikian.

Michio berlutut di depannya, tangannya memegang obyek hasratnya, yang berdenyut sekilas, lembut dan demikian panas dalam sentuhannya. Matanya terpejam dalam kenikmatan murni saat Michio berlutut dan mencium ujung merah delima itu, matanya terbuka meresponnya, dan mengirim beberapa tetesan cairan lezat kepada lidah penggemarnya. Kekasihnya mengelus payudaranya dan menggoda puting susunya yang gemuk itu.
"Aku sudah siap pa. malam ini seutuhnya milikmu"
"Michio sayang, kamu indah sekali." kekasihnya memujinya dan dia tersenyum dengan bangga.
"Oh Papa. kumohon. Aku sangat menginginkannya. Aku ingin benihmu di dalamku"
"Sepanjang malam cintaku." kekasihnya tersenyum, rebah bertumpu pada sikunya lalu menyelipkan tangannya diantara paha Michio.

"Kita berbagi tiap momen" Michio rebahan pada punggungnya, melebarkan lututnya membiarkan jari kekasihnya berada di dalam rendaman vulvanya.
"Ohh mmm Papa sayang." Michio melenguh saat jari kekasihnya merangsang tunas kesenangannya tanpa ampun.
"Mmm betapa aku sangat memuja perempuan kecilku." kekasihnya menggodanya ketika wajahnya menggeliat di puncak kesenangan.
"Ohh Papa. rasakan bagaimana basahnya aku untukmu"
"Apa anakku yang manis sudah basah untuk penis Papa? Mmmm penis Papa di dalam vagina panas gadis kecilnya.. penis besar Papa di dalam vagina gadisnya yang panas, vagina basah."
Kata-katanya diiringi dengan tindakan saat dia bergerak diantara pahanya, tongkatnya berdenyut dengan bernafsu saat dia mempersiapkan lututnya. "Setubuhi aku pa. masukkan penismu ke dalamku" "Sayang. Michio yang nakal. buka vaginamu untuk penis Papa" tangan mereka memandu, kejantanannya membelah masuk kewanitaannya. "Papa. sepenuhnya untukku kan?"

"Ya putriku manis. sperma yang penuh untuk kandunganmu. apa kamu akan membuat Papa melakukan itu di dalam tubuhmu?" "Ahh ya Papa. aku akan membuatmu memberikan semuanya ke dalam tubuhku. ahh ahh ahh" Michio mulai menggerakkan pinggangnya.takkan menghentikan dirinya saat dia membayangkan itu. Mata mereka saling bertemu dalam sebuah kesenangan yang sempurna, mereka bergerak dengan satu tujuan, yang ditetapkan oleh kata-katanya.

"Papa akan menebarkan semuanya ke dalam kandunganmu yang subur. sperma Papa akan membuat bayi di dalam kandunganmu Michio sayang" tangan kekasihnya mengayun pantatnya sekarang saat dia mulai menusuk lebih dalam, matanya menatap kekasihnya ketika dia menarik pantatnya yang berotot, mendorong lebih lanjut ke dalam tubuhnya. memberinya hadiah yang sangat berharga.

Penis besarnya menekan dalam dan panjang, buah zakarnya yang berat menampar pantatnya saat dia mendorong ke dalam kandungannya. Dia tidak bisa menolong, hanya melihatnya, setiap gerakan mereka yang mendatangkan nikmat. membayangkan waktunya akan segera datang. memancar dari kekasihnya. berenang di dalam dirinya. membuatnya mengandung anaknya.

Dia menggelinjang saat kekasihnya menyusu pada puting susunya yang diremas keras, tangan besarnya meremas payudaranya bersama-sama saat dia mengocoknya berulang-ulang. Dia berteriak, menaikkan lututnya setinggi yang dia bisa untuk memaksanya lebih dalam ke bagian terdalam vaginanya.

Kekasihnya menghentak lebih cepat, meremas pantatnya untuk membuat sebuah lingkaran yang ketat pada vaginanya. momen yang sempurna mendekat dengan cepat saat dia menatap mata kekasihnya yang juga dipeluk selimut puncak surgawi. Michio memperlambat gerakan kekasihnya, menenangkannya ketika waktunya datang. "Aku ingin menahanmu jauh di dalam tubuhku saat kamu keluar.saat kamu memompa benihmu ke dalam tubuhku"
"Oh sayang.ya manisku.tahan aku saat kukeluarkan spermaku ke dalam kandunganmu"

Dia merasa itu membesar di dalam cengkramannya, urat gemuk penisnya siap untuk berejakulasi, dan kemudian menghentak dengan liar, dan dengan masing-masing semburan yang dia rasa pancarannya yang kuat menghantam dinding kewanitaannya, membasahi hamparan ladangnya yang haus kekeringan.

Bibir mereka bertemu dalam lilitan sempurna, tangisan Michio membanjiri kekasihnya kala kekasihnya menyembur dengan deras ke dalamnya. Punggung Michio melengkung, mencengkeram penisnya sangat erat saat ombak kesenangan menggulungnya.

Dia ingin menahannya di sana untuk selamanya. Jantung mereka berdegup sangat keras ketika mereka berbaring bersama, terengah-engah, sampai mereka bisa berbicara. "Oh Tuhan Michio.aku sangat menginginkanmu." Dan untuk beberapa hari kedepan, tak ada sepatah katapun yang sanggup melukiskan momen itu.

- TAMAT-

Video; Bapak Bercinta dengan Bapak

Asiknya lihat video bercinta antara Bapak dengan Bapak. Penis Bapak menusuk tajam lawannya.

DOWNLOAD VIDEO


Mencoba Vagina Perawan Calon Karyawati

Namaku Wijaya, usia 49 tahun dan sudah berkeluarga, tapi aku punya Wanita Idaman Lain (WIL) yang juga sangat kucintai. Ia sudah ku anggap sebagai istri sah ku. Karena itu aku akan memanggilnya dalam cerita ini sebagai istriku.

Dari obrolan selama ini, ia mengatakan bahwa ingin melihatku 'bercinta' dengan wanita lain. Akhirnya tiba lah pengalaman kami yang seru dalam urusan seks.

Siang di hari Sabtu itu terasa panas sekali, tiupan AC mobil yang menerpa langsung ke arahku dan 'istriku' kalah dengan radiasi matahari yang tembus melalui kaca-kaca jendela. Aku sedang melaju kencang di jalan tol menuju arah Bogor untuk suatu keperluan bisnis.

Seperti telah direncanakan, kubelokkan mobil ke arah POM bensin di Sentul. Setelah tadi tak sempat aku mengisinya. Dalam setiap antrian mobil yang cukup panjang terlihat ada gadis-gadis penjaja minuman ber-energi. Sekilas cukup mencolok karena seragamnya yang cukup kontras dengan warna sekelilingnya.

Sederetan gadis-gadis itu tampak ada seorang yang paling cantik, putih, cukup serasi dengan warna-warni seragamnya. Ia terlalu manis untuk bekerja diterik matahari seperti ini walaupun menggunakan topi.

Tatkala tersenyum, senyumnya lebih mengukuhkan lagi kalau di sini bukanlah tempat yang pantas baginya untuk bekerja. Aku sempat khawatir kalau ia tidak berada di deretanku dan aku masih hanyut dalam berbagai terkaan tentangnya, aku tidak sempat bereaksi ketika ia mengangguk, tersenyum dan menawarkan produknya.

Akhirnya dengan wajah memohon ia berkata, "Buka dong kacanya.." Segera aku sadar dengan keadaan dan refleks membuka kaca jendelaku. Istriku hanya memperhatikan, tidak ada komentar.

Meluncurlah kata-kata standar yang ia ucapkan setiap kali bertemu calon pembeli. Suaranya enak didengar, tapi aku tak menyimaknya. Aku malah balik bertanya, "Kamu ngapain kerja di sini?"
"Mom, kita kan masih perlu sekretaris, kenapa tidak dia aja kita coba."
"Ya, boleh aja", jawab istriku.
"Gimana mau?" tanyaku kepada gadis itu.
"Mau.. mau Pak", katanya.

Setelah kenalan sebentar dan saling tukar nomor telepon, kulanjutkan perjalananku setelah mengisi bensin sampai penuh. Istriku akhirnya tahu kalau maksudku yang utama hanyalah ingin 'berkenalan' dengannya. Ia sangat setuju dan antusias.

Malam sekitar jam 20:00 HP istriku berdering, sesuai pembicaraan ia akan datang menemui kami. Setelah diberi tahu alamat hotel kami, beberapa saat kemudian ia muncul dengan penampilan yang cukup rapi.

Nama gadis cantik itu Sarah, usianya baru 20 tahun. Ia cepat sekali akrab dengan istriku karena ternyata berasal dari daerah yang sama di salah satu daerah di Jawa Barat. Sekitar setengah jam kami merasa betul-betul sebagai suatu keluarga yang akrab. Ia sudah berani menerima tawaran kami untuk ikut menginap bersama.

Ia sempat pamit sebentar untuk menyuruh sopir salah satu keluarganya untuk pulang saja, dan telepon ke saudaranya bahwa malam itu ia tidak pulang. Setelah cerita kesana-kemari akhirnya obrolan kami menjurus ke masalah seks. Setelah agak kaku sebentar kemudian suasana mencair kembali. Kini dia mulai menimpali walau agak malu-malu.

Singkat cerita dia masih perawan, sudah dijodohkan oleh keluarganya yang ia belum begitu puas. Keingintahuannya terhadap masalah seks termasuk agak tinggi, tapi pacarnya itu sangat pemalu, termasuk agak dingin dan agak kampungan walau berpendidikan cukup. Kami ceritakan bahwa dalam masalah seks kami selalu terbuka, punya banyak koleksi photo pribadi, bahkan kali ini kami ingin membuat photo ketika 'bercinta'.

"Udah ah, kita sambil tiduran aja yuk ngobrolnya", ajak istriku.
"Nih kamu pakai kimono satunya," kata istriku sambil memberikan baju inventaris hotel.

Sedangkan aku yang tidak ada persiapan untuk menginap akhirnya hanya menggunakan kaos dan celana dalam. Ia dan istriku sudah merebahkan badannya di tempat tidur, kemudian aku menghampiri istriku langsung memeluknya dari atas.

Kucumbu istriku dari mulai bibir, pipi, leher, dan buah dadanya. Istriku mengerang menikmatinya. Aku menghentikan cumbuanku sejenak kemudian meminta tamu istimewaku untuk mengambil photo dengan kamera digital yang selalu kami bawa. Tampak ia agak kikuk, kurang menguasai keadaan ketika aku menolehnya.

Setelah aku mengajarinya bagaimana menggunakan kamera yang kuberikan itu, kemudian kuteruskan mencumbu istriku. Dengan telaten kucumbu istriku dari ujung kepala sampai ujung kaki. Kini tamuku tampaknya sudah menguasai keadaan, ia dengan leluasa mengintip kami dari lensa kamera dari segala sudut. Akhirnya istriku mencapai klimaksnya setelah liang senggamanya kumainkan dengan lidah, dengan jari, dan terakhir dengan batang istimewaku. Sedangkan aku belum apa-apa.

"Sekarang gantian Sarah. Kamu yang maen aku yang ngambil photonya", kata istriku.
"Ah Mbak ini ada-ada aja", kata Sarah malu-malu.

Sebagai laki-laki, aku sangat paham dari bahasa tubuhnya bahwa dia tidak menolak. Dalam keadaan telanjang bulat aku berdiri dan langsung memeluk Sarah yang sedang memegang kamera. Tangan kirinya ditekuk seperti akan memegang pinggangku, tapi telapaknya hanya dikepal seolah ragu atau malu. Kuraih kamera yang masih di tangan kanannya kemudian kuberikan kepada istriku.

Kini aku lebih leluasa memeluk dan mencumbunya, kuciumi pipi dan lehernya, sedang tanganku terus menggerayang dari pundak sampai lekukan pantatnya. Pundaknya beberapakali bergerak merinding kegelian. Kedua tangannya kini ternyata sudah berani membalas memelukku.

Kemudian aku memangkunya dan merebahkannya di tempat tidur. Kukulum bibir mungilnya, kuciumi pipinya, kugigit-gigit kecil telinganya, kemudian kuciumi lehernya punuh sabar dan telaten. Ia hanya mendesah, kadang menarik nafas panjang dan kadang badannya menggelinjang-gelinjang.

Tidak terlalu susah aku membuka kimononya, sejenak kemudian tampak pemandangan yang cukup mempesona. Dua bukit yang cukup segar terbungkus rapi dalam BH yang pas dengan ukurannya. Kulitnya putih, bersih dengan postur badan yang cukup indah. Sejenak aku menoleh ke bawah, tampak pahanya cukup menawan. Sementara itu onggokan kecil di selangkangan pahanya yang terbungkus CD menambah panorama keindahan.

Ia tidak menolak ketika aku membuka BH-nya, demikian juga ketika aku melepaskan kimononya melewati kedua tangannya. Kuteruskan permainanku dengan mengitari sekitar bukit-bukit segar itu. Seluruh titik di bagian atasnya telah kutelusuri tidak ada yang terlewatkan, kini kedua bukti itu kuremas perlahan. Ia mendesah, "Eeehhh.."

Tatkala kukulum puting susunya, badannya refleks bergerak-gerak, desahnya pun semakin jelas terdengar. Kuulangi lagi cumbuanku dari mulai mengulum bibirnya, mencium pipinya, kemudian lehernya. Kemudian kuciumi lagi bukit-bukit indah itu, dan kemudian kupermainkan kedua puting susunya dengan lidahku. Gelinjangnya semakin terasa bergerak mengiringi desahannya yang terasa merdu sekali.

Petualanganku kuteruskan ke bagian bawahnya. Ia mencegah ketika aku akan membuka CD-nya yang merupakan pakaian satu-satunya yang tersisa. "Ya nggak usah dibuka," ujarku,
"Aku elus-elus aja ya bagian atasnya pakai punyaku", bujukku.

Ia tidak bereaksi, tapi aku langsung saja menyingsingkan CD-nya ke bawah. Tampaklah dua bibir yang mengapit lembah cintanya dihiasi bulu-bulu tipis. Kupegang burungku sambil duduk mengangkang di atas kedua pahanya, kemudian kuelus-eluskan burung itu ke ujung lembah yang sebagian masih tertutup CD. Agak lama dengan permainan itu, akhirnya mungkin karena ia juga penasaran, maka ia tidak menolak ketika kulepaskan CD-nya.

Kini kami sama-sama telanjang, tak satu helai benang pun yang tersisa. Kuteruskan permainan burungku dengan lebih leluasa. Tak lama kemudian cairan kenikmatannya pun sudah meleleh menyatakan kehadirannya. Burungku pun lebih lancar menjelajah. Tapi karena lembahnya masih perawan agak susah juga untuk menembusnya.

Ketika kucoba untuk memasukkan burungku ke dalam lembah sorganya, tampak bibir-bibir kenikmatannya ikut terdorong bersama kepala burungku. Menyadari alam yang dilaluinya belum pernah dijamah, aku cukup sabar untuk melakukan permainan sampai lembah kenikmatannya betul-betul menerimanya secara alami.

Gelinjang, desahan, dan ekspresi wajahnya yang sedang menahan kenikmatan membuatku semakin bersemangat dan lebih percaya diri untuk tidak segera ejakulasi. Ia sudah tidak menyadari apa yang sedang terjadi. Akhirnya kepala burungku berhasil menembus lubang kenikmatan itu.

Kuteruskan permainanku dengan mengeluarkan dan memasukkan lagi kepala burungku. Ia merintih kenikmatan, ia pasrah saja dengan keadaan yang terjadi, karena itu aku yakin bahwa rintihan itu bukan rintihan kesakitan, kalaupun ada, maka akan kalah dengan kenikmatan yang diperolehnya. Selanjutnya kulihat burung yang beruntung itu lebih mendesak ke dalam. Aku sudah tidak tahan untuk memasukkan seluruh burungku ke tempatnya yang terindah.

Kemudian kurebahkan badanku di atas tubuhnya yang indah, kuciumi pipinya sambil pantatku kugerakkan naik turun. Sementara burungku lebih jauh menjangkau ke dalam lembah nikmatnya. Akhirnya seluruh berat badanku kuhempaskan ke tubuh mungil itu.

Dan.., "Blesss...." seluruh burungku masuk ke dalam surga dunia yang indah. Ia mengerang, gerakan burungku pun segera kuhentikan sampai liang kewanitaannya menyesuaikan dengan situasi yang baru.

Setelah agak lama aku pun mulai lagi memainkan gerakan-gerakanku dengan gentle. Kini ia mulai mengikuti iramaku dengan menggerak-gerakkan pinggulnya. Selang berapa lama kedua tangannya lekat mencengkram punggungku, kakinya ikut menjepit kedua kakiku. Kemudian muncul erangan panjang diikuti denyut-denyut dari lembah sorganya.

"Eeehhh..." desahnya. Aku pun sudah tidak tahan lagi untuk menumpahkan seluruh kenikmatan, segera kucabut burungku kemudian kumuntahkan di luar dengan menekan ke selangkangannya. "Eeehhh..." erangku juga. Kami berdua menarik nafas panjang.

Setelah agak lama kemudian aku duduk, kuraih kaos dalamku kemudian aku mengelap selangkangnya yang penuh dengan air kenikmatanku. Tampak tempat tidurnya basah oleh cairan-cairan bercampur bercak-bercak merah. Ia pun segera duduk, sejenak dari raut wajahnya tampak keraguan terhadap situasi yang telah dialaminya. Aku dan istriku memberi keyakinan untuk tidak menyesali apa yang pernah terjadi.

Esok paginya, aku dan Sarah sempat bermain beberapa kali lagi sebelum check out. Hari itu betul-betul suatu akhir pekan yang susah dilupakan dan hari keberuntunganku. Selain mendapat perawannya, ternyata vaginanya memang enak. Akhirnya ia kutitipkan bekerja di perusahaan temanku.

- TAMAT-

Pak RT dan Istri Tetangga masih Muda dan Seksi

Aku masih ingat. Tahun 2007 silam aku diangkat sebagai Ketua RT oleh warga komplek di perumahan ku di Kelapa Gading Jakarta utara. Seperti biasa pekerjaan seorang ketua RT. Di lingkungan perumahanku yaitu menarik iuran keamanan dan kebersihan setiap bulannya. menyipan daftar warga dan membuat surat pengantar.

Tiga bulan lebih menjadi ketua RT, aku mulai tahu secara lengkap profil setiap wargaku. Dari usia, alamat, telephon maupun berapa jumlah anggota keluarganya. Eh ternyata di lingkungan komplekku banyak sekali Ibu2 mudanya mereka cantik dan sexy 2, usia antara 25-32 Thn. Setelah aku mempelajari data dan situasi.

Aku tertarik pada istri tetanggaku yang cantik,putih dan sexy. Ia benama Rani. Usianya baru 25 Thn dan belum mempunyai anak. Suami Rani seorang pengusaha kayu. Jarak usia Rani dan suaminya terpaut 13 Thn. Karena suaminya sering ke kalimatan, Rani sering sendiri. Dalam sebulan, suaminya paling hanya 2-2,5 minggu di rumah.

Dengan semangat 45 aku mengatur berbagai strategi agar aku harus mendapatkan / meniduri Rani istri tetanggaku, tepatnya akhir Maret lalu. Seperti biasa aku sengaja datang ke rumah Rani untuk menagih iuran keamanan dan kebersihan. Saat itu waktu menunjukkan pukul 18.00 WIB.

Aku mengetok pintu rumah Rani. setelah beberapa saat, pintu dibuka. Dan ternyata yang membukakan pintu Rani sendiri. "Eh, pak RT. Maaf lama bukakan pintunya.
karena pembantuku tidur dia sedang sakit katanya. Ada apa nih pak? Kok repot-repot datang ke sini sendiri?," tanya Rani, saat membukakan pintu. "Ayo masuk pak !!," ajaknya.

"Nggak, cuma mau menarik iuran kamsih aja kok. Suami sedang di kalimantan ya?," tanyaku.
"Iya nih mungkin lusa dia baru balik," jawabnya. "Kita ngobrol di ruang tengah aja ya karena AC di ruang tamu sedang rusak," sebutnya.
"Oya nggak apa-apa," jawabnya seraya duduk di sofa ruang keluarganya.

Saat itu Rani menggunakan daster transparan saat itu. sehingga BH dan CD nya yang berwarna hitam terlihat transparan aleh terangnya lampu ruang keluarga. Aku tidak konsentrasi saat itu.melihat paha yang putih mulus tepat didepan mataku. Kusodorkan kartu iuran agar di tanda tangani, ah saat itu Rani membungkuk dan terlihat jelas buah dadanya yang putih dan bulat dari balik dasternya.

Kami ngobrol kesana kemari dan waktu sudah menunjukan Pk.18.45. Yang ada dalam pikiranku saat itu bagaimana aku bisa mencumbu dan melumat buah dada Rani ukuran 36B dan segera ingin meremas dan mengemutnya. Pembicaraan semakin akrab, sampai mengarah pada masalah pribadi.

"Oya pak, aku ambilkan dulu uang iurannya di kamar. Bapak mau minum apa? Ambil aja sendiri di kulkas. Maklum pembantu sakit, pak," ujarnya.

setelah Rani masuk kekamar. Pikiran kotorku semakin menjadi jadi. aku berdiri dan nekad membuka pintu kamar Rani yang ternyata tidak dikunci. Rani masih di kamar mandi. Kututup pintu kamar dari dalam.

Setelah kulepas baju dan celana panjangku. Aku tinggal memakai CD. Beberapa detik kemudian Rani keluar dari kamar mandi hanya mengenakan BH hitam saja. Ia kaget melihat aku masuk ke kamar dan tidak mengenakan busana. Secepatnya aku langsung mendorong tubuh Rani ke ranjang. Dan langsung tubuhku menindihnya.
"Jangan pak, jangan pak. Sadar pak," mintanya sambil memberontak,"

Tanpa banyak bicara, aku langsung mencumbui Rani. Bibirnya yang mungil langsung ku lumat habis. Sekitar 4 menit kemudian, Rani ulai pasrah dan mulai menikmati cumbuanku.perlahan ciumanku turun kebawah.. akhrinya sampailah aku pada buah dada Rani yang masih tertutup oleh BH Triumph 36 B.

Tanganku kiri terus meremas payudara Rani yang putih,montok dan tertutup BH hitam , sedang tangan kananku menyusup dibawah punggung Rani untuk mencari dan membuka tali pengikat BH Rani.

Kutemukan pengkait BH nya dan kubuka pengkaitnya. Dengan posisi Rani yang masih tertindih dibawahku. kukepas BH nya kedepan.
"Jangan pak, jangan !! Aku sudah punya suami," harap Rani.

BH Rani sudah terbuka. Penisku spontan mengeras. Tatkala kulihat buah dada Rani yang montok, bulat dengan punting kecil berwarna pink yang mancung keatas. Langsung kusedot, dan ku permainkan punting Kecil Rani yang mancung dengan lidahku dan gigitan mesraku. secara bergantian yang kanan dan yang kiri.

Sambil tangan kananku terus membelai lembut vagina Rani yang ditumbuhi bulu2 jembi yang halus. bibir Vagina Rani cukup tebal sehingga jari jemari tangan kamanku semakin napsu untuk mem-permainkannya.

Setelah aku berhasil mencumbu payudara Rani dan tanganku aktif membelai dan menggosok Vaginanya. Rani mulai menimati permainanku. terbukti dengan desahan desahan Rani yang terdengan lirih di telingaku.

Cumbuanku terus ke bawah, melewati pusar dan terus 2. akhirnya sampailah bibirku pada Vagina atau bagian paling sensitif dari Rani. kucium bibir Vagina Rani yang sdh mulai membasah. OH.. vagina yang yang harum.! sangat berbeda dengan vagina istriku. kupermainkan bibir vagina Rani dengan bibir dan lidahku.. sekali kali kusedot sedot bibir vaginanya.

Kenapa ini ku sebut bagian sensitif dari Rani, karena saat ku cumbu Vaginanya desahan Rani tidak terdengar lirih lagi, Tapi semakin keras terdengar. dengan posisi kaki kanan dan kiri Rani menggelinjang kegelian. "Aahh.. Terus pak. Enak.!!!," desahnya.

Rani mulai terangsang hebat. Dia menarik kepalaku ke atas dan dia menciumiku dengan ganasnya. Gantian tangan kanan Rani memegani dan meremas remas MR P ku. yang semakin tegang. Kutarik tubuh Rani ke tepi ranjang, kurebahkan tubuhnya.

Sambil posisi berdiri kuantat sedikit pantat Rani agar aku mudah mengarahkan penisku ke Vaginanya. tanpa basa basi kutancapkan penisku ke vagina Rani yang masih sempit itu.
"AHH..!!!!," teriak Rani dengan mata terbelalak.

Penisku terus keluar masuk menghujani Vagina Rani yang semakin kian membasah, sambil sekali kali ku goyang goyangkan pantatku kekiri dan kekanan.
"OH.oh... Pak!! Terus-terus. Enak sekali pak," katanya.

Permainanku dengan Rani terus berjalan. dan berakhir setelah kutari penisku dan ku muntahkan cairan spermaku di dalam vaginanya. Aku terbaring lemas disamping tubuh Rani yang basah dengan keringat.
"Pak, kamu hebat!!," kata Rani padaku.
"Kamu juga hebat. Beda dengan istriku. Kamu tidak hanya Cantik, putih dan Sexy tapi juga menggemaskan dan menggairahkan dalam bercinta," kataku.
"Ah bisa aja pak," Rani tersenyum.

Rani mengaku, semenjak 1,5 tahun menikah dengan suaminya, belum pernah ia merasakan nikmat dan klimaks seperti saat ini. "Apa karena suamiku badannya kegemukan dan kecapaian ya pak? sehingga dia malas mencumbuiku bila kita mau berhubungan," tanyanya.

"Dia selalu menonton film blue sebagai pemanasan sebelum berhubungan denganku. Setelah dia terangsang, main tancap saja tanpa memperhatikanku dan mencumbuku terlebih dahulu. Aku terasa seperti pelacur yang tidak berhak untuk mendapatkan kenikmatan yang seimbang dalam bercinta. Meskipun secara materi aku terpenuhi." cerita Rani nanar habis mereguk kenikmatan.

"Tapi kita sudah berdosa pak. Kita menghianati pasangan kita masing2 kata Rani. kasihan juga istrimu," ingatnya.
"Aku juga tidak bahagia nikah dengan istriku. Istriku gendut dan tidak se sexy kamu. Kita bekomitmen bahwa hubungan ini hanya kita berdua yang tahu," mintaku.

Setelah itu aku memakai bajuku dan pulang ke rumah dengan tubuh yang segar. Kalau aku nggak buru2 pulang nanti bisa ketahuan tetangga yang lain karena waktu sudah menujukan jam 20.40 WIB. Nggak lucu kalau Aku ketahuan warga sebagai ketua RT.13 lama-lama di rumah Rani.

Sejak peristiwa tersebut, aku dan Rani sering mengentot. Bukan saja di rumahnya, semak-semak, bahkan kami sering menginap di hotel atau liburan keluar kota berdua. Rani sangat berkeinginan memiliki anak. Dan selama tiga bulan aku sering mengentotnya, dia pun hamil. Apakah anaknya seperti aku ya? Kita lihat saja nanti.

- TAMAT-

Kamis, 18 April 2013

Enaknya Vagina Pembantuku masih 17 Tahun

Namaku Hartono, usia 50 tahun, sudah beristeri dan mempunyai 4 orang anak. Rumahku terletak di pinggiran kota Jakarta yang bisa disebut sebagai kampung. Orang tuaku tinggal di sebuah perumahan yang cukup elite tidak jauh dari rumahku.

Orang tuaku memang bisa dibilang berkecukupan, sehingga mereka bisa mempekerjakan pembantu. Nah pembantu orang tuaku inilah yang menjadi ‘pemeran utama’ dalam ceritaku ini.

Bapakku baru dua bulan lalu meninggal dunia, jadi sekarang ibuku tinggal sendiri hanya ditemani Marini, pembantunya yang sudah hampir 4 tahun bekerja disitu. Marini baru berumur 17 tahun, cantik, dan belum bersuami.

Body Marini seksi sekali. Tinggi kira-kira 164 cm, dengan pinggul yang bulat dan dada berukuran 36. Kulitnya agak cokelat. Sering sekali aku memperhatikan kemolekan tubuh pembantu ibuku ini, sambil membandingkannya dengan tubuh isteriku yang sudah melar.

Saat itu aku kurang enak badan. Aku pulang dari kantor jam 10.00 WIB. Sampai di rumah, kudapati rumah kosong. Rupanya isteriku pergi, sedang anak-anakku sedang sekolah. Aku coba ke rumah ibuku, yang hanya berjarak 5 menit berjalan kaki dari rumahku. Biasanya kalau tidak ada di rumah, isteriku sering main ke rumah ibuku, entah untuk sekedar ngobrol dengan ibuku atau membantu beliau kalau sedang sibuk apa saja.

Sampai di rumah ibuku, ternyata disanapun kosong, cuma ada Marini, sedang memasak.
Kutanya Marini.
"Mar, Bu Dewi (nama isteriku) kesini nggak?"
"Iya Pak, tadi kesini, tapi terus sama temannya" jawab Marini.
"Terus Ibu sepuh (Ibuku) kemana?" Tanyaku lagi.
"Tadi dijemput Bu Ina (Adikku) diajak ke sekolah Yogi (keponakanku)"
"Oooh" sahutku pendek.
"Masak apa En? tanyaku sambil mendekat ke dapur, dan seperti biasa, mataku langsung melihat tonjolan pinggul dan pantatnya juga dadanya yang aduhai itu.
"Ini Pak, sayur sop"

Rupanya dia ngerasa juga kalau aku sedang memperhatikan pantat dan dadanya.
"Pak Hartono ngeliatin apa sih" Tanya Marini.
Karena selama ini aku sering juga bercanda sama dia, akupun menjawab,
"Ngeliatin pantat kamu Mar. Kok bisa seksi begitu sih Mar?"
"Iiih Bapak, kan Ibu Dewi juga pantatnya gede"
"Iya sih, tapi kan lain sama pantat kamu Mar"

"Lain gimana sih Pak?" tanya Marini, sambil matanya melirik kearahku.
Aku yakin, saat itu memang Marini sedang memancingku untuk kearah yang lebih hot lagi.
Merasa mendapat angin, akupun menjawab lagi, "Iya, kalo Bu Dewi kan cuma menang gede, tapi tepos"
"Terus, kalo saya gimana Pak?" Tanyanya sambil melirik genit.
Kurang ajar, pikirku. Lirikannya langsung membuat tititku berdiri.
Langsung aku berjalan kearahnya, berdiri di belakang Marini yang masih mengaduk ramuan sop itu di kompor.
"Kalo kamu kan, pinggulnya gede, bulat dan kayaknya masih kencang", jawabku sambil tanganku meraba pinggulnya.
"Idih Bapak, emangnya saya motor bisa kencang" sahut Marini, tapi tidak menolak saat tanganku meraba pinggulnya.

Mendengar itu, akupun yakin bahwa Marini memang minta aku ‘apa-apain’.
Akupun maju sehingga tititku yang sudah berdiri dari tadi itu menempel di pantatnya. Adduuhh, rasanya enak sekali karena Marini memakai rok berwarna abu-abu (seperti rok anak SMU) yang terbuat dari bahan cukup tipis. Terasa sekali tititku yang keras itu menempel di belahan pantat Marini yang, seperti kuduga, memang padat dan kencang.
"Apaan nih Pak, kok keras? tanya Marini genit.
"Ini namanya sonny Mar, sodokan nikmat" sahutku.
Saat itu, rupanya sop yang dimasak sudah matang. Marinipun mematikan kompor, dan dia bersandar ke dadaku, sehingga pantatnya terasa menekan tititku. Aku tidak tahan lagi mendapat sambutan seperti ini, langsung tanganku ke depan, ku remas kedua buah dadanya. Alamaak, tanganku bertemu dengan dua bukit yang kenyal dan terasa hangat dibalik kaos dan branya.

Saat kuremas, Marini sedikit menggelinjang dan mendesah, "Aaahh, Pak" sambil kepalanya ditolehkan kebelakang sehingga bibir kami dekat sekali. Kulihat matanya terpejam menikmati remasanku. Kukecup bibirnya (walaupun agak terganggu oleh giginya yang sedikit tonggos itu), dia membalas kecupanku. Tak lama kemudian, kami saling berpagutan, lidah kami saling belit dalam gelora nafsu kami. TItitku yang tegang kutekantekankan ke pantatnya, menimbulkan sensasi luar biasa untukku (kuyakin juga untuk Marini).

Sekitar lima menit, keturunkan tangan kiriku ke arah pahanya. Tanpa banyak kesukaran akupun menyentuh CDnya yang ternyata telah sedikit lembab di bagian vaginanya.
Kusentuh vaginanya dengan lembut dari balik CDnya, dia mengeluh kenikmatan, "Ssshh, aahh,
Pak Hartono, paak.. jangan di dapur dong Pak"
Dan akupun menarik tangan Marini, kuajak ke kamarnya, di bagian belakang rumah ibuku.
Sesampai di kamarnya, Marini langsung memelukku dengan penuh nafsu, "Pak, Marini sudah lama lho pengen ngerasain punya Bapak"
"Kok nggak bilang dari dulu Mar?" tanyaku sambil membuka kaos dan roknya.
Dan.. akupun terpana melihat pemandangan menggairahkan di tubuh pembantu ibuku ini.

Kulitnya memang tidak putih, tapi mulus sekali. Buah dadanya besar tapi proporsional dengan tubuhnya. Sementara pinggang kecil dan pinggul besar ditambah bongkahan pantatnya bulat dan padat sekali. Rupanya Marini tidak mau membuang waktu, diapun segera membuka kancing bajuku satu persatu, melepaskan bajuku dan segera melepaskan celana panjangku.

Sekarang kami berdua hanya mengenakan pakaian dalam saja, dia bra dan CD, sedangkan aku hanya CD saja. Kami berpelukan, dan kembali lidah kami berpagut dalam gairah yang lebih besar lagi. Kurasakan kehangatan kulit tubuh Marini meresap ke kulit tubuhku. Kemudian lidahku turun ke lehernya, kugigit kecil lehernya, dia menggelinjang sambil mengeluarkan desahan yang semakin menambah gairahku, "Aahh, Bapak".

Tanganku melepas kait branya, dan bebaslah kedua buah dada yang indah itu. Langsung kuciumi, kedua bukit kenyal itu bergantian. Kemudian kujilati pentil Marini yang berwarna coklat, terasa padat dan kenyal (Beda sekali dengan buah dada isteriku), lalu kugigit-gigit kecil pentilnya dan lidahku membuat gerakan memutar disekitar pentilnya yang langsung mengeras.

Kurebahkan Marini ditempat tidurnya, dan kulepaskan CDnya. Kembali aku tertegun melihat keindahan kemaluan Marini yang dimataku saat itu, sangat indah dan menggairahkan. Bulunya tidak terlalu banyak, tersusun rapi dan yang paling mencolok adalah kemontokan vagina Marini. Kedua belah bibir vaginanya sangat tebal, sehingga klitorisnya agak tertutup oleh daging bibir tersebut. Warnanya kemerahan.
"Pak, jangan diliatin aja dong, Marini kan malu" Kata Marini.

Aku sudah tidak mempunyai daya untuk bicara lagi, melainkan kutundukkan kepalaku dan bibirkupun menyentuh vagina Marini yang walaupun kakinya dibuka lebar, tapi tetap terlihat rapat, karena ketebalan bibir vaginanya itu. Marini menggelinjang, menikmati sentuhan bibirku di klitnya. Kutarik kepalaku sedikit kebelakang agar bisa melihat vagina yang sangat indah ini.
"Marini, vagina kamu indah sekali, sayang"
"Pak Hartono suka sama vagina Marini? tanya Marini.
"Iya sayang, vagina kamu indah dan seksi, baunya juga enak" jawabku sambil kembali mencium dan menghirup aroma dari vagina Marini.
"Mulai sekarang, vagina Marini cuma untuk Pak Hartono" Kata Marini.
"Pak Hartono mau kan?"
"Siapa sih yang nggak mau vagina kayak gini En?" tanyaku sambil menjilatkan lidahku ke vaginanya kembali.
Marini terlihat sangat menikmati jilatanku di klitorisnya. Apalagi saat kugigit klitorisnya dengan lembut, lalu lidahku ku masukkan ke liang kenikmatannya, dan sesekali kusapukan lidahku ke lubang anusnya.
"Oooh, sshshh, aahh.. Pak Hartono, enak sekali Pak. Terusin ya Pak Hartono sayang"

Sepuluh menit, kulakukan kegiatan ini, sampai dia menekan kepalaku dengan kuat ke vaginanya, sehingga aku sulit bernafas"Pak Hartono.. aahh, Marini nggak kuat Pak.. sshh"Kurasakan kedua paha Marini menjepit kepalaku bersamaan dengan itu, kurasakan vagina Marini menjadi semakin basah. Marini sudah mencapai orgasme yang pertama. Marini masih menghentak-hentakkan vaginanya kemulutku, sementara air maninya meleleh keluar dari vaginanya. Kuhirup cairan kenikmatan Marini sampai kering. Dia terlihat puas sekali, matanya menatapku dengan penuh rasa terima kasih. Aku senang sekali melihat dia mencapai kepuasan.

Tak lama kemudian dia bangkit sambil meraih kemaluanku yang masih berdiri tegak seperti menantang dunia. Dia memasukkan kemaluanku kedalam mulutnya, dan mulai menjilati kepala kemaluanku. Ooouugh, nikmatnya, ternyata Marini sangat memainkan lidahnya, kurasakan sensasi yang sangat dahsyat saat giginya yang agak tonggos itu mengenai batang kemaluanku. Agak sakit tapi justru sangat nikmat. Marini terus mengulum kemaluanku, yang semakin lama semakin membengkak itu. Tangannya tidak tinggal diam, dikocoknya batang kemaluanku, sambil lidah dan mulutnya masih terus mengirimkan getaran-getaran yang menggairahkan di sekujur batang kemaluanku.

"Pak Hartono, Marini masukin sekarang ya Pak?" pinta Marini.
Aku mengangguk. Dia langsung berdiri mengangkangiku tepat di atas kemaluanku. Digenggamnya batang kemaluanku, lalu diturunkannya pantatnya. Di bibir vaginanya, dia menggosok-gosokkan kepala kemaluanku, yang otomatis menyentuh klitorisnya juga. Kemudian dia arahkan kemaluanku ke tengah lobang vaginanya. Dia turunkan pantatnya, dan.. slleepp.. sepertiga kemaluanku sudah tertanam di vaginanya. Marini memejamkan matanya, dan menikmati penetrasi kemaluanku.

Aku merasakan jepitan yang sangat erat dalam kemaluan Marini. Aku harus berjuang keras untuk memasukkan seluruh kemaluanku ke dalam kehangatan dan kelembaban vagina Marini. Ketika kutekan agak keras, Marini sedikit meringis. Sambil membuka matanya, dia berkata, "Pelan dong Pak Hartono, sakit nih, tapi enak banget". Dia menggoyangkan pinggulnya sedikit-sedikit, sampai akhirnya seluruh kemaluanku lenyap ditelan keindahan vaginanya.

Kami terdiam dulu, Marini menarik nafas lega setelah seluruh kemaluanku ‘ditelan’ vaginanya. Dia terlihat konsentrasi, dan tiba-tiba.. aku merasa kemaluanku seperti disedot oleh suatu tenaga yang tidak terlihat, tapi sangat terasa dan enaak sekali. Ruaar Biasaa! Kemaluan Marini menyedot kemaluanku!

Belum sempat aku berkomentar tentang betapa enaknya vaginanya, Marinipun mulai membuat gerakan memutar pinggulnya. Mula-mula perlahan, semakin lama semakin cepat dan lincah gerakan Marini. Waw.. kurasakan kepalaku hilang, saat dia ‘mengulek’ kemaluanku di dalam vaginanya. Marini merebahkan badannya sambil tetap memutar pinggulnya. Buah dadanya yangbesar menekan dadaku, dan.. astaga.. sedotan vaginanya semakin kuat, membuat aku hampir tidak bertahan.

Aku tidak mau orgasme dulu, aku ingin menikmati dulu vagina Marini yang ternyata ada ‘empot ayamnya’ ini lebih lama lagi. Maka, kudorong tubuh Marini ke atas, sambil kusuruh lepas dulu, dengan alasan aku mau ganti posisi. Padahal aku takut ‘kalah’ sama dia.

Lalu kusuruh Marini tidur terlentang, dan langsung kuarahkan kemaluanku ke vaginanya yang sudah siap menanti ‘kekasihnya’. Walaupun masih agak sempit, tapi karena sudah banyak pelumasnya, lebih mudah kali ini kemaluanku menerobos lembah kenikmatan Marini.

Kumainkan pantatku turun naik, sehingga tititku keluar masuk di lorong sempit Marini yang sangat indah itu.
Dan, sekali lagi akupun merasakan sedotan yang fantastis dari vagina Marini. Setelah 15 menit kami melakukan gerakan sinkron yang sangat nikmat ini, aku mulai merasakan kedutan-kedutan di kepala tititku.
"Marini, aku udah nggak kuat nih, mau keluar, sayang", kataku pada Marini.
"Iya Pak, Marini juga udah mau keluar lagi nih. Oohh, sshh, aahh.. bareng ya Pak Hartono.., cepetin dong genjotannya Pak" pinta Marini.

Akupun mempercepat genjotanku pada lobang vagina Marini yang luar biasa itu, Marini mengimbanginya dengan ‘mengulek’ pantatnya dengan gerakan memutar yang sangat erotis, ditambah dengan sedotan alami didalam vaginanya. Akhirnya aku tidak dapat bertahan lebih lama lagi, sambil mengerang panjang, tubuhku mengejang.
"Marini, hh.. hh, aku keluar sayaang" Air maniku muncrat dalam vaginanya.
Di saat bersamaan, Marini pun mengejang sambil memeluk erat tubuhku.
"Pak Har, Marini juga keluar paakk, sshh, aahh".

Aku terkulai di atas tubuh Marini. Marini masih memeluk tubuhku dengan erat, sesekali pantatnya mengejang, masih merasakan kenikmatan yang tidak ada taranya itu. Nafas kami memburu, keringat tak terhitung lagi banyaknya. Kami berciuman.

"Marini, terima kasih yaa, vagina kamu enak sekali" Kataku.
"Pak Hartono suka vagina Marini?"
"Suka banget Mar, abis ada empot ayamnya sih" jawabku sambil mencium bibirnya.
Kembali kami berpagutan.
"Dibandingin sama Bu Dewi, enakan mana Pak?" pancing Marini.
"Jauh lebih enak kamu sayang" Marini tersenyum.
"Jadi, Pak Hartono mau lagi dong sama Marini lain kali. Marini sayang sama Pak Hartono"
Aku tersenyum dan memeluknya.

Pembantu ibuku sekarang jadi kekasih gelapku. Saat rumah sepi, Marini menjadi pelampiasanku. Aku senang vaginanya yang masih sempit.

- TAMAT -

Bercinta dengan Papa Temenku Ganteng dan Berkumis

Temenku punya papa, katanya si papa tiri. Orangnya keren, atletis lagi badannya, tinggi gede. Suka banget aku liat papanya, tipeku banget, bodinya keker dan atletis banget, pasti perutnya sixpack deh.

Aku biasa memanggilnya Om Indra, dan usianya sekitar 53 tahun. Orangnya ganteng dan berkumis tebal. Si om juga suka senyum-senyum kalo ketemu aku dirumahnya. Matanya kayanya laper banget menelusuri bodiku, padahal aku orangnya imut, jadi bodiku biasa-biasa ja dengan tonjolan2 yang biasa-biasa saja, beda lah sama temenku, tapi si om jelalatan juga mengelus badanku dengan pandangan yang kayanya laper, apa kurang kali ladenan tante (mama temeneku) diranjang.

"Papamu keren deh, aku mau jadi ceweknya", pernah aku becanda ketemenku.
"Hus, ngawur kamu", jawab temenku sembari ketawa juga.

Satu weekend, temenku ngajak aku tidur dirumahnya, nemenin dia karna ortunya sedang kluar kota nengokin neneknya, mama si tante yang sakit. Temenku gak ngikut karna banyak kerjaan skolah yang harus kita selesaikan weekend ini. Waktu aku sampe dirumahnya ortu temeku blon brangkay, masi sibuk ja beberes, gak tau deh ngeberesin apa, bukan urusanku. Karna aku ngantuk, aku tidur ja dikamar temenku. Aku tidur pules banget, maklum semalem aku begadang nyelesaiin kerjaan yang jadi bagianku sehingga rencananya sore ini mo digabungkan dengan kerjaan temenku.

Menjelang sore, kamarku ada yang ngetok, aku baru tidur sehingga masi pake seragam tidur, t shirt dan celpen, kalo tidur aku memang gak pake bra sehingga ketika itu pentil imutku berbayang di tshirt tipisku. Setengah ngantuk aku membuka pintu kamarku. Ternyata si om. Dia membelalak juga ngeliat pentilku yang berbayang di t shirt tipisku.

"Kok gak brangkat om?"
"Om gak bisa pergi, masi ada kerjaan kantor yang kudu om selesaiin segera, jadi Ayu (temenku) pergi ma mamanya dianter sopir. Kata Ayu, ini kerjaannya yang mesti digabung ma kerjaan kamu. Kamu nginep ja disini, gak papa kok gak da Ayu juga".

Kayanya si tulus nawarin tapi aku menduga ada bakwan dibalik udang neh karna matanya makin jelalatan melihat seragam tidurku yang acak2an.
"O gitu ya om, ya udah ntar Inez kerjain deh. Gak papa ni Inez nginep dimari om". "Ya gak papa". "Tapi Inez takut ndirian dirumah, abis rumah om gede banget, om kan mo pergi". "Ya ada kamu gak pergi juga gak papa kok, ntar Senin ja om ngebut kerjaan om", sahutnya sembari tersenyum misterius.

Hampir pasti dia punya rencana nikmat ni, batinku. Ya gak papa lah, aku suka juga kok ma si om. "Ya udah Inez mandi dulu ya om". "Gak perlu om mandiin". "Om bisa aja". Guyonnya mulai mengarah neh. Aku masuk ke kamar mandi, dibawah shower aku milai mengelus2 tubuhku sambil ngebayangin apa yang akan dilakukan si om nanti. Horni juga ngebayangin si om ngentotin aku diranjang, wah bakalan nikmat ni aku, bisa2 kerjaan skolah gak tersentuh neh.

Abis madi, aku keluar dari kamar, si om gak kliatan, aku buruan ja nyelesaiin kerjaanku. Aku pake baju rumah ja, kan gak da rencana mo kemana2, sama kaya seragam tidurku, cuma t shirtnya lebi tebel ja, aku si tetep gak pake bra. Kerjaan Ayu sistematis banget jadi aku dengan mudah menggabung dengan kerjaanku, akhirnya selesai juga, dah gelap diluar, si om blon kliatan juga. :Lampu dalem dah aku nyalain, aku coba2 nyalain lampu luar, gak tau yang mana skaklarnya, jadi semua aku coba2.

Lagi aku nyoba nyalain lampu luar, ada mobil masuk pekarangan. Si om rupanya kluar, kayanya dia beli makan buat makan malem. Padahal tadi aku buka kulkasnya, masi banyak makanan yang tersisa didalemnya. "Om dari mana", sambutku. "Napa, kamu takut ya ndirian", jawabnya sembari memeluk badanku. Badanku yang imut seakan tenggelem dalam pelukan badannya yang keker. aku diem ja ngerasain hangatnya pelukan. Bau badan lelaki macho, bikin aku horni ja. "Om demen banget si meluk Inez, smua temen ayu om peluk gini ya".
"Ya enggaklah, yang lelaki ngapain juga dipeluk".
"Yang perempuan semuanya om peluk2 ya". "Gak tu, cuman yang imut kaya kamu ja". "Om seneng ya ma abg imut".
"Banget In, palagi kaya kamu, cantik, sexy lagi".
"Panya yang sexy om, Inez kan badannya kecil, asesorisnya kecil smuanya".
"bisa aja kamu, yapi asesoris kamu kan proporsional ma ukuran badan kamu, makanya om bilang sexy".

Aku seneng ja dia muji2 gitu, prempuan mana si yang sebenarnya gak suka digombalin gitu. "Ayu juga imut kan om". Dia diem aja waktu aku nyebut nama Ayu, aku rasa dalam hatinya pasti dia bergolak antara napsu ke Ayu sebagai abg imut atawa sayang sebagai bapaknya, walaupun cuma bapak tiri.

"om beli apa sih", aku mengalihkan pembicaraan. "Makanan buat kamu". "Sori ya om, tadi Inez intip di kulkas masi banyak makanan tu". "biar aja, om mo beli yang barulah buat kamu, masak kamu makan makanan sisa". "Sini om Inez beresin". Aku mengambil kantong kresek berisi makanan dari tangan si om. Dia beli sate dan sop, semuanya kambing. "Om mo ngembek ya, kok beli kambing?" "Gak lah, masak beli kambing, kan lebaran haji dah lewat. Biar bisa ngembek in kamu kan", jawabnya sembari tertawa.

"Ngembekin Inez?" aku pura2 gak ngatri. "Iya ngembekin kamu di ranjang, katanya taku ndirian, ntaro om temenin deh bobonya, dikelonin gitu". To the point banget si om. Aku segera menyiapkan makan malem, dah laper juga aku. Kami makan sembari becanda sampe semua makanan yang dibeli om licin tandas. Si om ngambil buah yang dah dipotong dari lemari es. buat cuci mulut, katanya. Ada semangka, pepaya, melon. Segera juga aku lahap buah2an itu, maklum derh anak kos jarang makan makanan yang terkategori 4sehat, gak tau deh isi 4 sehatnya masi tetep gak.

"Dah selesai kerjaannya In". "Dah om, kerjaan Ayu sistematis banget, jadi Inez gampang ngegabunginnya, tinggal di print, biar dibaca Ayu dulu deh". abis makan kami duduk di sofa. "Mo nonton film gak Nez". "Film paan om". "Gulet". "wah gak demen Inez, masak disuru nonton gulet". "Ini gulet prempuan lawan lelaki", jawabnya sembari senyum, tetp ja misterius senyumnya walaupun makin kliatan kalo dia dah pengen anget ngentotin aku, aku jadi berdebar juga ngebayanginnya. Dia segera memasukkan kepingan film di alat pemutarnya, dan di on kan. rupanya film bokep, ceweknya mirip orang indon maen ma bule.
"Tu Cewek tailan In, kaya orang kita ya".
"gede banget ya punya bule". "Iya, kamu perna ngrasain yang gede gitu In". "Ih si om, kok nanya gituan si". "Ya gak papa kan, kalo dah perna juga gak papa". "Blon om, yang kecilan perna". "Punya cowok kamu kecilan ya". Aku cuma senyum-senyum ja, pembicaraan mulai ngarah ke ngesex.

Lama2 aku hanyut juga ngeliat serunya tu film ditambah serenade wajib film bokep - ah uh dari ceweknya. Dia tau kalo aku dah mulai hanyut, "Gerah ya In, kalo gerah buka ja t shirtnya". "Maunya", jawabku sembari senyum. Perlahan dia usap rambutku dan mengecup keningku. Aku mendongakkan kepala untuk memandangnya. Beberapa saat kami saling berpandangan, beberapa saat kemudian wajah kami semakin mendekat, aku menutup mataku dan pada akhirnya dia mengecup lembut bibirku. bibirnya memagut bibirku. dikulum sambil menjulurkan lidahnya untuk mengait-ngait lidahku. Sejenak, dia melepaskan pagutan bibirnya.

Ditatapnya wajahku sambil menggerakkan jari tangannya untuk menyibak beberapa helai rambut yang terjatuh di keningku. Dan ketika kembali mengulang ciumannya, ujung lidahku menyusup di antara bibirnya. Segera dipagutnya lidahku. Dihisapnya dengan lembut agar menyusup lebih dalam ke rongga mulutnya. Kedua telapak tangannya turun ke bahuku. Setelah mengusapkan jari-jarinya berulang kali, telapak tangannya meluncur ke punggungku.

Lalu dibelai-belainya punggungku dengan ujung-ujung jarinya sambil mempermainkan lidahku dengan ujung lidahnya. Tak lama kemudian, aku melingkari lehernya dengan kedua tanganku. Semakin lama rangkulanku semakin ketat. Kemudian aku menggerak-gerakan lidahku yang lagi dikulumnya, membelit dan balas mengisap. Dia melepaskan pagutan bibirnya.

Sejenak kami saling menatap. Lalu dikecupnya dahiku dengan mesra. Kemudian bibirnya berpindah mengecup bahuku. Mengecup berulang kali. Dari bahu bibirnya merayap ke leherku. Sesekali lidahnya dijulurkan untuk menjilat. Aku menggelinjang karena geli. Aku dah lupa bahwa dia tu papa (tiri) Ayu, temanku. Aku dah hanyut dibawa suasana. Yang aku tau ada om2 ganteng sedang merangsang napsuku dan aku suka banget ma tu om2. aku suka banget dia ngerangsang napsuku.

Tangan kirinya menyusup ke dalam tshirt meremas pelan tokedku, sementara tangan kanannya menyusup ke cdku bagian belakang melalui celpenku dan mengusap, meremas lembut belahan pantatku. Dia kembali menciumi aku dengan buas. Bibirku di lumat habis. Lidahnya meliuk-liuk di dalam mulutku dan kusambut dengan kelincahan lidahku. Lalu mulutnya kembali turun ke arah leherku, dia menjilati leherku. Aku memejamkan mata, aku sangat menikmati rangsangannya. Tanganku terus mengusap-usap kontolnya yang masih rapi berada di dalam sarangnya. Terasa besar dan keras.

Kami berciuman seakan-akan kami sepasang kekasih yang telah lama tidak berjumpa. Gak kerasa bahwa si om umurnya lebih dari 2 kali umurku. Perlahan dia raih pinggangku dan mendudukkannya dalam pangkuannya. Dia mengusap lembut rambutku, pipiku. Ciuman bibirnya semakin dalam, seakan tidak pernah dia lepaskan. Cukup lama kami berciuman. Akhirnya dia mulai menurunkan bibirnya ke arah leherku. "Ugh…". lenguhku. Aku makin mendongakkan kepalaku, dia menjelajahi milimeter demi milimeter leherku, "Om… ookkhh…", lenguhku saat dia melepaskan t shirtku. Aku mengangkat tanganku keatas utuk mempermudah lepasnya t shirt itu.

Jilatan-jilatan lembut mulai menjalari tokedku. "Dikamar ja yuk", dengan sekali gerakan dia dapat menggendongku. Kami lanjutkan percumbuan dalam posisi berdiri lagi dengan tubuhku dalam gendongannya ketika dia membawaku menuju ke kamarnya. Aku mulai meremasi rambutnya.

Perlahan-lahan dia merebahkan aku diranjang di kamar tidurnya. "Om, dvdnya blon dimatiin". Dia keluar kamar dan mematikan dvd dan tv nya, kemudian kembali lagi menggeluti aku yang terbaring di ranjang. tarikan nafas kami berdua yang masih sibuk bercumbu. Aku melepaskan pakean yang menempel dibadannya. Belon terlepas semuanya aku sudah melenguh lagi karena dia mulai mengulum tokedku. Kali ini lenguhanku lebih keras dari sebelumnya. Jilatan-jilatan diselingi gigitan-gigitan kecil mendarat di sekitar pentilku, berkali-kali membuat aku menggeliat.

Dia meneruskan cumbuannya ke arah perutku. Kini dia mengulum puserku sehingga kembali aku melenguh keenakan. Perlahan dia mulai menurunkan kain terakhir yang menempel pada tubuhku, menurunkan centi demi centi cdku menyusuri kedua kakiku hingga terlepas entah kemana. Seiring itupun, dia mulai menurunkan jilatan ke arah selangkanganku, "Om… diapain… uugghh…"

Dengan gemas, dibenamkannya hidungnya persis di antara bibir memekku. Sesekali diselingi dengan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Om..! Aauuw!" pekikku sambil menggelinjangkan pinggulku. Tapi beberapa detik kemudian, aku merasakan lidahnya menjilat-jilat bagian luar memekku, aku merintih-rintih. Aku merasa nikmat setiap kali lidahnya menjilat dari bawah ke atas. Jilatan itu membuat aku menjadi liar, aku menghentak-hentakkan kakiku dan menggeliatkan pinggulku berulang kali. Memekku semakin basah.

Karena tak tahan lagi menerima kenikmatan yang mendera memekku, aku menjambak rambutnya dengan satu tangan, tanganku satunya menekan bagian belakang kepalanya. "Om, aarrgghh! Inez dah mo nyampe". Dia menghentikan jilatan lidahnya. Ia menengadah dan memandang wajahku, aku lagi terpejam merasakan nikmatnya jilatannya. "Cepet banget In", tanyanya sambil menyisipkan jari telunjuk ke dalam memekku. Dia menenggelamkan dan menggosok-gosokkan hidungnya ke belahan bibir memekku. Nafasku terengah-engah. Mulutku setengah terbuka megap-megap.

Aku menggeliatkan pinggulnya untuk menahan cairan yang terasa ingin mengalir keluar dari memekku. kepalanya ditekan ke memekku dan menghisap2nya sambil meremas kedua bongkahan pantatku. Dan aku semakin keenakan, membuat lendir semakin banyak mengalir ke lubang memekku. Aku mengangkat kakiku yang terjuntai di atas kasur dan melilitkan betisku di lehernya. Aku tak ingin kepalanya lepas dari pangkal pahaku.

Aku mempererat tekanan betisku di lehernya. Aku juga menjambak rambut dan menekan bagian belakang kepalanya lebih keras, sehingga mulutnya makin terbenam di dalam memekku. Dia telah merasakan bibir dan dinding memekku berdenyut-denyut. DIa pun dapat merasakan hisapan lembut di lidahnya, seolah memekku ingin menarik lidahnya lebih dalam. Sejenak, dia mengeluarkan lidahnya untuk menjilat dan menghisap bibir memekku. Dikulumnya berulang kali. Dijilatinya kembali dinding dan bibir memekku. "Om, Inez nggak tahan lagi". Dia semakin bersemangat menjilat dan menghisap-hisap. membuat pinggulku terhentak-hentak.

Walaupun kepalanya terperangkap dalam jepitan paha dan betisku, tetapi dia dapat merasakan setiap kali pinggulku terangkat dan terhempas. Berulang kali hal itu terjadi. Terangkat dan terhempas kembali. Sesekali pinggulku menggeliat pertanda aku dah bener2 mo nyampe. Dan ketika dia merasakan rambutnya kujambak semakin keras diiringi dengan pinggulku yang terangkat menghantam wajahnya, dia segera mengulum itilku. Sesekali dihisapnya disertai tarikan lembut hingga itilku hampir terlepas dari bibirnya. Ketika merasakan pinggulku agak berputar, dijepitnya itilku dengan kedua bibirnya agar tak lepas dari hisapannya. "Om, Inez nyampeee. Aargh.. Aarrgghh..!" Dia menjulurkan lidah sedalam-dalamnya. Bahkan ditekannya lidah dan kedua bibirnya agar terperangkap dalam jepitan bibir memekku. Setelah mencicipi rasa di ujung lidahnya, dihisapnya cairan memekku sekeras-kerasnya. Direguknya lendir itu dengan lahap. Lalu dibenamkannya kembali hidungnya di antara celah bibir memekku yang berdenyut-denyut itu. Dan ketika merasakan pinggulku terhempas kembali ke atas kasur, dia menjilati memekku. Setetes lendir pun tak dia sisakan! Bahkan lendir yang membasahi jembutku pun dijilatinya. Jembutku jadi merunduk rapi seperti baru selesai disisir! "Om., ooh, aarrgghh.., Enak banget. Om pinter banget ngerangsang Inez sampe nikmat gini".

Dia memandang wajahku. Mataku terpejam sambil menggigiti bibirku sendiri, tanganku yang mencengkram seprei di tepian kasur dengan kencang, serta nafasku yang tidak beraturan. Dia membiarkan aku meregang dirinya dalam detik demi detik puncak kenikmatan yang baru saja kudapat. "Inez ke kamar mandi dulu ya om", dia mengangguk. Ketika aku sedang membilas tubuhku dibawah shower air hangat dia masuk ke kamar mandi. "Om, tolong matikan AC kamar. Biar nggak kedinginan kalau Inez keluar nanti",.AC tidak dia matikan tapi aku setel menjadi 25 derajad. Biar lebi hangat. Lalu dia kembali melangkah ke kamar mandi lagi. "Jangan bengong, om, mandi sekalian aja…", kataku waktu dia bengong. Dia segera melepas sisa pakeannya yang belon aku lepasin waktu dia ngemut tokedku. Sesaat ketika badannya basah tersiram air, aku menyabuni seluruh tubuhnya dengan pelan dan lembut. Mula-mula tangannya, lalu dada dan perut. Aku minta dia berbalik badan dan kemudian punggungnya mendapat giliran. Setelah bagian atas tubuhku rata terkena sabun, aku berjongkok. Kusabuni kakinya, lalu naik ke paha. Aku memegang kontolnya dan mengelus batangnya pelan-pelan, terasa sangat licin dengan sabun. Setelah bersih, tiba gilirannya. Dia segera mengambil sabun dari tanganku. Mula-mula dia mengusap kedua tanganku. Lalu beralih ke perutku. Kemudian tangannya merayap naik, kedua tokedku disabuni dengan lembut. Tangan kirinya membelai lembut toked kananku, sementara tangan kanannya mengusap-usap toked kiri. Dia lakukan berulang-ulang, aku memejamkan matanya sambil mendesah, menikmati sensasi. Tubuhnya merapat ke tubuhku, dan dengan posisi seperti memeluk, tangannya menyabuni punggung dan pantatku. Ketika tangannya sampai di belahan pantatku, sengaja dengan lembut dia sedikit menusukkan jemarinya ke lubang anusku. "Emmhh… om,…", aku mendengus perlahan. Setelah bagian atas tubuhku rata dengan sabun, dia lalu berjongkok. Dia mulai mengusap kaki dan betisku. Pelan.., perlahan sekali. Lalu tangannya naik ke pahaku. Aku agak merenggangkan kakiku, agar tangannya bisa menyusup ke celah pahaku. Lalu tangannya naik lagi, sampai akhirnya dia bisa menyabuni jembutku. Agak lama dia mengusap-usap sekitar selangkanganku dengan lembut, hingga bibir memekku merekah. "Sudah.. om", lenguhku. Dia berdiri dan memeluk tubuhku. Dia menciumku sampai aku kembali terengah-engah. Tubuh kami terus bergerak mencari kenikmatan. Tangannya mengusap pantatku, paha dan kedua tokedku. Aku juga terus menggerayangi tubuhnya, punggung, pantat dan akhirnya bermuara ke kontolnya. Kukocok-kocok kontolnya. Dia merasa nikmat. Aku mundur dan bersandar di dinding. Kaki kurenggangkan, mataku terpejam. Aku lalu memegang kontolnya. Sabun makin mencair tapi masih tetap licin.

Aku baru membuka mataku ketika kurasakan sebuah benda menempel lembut pada bibir memekku. Aku memandang lembut ke arah wajahnya yang tepat berada di depan wajahku. "Aku masukin ya" bisiknya sambil mengecup keningku. Aku hanya mengedipkan kedua mataku sekali, sambil tetap memandangnya.

Perlahan-lahan dia tekan kontolnya menerobos liang memekku. Aku makin merenggangkan lagi kakiku. Kubimbing kontolnya ke arah lubang memekku. Dan acchh…, kontolnya mulai masuk. nafasku tertahan di tenggorokan, menikmati sensasi mili demi mili penetrasi yang dia lakukan, hingga akhirnya keseluruhannya terbenam utuh. Kami terdiam dan saling berpandangan sejenak. Dia kecup bibirku lembut sebelum mulai menggerakkan kontolnya. Mula-mula perlahan. Makin lama makin cepat. aku memeluk kedua pantatnya ikut menekan. Nikmat sekali rasanya. Badan kami masih licin. Terus dia ayun-ayunkan kontolnya kluar masuk memekku. Tokedku menekan dadanya, dinding memekku meremas kontolnya yang terus dipompanya kluar masuk. Tak lama, aku merasa tak tahan lagi. Kupeluk dia erat-erat. Aku telah sampai ke puncaknya lebih dulu. Kontolnya makin kencang menancap. Ayunan kontolnya makin lama makin cepat. "Achh…, achh…, terus om…, terusss…", lenguhku. Pinggulku terus bergerak mengimbangi tusukannya. Sejurus kemudian, kami saling berpelukan erat sekali. Dia mencium bibirku.
Dia mencabut kontolnya. Dia menghadapkan tubuhku ke arah dinding. Aku nungging. Pantatku yang masih licin oleh sabun diusap-usap. Jari tengahnya mulai memainkan memekku. Aku melenguh. Dia mainkan itilku, diusap dan diplintir, sehingga aku makin menggelinjang. "Sekarang om…, sekarang…", desahku. Kupegang kontolnya dan kubimbing masuk ke dalam celah memekku. Dia tusukkan pelan-pelan kontolnya. Aku condongkan badannya kedepan untuk memlintir2 pentilku dan kemudian meremas2 tokedku. Makin lama makin cepet dia memompa memekku. "Om, Inez lemes deh, Inez dah nyampe om belon ngecret ya, terusin di ranjang yuk om". Dia mengerti kondisiku. Kemudian dia brenti memompaku dan mencabut kontolnya keluar memekku. Masih keras banget dan berlumuran lendir memekku. Tersirat kekecewaan diwajahnya. Aku jadi gak enak, dia sudah membawa aku ke surga kenikmatan tapi dia belon nyampe sama sekali.
Kontolnya kugenggam sambil menggerakkan tanganku maju-mundur, dari leher batang kontolnya hingga ke pangkalnya. Palkonnya semakin lama semakin berwarna merah tua. Kuelus-elus palkonnya dengan ujung jempol. "Ooh.., nikmat, Sayang!" Wah mulai sayang2an neh. Aku meremas biji pelernya. Dia meletakkan kedua belah telapak tangannya di atas kepalaku.
Lalu dengan tarikan yang sangat lembut, dia menarik kepalaku agar semakin mendekat ke kontolnya. Aku mendekatkan bibirku ke bagian tengah palkonnya. Kujilat lubang kencingnya, ada sedikit lendir disana. kemudian kukulum palkonnya. Leher kontolnya kujepit dengan bibir sambil mengoles-oleskan lidahku di lubang kencingnya. Dia mendesah. "Argh.., aduuhh..!" desahnya sambil menekan bagian belakang kepalaku lebih keras. Setengah batang kontolnya telah masuk ke dalam mulutku. Aku menengadah memandangi wajahnya, tampak dia keenakan ketika kontolnya kusepongin. Aku merasakan lagi tekanan di bagian belakang kepalaku, tekanan yang membuat aku memasukkan batang kontolnya itu lebih dalam. Dia mengusap-usap rambutku. Perlahan-lahan, ditariknya kontolnya kemaluannya hingga palkonnya yang masih tersisa. Dan dengan perlahan-lahan pula, didorongnya kembali batang kontolnya kedalam mulutku. Diulangnya gerakan itu beberapa kali, tiba-tiba didorongnya lagi dengan keras hingga bibirku menyentuh jembutnya. Aku tersendat karena ujung batang kontolnya menyentuh kerongkonganku. Dia segera menarik kontolnya mundur kembali. kembali palkonnya kuhisap-hisap. Lalu batang kontolnya kukeluarkan dari mulut, aku mulai menjilati batangnya hingga ke pangkalnya. ujung lidahku beberapa kali menyentuh biji pelernya, sehingga dia mendengus keenakan. Ketika kurasakan jambakan lembut di kepalaku, kuhisap-hisapnya biji pelernya. lidahku melata ke arah bawah untuk mengecup dan menjilat-jilat celah sempit antara biji peler dan lubang pantatnya. "Aarrgghh..!" desahnya ketika merasakan lidahku itu menjilat-jilat semakin liar. Bahkan dia mulai merasakan bibirku mulai mengisap-isap celah di dekat lubang pantatnya. Sangat dekat dengan lubang pantatnya! Dan sesaat dia berhenti bernafas ketika merasakan ujung lidahku akhirnya menyentuh lubang pantatnya. Dia menggigil merasakan nikmat yang mengalir dari ujung lidah itu. Matanya terbeliak ketika merasakan tanganku membuka lipatan daging di antara bongkah pantatnya. Hanya bagian putih di bola matanya yang terlihat ketika dia meresapi nikmatnya lidahku saat menyentuh lubang pantatnya. "Oorgh.., aarrgghh..Nikmat, Sayang!" desahnya sambil menggerakkan pinggulnya menghindari jilatan di pantatnya.

Dia sudah tak kuat menahan kenikmatan yang mendera tubuhnya. Palkonnya sudah membengkak. Lalu dia mengarahkan palkonnya ke mulutku. "Aku sudah tak tahan, In" sambungnya sambil menghunjamkan batang kontolnya sedalam-dalamnya. Aku tersendat ketika palkonnya menyumbat kerongkonganku. ketika batang kontolnya bergerak mundur, aku mengisapnya dengan keras hingga terdengar bunyi ‘slurp’. Kedua telapak tanganku mengusap-usap bagian belakang pahanya. Lalu aku kembali menengadah. Kami saling tatap ketika batang kontolnya kembali menghunjam rongga mulutku. Telapak tanganku ikut menekan bagian belakang pahanya. Kepalaku ikut maju setiap kali batang kontolnya menghunjam mulutku. Aku merinding setiap kali ujung palkonnya menyentuh kerongkonganku. "Aarrgghh.., In, aku sudah mau keluar. Telan ya sayang pejuku". "Hmm.." sahutku sambil mengangguk. Dia semakin tegang setelah melihat anggukan itu. Sendi-sendi tungkai kakinya menjadi kaku. Nafasnya mengebu-gebu seperti seorang pelari marathon. Sebelah tangannya menggenggam kepalaku, dan yang sebelah lagi menjambak. Pinggulnya bergerak seirama dengan tarikan dan dorongan lengannya di kepalaku. Hentakan-hentakan pinggulnya membuat aku terpaksa memejamkan mata. Batang kontolnya sudah menggembung. Akhirnya ia meraung sambil menghunjamkan batang kontolnya sedalam-dalamnya. Berulang kali. Ditariknya, dan secepatnya dihunjamkan kembali. "Aarrgghh.., aduuh! Aarrgghh..!" raungnya sekeras-kerasnya ketika dia merasakan pejunya muncrat ‘menembak’ kerongkonganku.

Sesaat ia merasa kejang. Dibiarkannya batang kontolnya terbenam. Tangannya mencengkeram kepalaku dengan keras karena tak ingin kepalaku meronta. Dia tak ingin mulutku terlepas ketika dia sedang berada pada puncak kenikmatannya. Keinginan itu ternyata menjadi kenikmatan ekstra, yaitu kenikmatan karena ‘tembakannya’ langsung masuk ke kerongkonganku. ‘Tembakan’ itu akan membuat kerongkonganku agak tersendat sehingga pejunya akan langsung tertelan. Setelah ‘tembakan’ pertama, dia masih merasakan adanya tekanan peju di saluran lubang kontolnya. Maka dengan cepat ia menarik batang kontolnya, dan menghunjamkannya kembali sambil ‘menembak’ untuk yang kedua kalinya. "Hisap sayang, aarrgghh..! Aarrgghh..!" Ditariknya kembali batang kontolnya. Tapi sebelum kembali menghunjamkannya, dia merasakan gigitanku di leher batang kontolnya. Dia pun berkelojotan ketika merasakan gigitanku disertai kuluman lidah. ‘Tembakan’ kecil masih terjadi beberapa kali ketika lidahktu mengoles-oles lubang kontolnya. "Ooh.., nikmatnya!" gumamnya sambil membelai-belai kedua belah pipiku. Sambil menengadah dan membuka kelopak mataku, aku terus mengulum dan menjilat-jilat. Tak ada lendir berwarna susu yang mengalir dari sudut bibirku. Tak ada setetes pun yang menempel di daguku. Dan tak ada pula lendir yang tersisa di palkonnya. Bersih. Semua kutelan. "Yang, nikmat banget deh, apalagi kalo ngecret dimekek kamu ya". "Kok om manggil Inez Yang si". "Ya gak apa kan kalo aku beneran sayang ma kamu". "Masak si om, tante mo dikemanain", aku mencibir. Dia cuma ketawa ja.

setelah kembali berbaring di ranjang, di bilang ke aku, "terus terang ya In, ngentotin cewek imut kaya kamu nikmat banget, mem3k kamu peret banget jadi empotannya kerasa banget". segera dia kembali mencium bibirku. Dia bersemangat ketika menciumi leherku. esekali lidahnya menjulur menjilat hingga membuat aku beberapa kali mendongakkan kepalaku. Aku merangkul lehernya, sehingga tokedku menempel ketat ke dadanya. Karena senang dan gemas, dia segera meremas bongkah pantatku. Diremasnya berulang kali. aku merasakan ciuman-ciuman basah merayap menuju tokedku. Lidahnya pun mulai merayap dari lekukan bawah hingga ke pentilku yang kecil. Semakin lama lidah itu bergerak semakin cepat. Menjilati bergantian. Toked kiri dan kanan. Dan ketika merasakan air liurnya telah membasahi kedua tokedku, dia segera mengulum pentilku yang kemerahan. "Ooh..! Ooh.., om! Aarrgghh..!" desahku ketika merasa pentilku digigit dengan lembut. Dan ketika bibirnya berpindah ke toked sebelahnya, lalu mengulum dan menjentik-jentikkan ujung lidah di pentilku, aku kembali mengerang.."om..! Aargh.., enak!!"

Tapi beberapa detik kemudian, dia melepaskan pelukannya, kakiku dikangkangkannya. dengan lembut diusap-usapkannya telapak tangannya ke betisku. Semenit kemudian, dibelai-belainya betisku dengan pipinya. Lalu dikecupnya. Mula-mula dia mengecup bagian bawah, tetapi semakin lama semakin naik ke arah belakang lutut. Mula-mula kecupannya kering, tetapi semakin mendekati belakang lutut, kecupannya semakin basah. Ketika bibirnya telah terselip di belakang lututku yang tertekuk itu, ia mengecup sambil mempermainkan ujung lidahnya. "Geli, om!" Dia memindahkan kecupannya ke betis yang sebelah lagi. Dengan sabar, dia mengecup kembali. Mengulangnya berulangkali. Dan kemudian mulai menjilat ke arah bawah. Sesekali dia mengecup dengan gemas, setengah menggigit. Aku sangat menikmati hembusan nafas yang terasa hangat di betisku. Setiap kali dia mengecup, seolah tersisa kehangatan di bekas kecupannya. Dia mulai menciumi lutut bagian dalam. Dia menatap pahaku yang terpampang di depannya. Pahaku terbuka lebar sehingga dengan mudah ia menciumi dan sesekali menjilatnya. Lalu diusapkannya wajahnya beberapa kali ke permukaan paha dalamku. Kedua belah telapak tangannya pun giat bergerak menyalurkan kehangatan. Tangan kirinya mengusap-usap paha kananku bagian luar, sedangkan telapak kanannya digunakan untuk mengusap-usap betis kiriku. Aku sangat menyukai usapan-usapan telapak tangannya. kehangatan pun mulai terasa menjalar di bagian bawah perutku ketika aku merasakan lidahnya merayap mendekati lipatan antara paha dalam dan memekku.

Aku merintih ketika bibirnya menariki jembutku. Hal itu malah membuat memekku semakin basah. Akul menarik kepalanya ke arah pangkal pahaku. Kedua tanganku menahan agar kepalanya tetap berada di pangkal pahaku. Dan ketika aku merasakan kehangatan lidah menyusup ke dalam memekku, aku merintih.."Ooh, ooh.., enak om! Aarrgghh..!" Tarikan nafasku pun mulai tak teratur ketika lidahnya menjilati dinding dan bibir dalam memekku. Aku mendorong pinggulku agar lidahnya masuk semakin dalam. Sebuah sensasi yang membuat memekku semakin basah berlendir. Apalagi ketika merasakan dia mengisap lendir yang terselip di bibir dalam memekku, aku merintih berulang kali.."Argh..! Argh..! om, Oh nikmatnya, sstt, sstt.., aarrgghh..!" Kemudian dia menekan hidungnya ke celah sempit di antara bibir memekku. Ditekannya sedalam-dalamnya. Aku terkejut merasakan hidungnya itu tiba-tiba menusuk lubang memekku. Aku menggelinjangkan pinggulku. Menggelinjang dalam kenikmatan. Geli dan nikmat tiba-tiba terasa menusuk hingga ke jantungku. Aku merintih-rintih berkepanjangan akibat dengusan nafasnya di dalam lubang memekku. "Aarrgghh..! om..! Aarrgghh.., aarrgghh..!" rintihanku semakin keras. "Om! Aarrgghh..! Inez mau nyampe!" Aku tak berusaha menghindari hidungnya, bahkan aku memutar pinggulku sambil menekan bagian belakang kepalanya. Hal itu tak berlangsung lama. Aku hanya mampu memutar-mutar pinggulnya beberapa kali! Tiba-tiba saja aku merasakan adanya dorongan lendir orgasme yang tak mampu kutahan. Dorongan itu terasa sangat kuat. Jauh lebih kuat daripada dorongan yang biasanya aku rasakan ketika mendekati puncak orgasmeku.

"Om, Inez mau nyampe! Aarrgghh.." mendengar rintihanku, dia semakin meremas dan menarik kedua bongkah pantatku agar hidungnya semakin tenggelam ke dalam liang memekku.

Remasannya di bongkah pantatku itu sangat kuat, membuat aku hanya dapat merintih dan meronta-ronta. Dan tak lama kemudian, "Aarrgghh.., Inez nyampe!" Lalu dia mulai menjilati memekku yang masih berlepotan lendir itu. Aku menggeliat ketika merasakan kembali lidahnya yang menjilati bibir luar memekku. Aku mengusap-usap rambutnya yang masih rajin menjilati memekku.

Aku mendesah ketika lidahnya mulai mencari-cari sisa lendir di balik sekumpulan urat saraf yang itilku. Aku menggeliat. Dan menggeliat lagi ketika merasakan itilku dijentik-jentik dengan ujung lidahnya. Dia masih menjilat-jilat. Sesekali mengulum bibir luar memekku. "Om, nikmatnya!" desahku sambil menatapnya.

"Sekarang dimasukin ya In!" Aku diem saja, menunggu. Dia menjatuhkan dadanya di antara kedua belah pahaku. Lalu dengan gemas, diciumnya pusarku. "Om, geli!" Dia tersenyum sambil mengangkat kepalanya. Tapi tak lama kemudian diulang-ulangnya mencium hingga membuat aku kembali menggelinjang beberapa kali. Dengan menggunakan kedua siku dan lututnya, dia merangkak hingga wajahnya terbenam di antara kedua tokedku.

Dikecupnya lekukan tokedku. Lidahnya sedikit menjulur ketika mengecup. Kecupan basah. Tak lama kemudian, lidahnya melata menjilat tokedku sebelah kanan. Diulangnya beberapa kali hingga tokedku mulai basah tersapu air liurnya. Ia berhenti sejenak untuk menatap keindahan pentilku. Lalu tangannya kirinya bergerak mengusap bagian bawah buah tokedku, kemudian bergerak ke arah atas sambil meremas dengan lembut. Remasannya membuat pentilku terlihat semakin tinggi. Menggemaskan. Dan dengan cepat dikecupnya pentilku yang masih kecil itu. Dikulumnya sambil mengusap-usapkan tangan kanannya di punggungku. "Kamu cantik sekali, In" katanya sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku. Aku tersenyum, senang mendengar pujian itu. Kurangkulnya lehernya dengan tangan kiriku, kemudian kucium bibirnya dengan mesra. Kuhisap lidahnya yang menyusup ke bibirku. Kuhisap sambil mengait-ngaitkan ujung lidahku. Tak lama kemudian, tangan kananku bergerak ke arah pangkal pahanya.

Setelah mengusap-usap beberapa kali, kugenggam batang kontolnya. Lalu kuarahkan palkonnya ke celah di antara bibir memekku yang mulai berlendir. Dia menarik nafas panjang merasakan kelembutan dan kehangatan di ujung batang kontolnya. lendir dari celah bibir memekku mengolesi ujung palkonnya. Batang kontolnya menjadi semakin keras. Urat-urat berwarna hijau di kulit batang kontolnya semakin membengkak. Dia sedikit menekan pinggulnya agar palkonnya terselip di bibir memekku. Dia menatap wajahku ketika merasakan pinggulku yang ditindihnya menggeliat.
Dengan tambahan tekanan yang lebih keras, palkonnya akhirnya terselip. Dia menahan nafas ketika merasakan hangat dan sempitnya bibir memekku menjepit palkonnya. Lalu ia mulai menciumi leherku Dadanya direndahkan hingga menekan kedua tokedku. Dia sengaja melakukan hal itu karena ingin merasakan kekenyalan tokedku ketika aku menggeliat. Dia mendorong batang kontolnya lebih dalam.
"Ohh.., om." Dia menciumi telingaku. "Belit pinggangku dengan kakimu, Sayang," bisiknya di sela-sela ciumannya. Tangan kirinya meremas tokedku, sedangkan tangan kanannya mengelus-elus paha luarku yang baru membelit pinggangnya. Lalu ia mendorong batang kontolnya lebih dalam. Sesak! Perlahan-lahan ia menarik sedikit batang kontolnya, kemudian mendorongnya. Hal itu dilakukannya beberapa kali hingga dia merasakan cairan lendir yang semakin banyak mengolesi palkonnya.

Sambil menghembuskan nafas berat, didorongnya batang kontolnya lebih dalam, kemudian ditariknya batang kontolnya hingga hanya ujung palkonnya yang yang terselip di bibir luar memekku. Lalu didorongnya kembali perlahan-lahan. Diulangnya beberapa kali. Lalu diciumnya bibirku dengan lahap. pentilku diremasnya dengan jempol dan jari telunjuknya. Dan ketika merasakan aku mendorong pinggulku, dengan cepat didorongnya pula batang kontolnya. "Hmm.., hhmm..!" gumamku sambil mengisap lidahnya sekeras-kerasnya. Aku hanya dapat bergumam ketika merasakan batang kontolnya menghunjam ke dalam lubang memekku. Aku menggeliat-geliat, tapi semakin menggeliat, batang kontolnya masuk semakin dalam. Sesaat,dia membelai-belai rambut di dahiku. Lalu mengecup keningku dengan mesra. Tak lama kemudian, bibirku dikecupnya dengan lembut. Dikulumnya dengan penuh perasaan. Dia baru menarik batang kontolnya perlahan-lahan setelah merasakan lidahku menyusup ke dalam mulutnya.

Dia kembali membenamkan batang kontolnya perlahan-lahan. Kali ini ia hanya mendengar aku mendesis beberapa kali sambil merangkul lehernya erat-erat. Dia pun merasakan dua buah kakiku yang semakin erat membelit pinggangnya. Ia masih tetap mendengar aku mendesis ketika dia menarik batang kontolnya.

Setelah menarik nafas panjang, dia menghentakkan pinggulnya sedalam-dalamnya hingga pangkal pahanya bersentuhan dengan pangkal pahaku. Dia mendesah beberapa kali ketika merasakan seluruh batang kontolnya terbenam ke dalam memekku. Bahkan dia merasakan ujung kontolnya menyentuh mulut rahimku. Sejenak dia diam tak bergerak. Dia sengaja membiarkan batang kontolnya menikmati sempitnya lubang memekku. Dia terpejam merasakan remasan lembut di batang kontolnya ketika memekku berdenyut.

"Aarrgghh.., ooh, ohh..," rintihku ketika seluruh batang kontolnya telah terbenam ke dalam lubang memekku. aku merasakan nikmat di sekujur tubuhnya. Rasa yang membuat bulu-bulu roma di sekujur tubuhku meremang, yang membuat aku terpaksa melengkungkan punggungnya. Kuku-kuku jari tanganku menancap di punggungnya ketika aku merasakan biji pelernya memukul lubang pantatku. Aku semakin melengkungkan punggungku menjauhi kasur ketika dia menarik batang kontolnya. Aku tak mampu bernafas ketika merasakan nikmatnya saat bibir dalam memekku tertarik bersama batang kontolnya. Rasa nikmat yang menjalar dari memekku, membuat punggungnya terhempas ke atas kasur ketika dia

kembali menghunjamkan batang kontolnya. aku menggigit bibirku meresapi kenikmatan yang mengalir dari itilku. Itilku yang tergesek ketika dia menghunjamkan batang kontolnya. Dia mendesah setiap kali mendorong batang kontolnya. Seumur hidupnya, Ia tak pernah merasakan ada mem3k yang menjepit batang kontolnya sekeras itu. Memekku yang sempit yang membuat telapak tangannya harus menekan kasur sekeras-kerasnya ketika ia menarik batang kontolnya. Akhirnya dia tertelungkup di dadaku. Tangannya menyusup ke balik punggungku dan menggenggam kedua bahuku. Dia terpaksa hanya mengandalkan lututnya untuk menekan kasur agar ia tetap dapat mengangkat dan mendorong pinggulnya. Dia hampir tak mampu membendung pejunya lebih lama lagi. "Aarrgghh.., yang, aku dah mo ngecret, didalem ya"..!" desahnya.

Nafasnya mendengus-dengus. Kelopak matanya terbeliak-beliak. Terdengar bunyi "plak" setiap kali ia menghunjamkan batang kontolnya karena pangkal pahanya beradu dengan pangkal pahaku. Bunyi itu semakin keras terdengar setiap kali aku mengangkat pinggulk untuk menyongsong batang kontolnya yang menghunjam.

"Aarrgghh.., In, aaku.. Aaku.." Dia tak mampu lagi mengendalikan pejunya. Dia masih mencoba bertahan. Tapi semakin lama memekku yang menelan kontolnya terasa meremas semakin kuat. Remasan yang berdenyut-denyut, seolah ingin menghisap peju yang tertahan di batang kontolnya. "Aarrgghh.., aarrgghh.., aku ngecret..," raungnya ketika merasakan pejunya menerobos lubang saluran kontolnya. Dia menghunjamkan pinggulnya sekeras-kerasnya agar ujung palkonnya tertanam sedalam-dalamnya ketika pejunya menerobos ke luar dari kantung biji pelernya. Dia mencengkeram kedua bahuku dengan erat saat dia pun merasakan gigitan manja di bahu kanannya. "Om, aarrgghh.., aarrgghh..,Inez nyampe jugaa..!" rintihku ketika merasakan pejui yang sangat panas ‘menembak’ mulut rahimku. "Nikmat sekali dientot ma om, jauh lebi nikmat katimbang dientot cowok Inez". Aku tersenyum lemes, tak lama kemudian kami terlelap kelelahan dan juga penuh rasa nikmat. (cerita bapak)

- TAMAT -