Kamis, 11 April 2013

Pak Imran, Duda Setengah Baya yang Ganteng

(cerita bapak)- Aku mengenal Pak Imran, seorang duda, ketika dia bekerja di kantorku sebagai tenaga kontrak. Walau sudah paruh baya, berusia sekitar 58 tahun, tapi Pak Imran masih nampak ganteng dan seksi dengan tubuh atletis. Aku tertarik dengan ketampanannya, apalagi ia sangat perhatian kepadaku.

Sesudah aku nikah, rambutku aku cat kepirangan, ia langsung berkomentar jika aku lebih cantik dengan rambut hitam. Ini yang membuat aku diam-diam menyukainya, bukan sebagai teman tapi sebagai lelaki dewasa yang berpengalaman.

Karena rumahku sejalan dengan rumahnya, aku hampir setiap hari menumpang mobilnya, pergi dan pulang. Dalam perjalanan pergi pulang kantor itu lah, aku menceritakan problem rumah tanggaku. Setelah menikah, aku tak kunjung hamil, padahal aku sangat mendambakan anak.

Dia sering memberi informasi, termasuk tentang siklus datang bulanku. Dia memberi advis untuk menghitung masa suburku, sehingga pada masa subur itulah aku harus main dengan suamiku setiap malam.

Masalahnya suamiku itu gila kerja sehingga kalau pulang ke rumah dia sudah loyo karena pekerjaannya. Alhasil paling main dilakukan paling banyak 2 kali seminggu, itu juga ketika week end.

Aku suka kesal kalau pada weekend, apalagi pada masa suburku, suamiku sangat terlibat dengan pekerjaannya sehingga dia akan loyo kalau sudah diranjang. Jangan tanya mengenai kepuasan yang seharusnya menjadi hakku karena suamiku tidak tahan lama, maunya langsung masuk dan belum 5 menit sudah ngecret. Karena memang aku sangat mendambakan bisa hamil, aku tidak mempermasalahkan loyonya suamiku di ranjang, buat aku yang penting dia bisa mengecretkan pejunya di dalam vaginaku.

Sampailah kejadian terakhir yang membuat aku sangat sangat kecewa pada suamiku. Persis pada saat masa suburku, dia harus keluar kota untuk 2 minggu, padahal 2 hari sebelumnya dia baru pulang dari luar kota selama seminggu. Alasannya, dia harus kerja keras untuk mengumpulkan uang buat persiapan punya anak.

Uang sih penting, tapi kalau anaknya gak dibuat ya percuma saja mengumpulkan uang banyak. Aku mengeluh kepada Pak Imran lewat sms, jawabannya membuat aku kaget. "Kalau kamu mau, aku mau kok bantuin kamu bikin anak, bagaimana?".

Aku terdiam karena jawaban tadi. Karena lama tidak aku jawab, masuklah smsnya lagi : "Diam itu artinya mau kan, apalagi kamu kesepian karena suami kamu keluar kota terus. Udah lah, besok pagi jam 8 kamu tunggu aku di mulut komplex kamu". SmSnya tidak ku jawab, dalam hati timbul keraguan apakah aku mau memenuhi ajakannya atau tidak, aku bingung antara mau "membalas" suamiku atau berlaku sebagai isteri yang setia.

Aku tertidur dengan keraguanku. Esoknya, pagi2 sudah masuk sms dari Pak Imran : "Jangan lupa ya, jam 8an aku tunggu kamu di mulut komplex. Jangan nggak datang ya". Senada dengan sms semalam aku se akan2 tidak diberi kesempatan memilih. Akhirnya karena perasaan kesal ke suami mendominasi pikiranku ditambah dengan rasa sukaku pada dia, aku memutuskan untuk memenuhi ajakannya. Ke kantor aku lapor sakit dan tidak masuk kerja.

Jam 8 aku sudah menunggu dimulut komplex dan tak lama lagi dia datang dengan mobilnya. Aku masuk mobilnya. Dia ber seri2 melihat aku pakai tank top ketat sepinggang dan celana ketat juga, sehingga dia bisa melihat lekuk liku bodyku yang proporsional dan dapat mengundang selera lelaki yang melihatnya, termasuk dia yang sudah paruh baya itu.

"Wah kamu seksi sekali, sampai pusernya kelihatan". Karena tank top ku sepinggang, maka kalau aku bergerak pinggangku tersingkap dan nampaklah puserku. Aku hanya tersenyum saja : "Kita mau kemana pak?" "Ke apartment temanku ya", jawabnya.

Aku hanya terdiam saja sambil membayangkan apa yang akan dilakukannya di apartment kepadaku. Aku tidak banyak bicara selama perjalanan ke apartment. Sesampainya di apartment, Dia memarkir mobilnya ke basement dan kemudian menggandeng aku ke lift.

Di dalam lift aku di peluknya. Aku merasa hangat dalam pelukannya, beda sekali dengan suamiku yang dingin sifatnya.
"Bapak sering ya ke apartment ini, suka bawa abg ya pak", tanyaku sambil tersenyum.
"Suka juga", jawabnya. Tanpa bisa kucegah, padahal dia bukan apa-apaku, mendengar jawabannya aku merasa cemburu dengan cewek2 abg yang suka dibawanya ke apartment itu.

Di apartment, kita duduk di sofa, dia mengambilkan minuman dan menyalakan TV. Kami tak banyak bicara karena perhatian tertuju ke tv, tapi aku berdebar2 menunggu apa yang akan terjadi. Akhirnya dia pindah duduk di sampingku, menghadapkan tubuhnya ke arahku dan meletakkan tangan kanannya di atas perutku sambil memasukkan telunjuknya ke puserku yang tersingkap.

"Yang, kamu sudah tahu maksudku kan?" katanya lirih di telingaku. Merinding aku mendengarnya memanggil aku yang, dan aku hanya mengangguk.
"Ya pak, Vina tahu, bapak,".

Belum selesai aku menjawab, kurasakan bibirnya sudah menyentuh leherku, terus menyusur ke pipiku. Tubuhnya bergeser merapat, bibirku dilumatnya dengan lembut. Ternyata dicium pria bibir tebal nikmat sekali, aku bisa mengulum bibirnya lebih kuat dan ketebalan bibirnya memenuhi mulutku. Sensasi nikmat yang belum pernah kudapat dari suamiku.

Sedang kunikmati lidahnya yang menjelajah di mulutku, kurasakan tangan besarnya menyelusup kedalam tank topku dan meremas lembut toketku yang masih terbungkus bra. Ohh.., toketku ternyata tercakup seluruhnya dalam tangannya. Dan aku rasanya sudah tidak kuat menahan gejolak napsuku, padahal baru awal pemanasan.

Bibirnya mulai meneruskan jelajahannya, sambil melepaskan tank topku, leherku dikecup, dijilat kadang digigit lembut. Sambil tangannya terus meremas-remas toketku. Kemudian tangannya menjalar ke punggungku dan melepas kaitan bra ku sehingga toketku bebas dari penutup.

Bibirnya terus menelusur di permukaan kulitku. Dan mulai pentil kiriku tersentuh lidahnya dan dihisap. Terus pindah ke pentil kanan. Kadang-kadang seolah seluruh toketku akan dihisap. Dan tangan satunya mulai turun dan memainkan puserku, terasa geli tapi nikmat, napsuku makin berkobar karena elusan tangannya.

Kemudian tangannya turun lagi dan menjamah selangkanganku. vaginaku yang pasti sudah basah sekali. Lama hal itu dilakukannya sampai akhirnya dia kemudian membuka ristsluiting celana ku dan menarik celanaku ke bawah, Tinggalah CD miniku ku yang tipis yang memperlihatkan jembutku yang lebat, saking lebatnya jembutku muncul di kiri kanan dan dibagian atas dari cd mini itu.

Jembutku lebih terlihat jelas karena CD ku sudah basah karena cairan vaginaku yang sudah banjir. Dibelainya celah vaginaku dengan perlahan. Sesekali jarinya menyentuh itilku karena ketika dielus pahaku otomatis mengangkang agar dia bisa mengakses daerah vaginaku dengan leluasa. Bergetar semua rasanya tubuhku, kemudian CD ku yang sudah basah itu dilepaskannya.

Aku mengangkat pantatku agar dia bisa melepas pembungkus tubuhku yang terakhir. Telanjanglah aku dihadapan laki2 yang bukan suamiku untuk pertama kalinya, tapi napsuku sudah membutakan nalarku dan aku sudah lupa dengan cewek2 abg yang pernah dibawanya ke apartment itu, tentunya untuk dientot juga.

Jarinya mulai sengaja memainkan itil-ku. Dan akhirnya jari besar itu masuk ke dalam vaginaku. Oh, nikmatnya, bibirnya terus bergantian menjilati pentil kiri dan kanan dan sesekali dihisap dan terus menjalar ke perutku. Dan akhirnya sampailah ke vaginaku. Kali ini diciumnya jembutku yang lebat dan aku rasakan bibir vaginaku dibuka dengan dua jari.

Akhirnya kembali vaginaku dibuat mainan oleh bibir Dia, kadang bibirnya dihisap, kadang itilku, namun yang membuat aku tak tahan adalah saat lidahnya masuk di antara kedua bibir vaginaku sambil menghisap itilku. Dia benar benar mahir memainkan vaginaku. Hanya dalam beberapa menit aku benar-benar tak tahan.

Aku mengejang dan dengan sekuatnya aku berteriak sambil mengangkat pantatku supaya merapatkan itilku dengan mulutnya, kuremas-remas rambutnya yang mulai menampakkan ubannya dibalik cat rambut yang mulai memudar, untuk pertama kalinya aku merasakan nikmatnya nyampe setelah setahun menikah, hanya dengan bibir dan lidahnya. Dia terus mencumbu vaginaku, rasanya belum puas dia memainkan vaginaku hingga napsuku bangkit kembali dengan cepat.

"Pak, Vina sudah pengen dientot." kataku memohon sambil kubuka pahaku lebih lebar. Dia pun bangkit, mengangkat badanku yang sudah lemes dan dibawanya ke kamar. Di kamar, aku dibaringkan di tempat tidur ukuran besar dan dia mulai membuka bajunya, kemudian celananya.

Aku terkejut melihat senjatanya yang besar dan panjang nongol dari bagian atas CDnya, gak kebayang ada senjata sebesar punya Pak Imran, soalnya senjata yang biasa aku lihat ya senjata suamiku. Kemudian dia juga melepas CD nya.

Sementara itu aku dengan berdebar terbaring menunggu dengan semakin berharap. senjatanya yang besar dan panjang dan sudah maksimal ngacengnya, tegak hampir menempel ke perut. senjata suamiku yang buat aku rasanya besar, enggak ada apa-apanya dibandingkan senjatanya yang menurut aku extra large, aku merinding apakah muat senjata segitu besarnya di vaginaku yang biasanya cuma kemasukan senjata yang jauh lebih kecil.

Saat dia pelan-pelan menindihku, aku membuka pahaku makin lebar, rasanya tidak sabar vaginaku menunggu masuknya senjata extra gede itu. Aku pejamkan mata. Dia mulai mendekapku sambil terus mencium bibirku, kurasakan bibir vaginaku mulai tersentuh ujung senjatanya.

Sebentar diusap-usapkan dan pelan sekali mulai kurasakan bibir vaginaku terdesak menyamping. Terdesak senjata besar itu. Ohh, benar benar kurasakan penuh dan sesak liang vaginaku dimasuki senjatanya. Aku menahan nafas. Dan nikmat luar biasa. Mili per mili.

Pelan sekali terus masuk senjatanya. Aku mendesah tertahan karena rasa yang luar biasa nikmatnya. Terus.. Terus.. Akhirnya ujung senjata itu menyentuh bagian dalam vaginaku, maka secara refleks kurapatkan pahaku, tapi betapa aku terkejut.

Ternyata sangat mengganjal sekali rasanya, besar, keras dan panjang. Dia terus menciumi bibir dan leherku. Dan tangannya tak henti-henti meremas-remas toketku. Tapi konsentrasi kenikmatanku tetap pada senjata besar yang mulai dienjotkan halus dan pelan. Mungkin dia menyadarinya, supaya aku tidak kesakitan. Aku benar benar cepat terbawa ke puncak nikmat yang belum pernah kualami.

Nafasku cepat sekali memburu, terengah-engah. Aku benar benar merasakan nikmat luar biasa merasakan gerakan senjata besar itu. Maka hanya dalam waktu yang singkat aku makin tak tahan. Dan dia tahu bahwa aku semakin hanyut. Maka makin gencar dia melumat bibirku, leherku dan remasan tangannya di toketku makin kuat.

Dengan tusukan senjatanya yang agak kuat dan dipepetnya itil-ku dengan menggoyang goyangnya, aku menggelepar, tubuhku mengejang, tanganku mencengkeram kuat-kuat sekenanya. vaginaku menegang, berdenyut dan mencengkeram kuat-kuat, benar-benar puncak kenikmatan yang belum pernah kualami.

Aku benar benar menerima kenikmatan yang luar biasa. Aku tak ingat apa-apa lagi kecuali kenikmatan dan kenikmatan. "Paaak, Vina nyampe paak", Aku sendiri terkejut atas teriakkan kuatku. Setelah selesai, pelan pelan tubuhku lunglai, lemas. Dua kali aku nyampe dalam waktu relatif singkat, namun terasa nyaman sekali, Dia membelai rambutku yang basah keringat. Kubuka mataku, Dia tersenyum dan menciumku lembut sekali, tak henti hentinya toketku diremas-remas pelan.

Serangan cepat bibirnya melumat bibirku kuat dan diteruskan ke leher serta tangannya meremas-remas toketku lebih kuat. Napsuku naik lagi dengan cepat, saat kembali dia mengenjotkan senjatanya semakin cepat. Uhh, sekali lagi aku nyampe, yang hanya selang beberapa menit, dan kembali aku berteriak lebih keras lagi.

Dia terus mengenjotkan senjatanya dan kali ini dia ikut menggelepar, wajahnya menengadah. Satu tangannya mencengkeram lenganku dan satunya menekan toketku. Aku makin meronta-ronta tak karuan. Puncak kenikmatan diikuti semburan peju yang kuat di dalam vaginaku, menyembur berulang kali.

Terasa banyak sekali peju kental dan hangat menyembur dan memenuhi vaginaku, hangat sekali dan terasa sekali peju yang keluar seolah menyembur seperti air yang memancar kuat. Setelah selesai, dia memiringkan tubuhnya dan tangannya tetap meremas lembut toketku sambil mencium wajahku. Aku senang dengan perlakuannya terhadapku.

"Yang, kamu luar biasa, vaginamu peret dan nikmat sekali, mudahan saja pejuku bisa membuat kamu hamil" pujinya sambil membelai dadaku.
"Bapak juga hebat. Bisa membuat Vina nyampe beberapa kali, dan baru kali ini Vina bisa nyampe dan merasakan senjata raksasa. Hihi.."
"Oo gitu ya yang, mungkin karena kamu selama ini gak pernah nyampe yang juga membuat kamu susah hamil. Kalo perempuan nyampe ketika dientot biasanya membantu supaya cepat hamil. Jadi kamu suka dengan senjataku?" godanya sambil menggerakkan senjatanya dan membelai belai wajahku.
"Ya pak, senjata Bapak nikmat, besar, panjang dan keras banget" jawabku jujur.

Dia memang sangat pandai memperlakukan wanita. Tidak heran banyak cewek2 yang jatuh kepelukannya dan mau dientot. Dia tidak langsung mencabut senjatanya, tapi malah mengajak mengobrol sembari senjatanya makin mengecil. Dan tak henti-hentinya dia menciumku, membelai rambutku dan paling suka membelai toketku. Aku merasakan pejunya yang bercampur dengan cairan vaginaku mengalir keluar. Setelah cukup mengobrol dan saling membelai, pelan-pelan senjata yang telah menghantarkan aku ke awang awang itu dicabut sambil dia menciumku lembut sekali. Benar benar aku terbuai dengan perlakuannya. Dia kemudian memutar lagu classic sehingga tertidurlah aku dalam pelukannya, merasa nyaman dan benar-benar aku terpuaskan dan merasakan apa yang selama ini hanya kubayangkan saja.
Menjelang siang, aku bangun masih dalam pelukannya. Katanya aku tidur nyenyak sekali, sambil membelai rambutku. Kurang lebih setengah jam kami berbaring berdampingan. Ia lalu mengajakku mandi. Dibimbingnya aku ke kamar mandi, saat berjalan rasanya masih ada yang mengganjal vaginaku dan ternyata masih ada peju yang mengalir di pahaku, mungkin saking banyaknya dia mengecretkan pejunya di dalam vaginaku. Dalam bathtub yang berisi air hangat, aku duduk di atas pahanya. Dia mengusap-usap menyabuni punggungku, dan akupun menyabuni punggungnya. Dia memelukku sangat erat hingga dadanya menekan toketku. Sesekali aku menggeliatkan badanku sehingga pentilku bergesekan dengan dadanya yang berbulu dan dipenuhi busa sabun. Pentilku semakin mengeras. Pangkal pahaku yang terendam air hangat tersenggol2 senjatanya. Hal itu menyebabkan napsuku mulai berkobar kembali. Aku di tariknya sehingga menempel lebih erat ke tubuhnya. Dia menyabuni punggungku. Sambil mengusap-usapkan busa sabun, tangannya terus menyusur hingga tenggelam ke dalam air. Dia mengusap-usap pantatku dan diremasnya. senjatanya pun mulai ngaceng ketika menyentuh vaginaku. Terasa bibir luar vaginaku bergesekan dengan senjatanya. Dengan usapan lembut, tapak tangannya terus menyusuri pantatku. Dia mengusap beberapa kali hingga ujung jarinya menyentuh lipatan daging antara lubang pantat dan vaginaku.

"Bapak nakal!" desahku sambil menggeliat mengangkat pinggulku.

Walau tengkukku basah, aku merasa bulu roma di tengkukku meremang akibat nikmat dan geli yang mengalir dari vaginaku. Aku menggeliatkan pinggulku. Ia mengecup leherku berulang kali sambil menyentuh bagian bawah bibir vaginaku. Tak lama kemudian, tangannya semakin jauh menyusur hingga akhirnya kurasakan lipatan bibir luar vaginaku diusap-usap. Dia berulang kali mengecup leherku. Sesekali lidahnya menjilat, sesekali menggigit dengan gemas. "Aarrgghh.. Sstt.. Sstt.." rintihku berulang kali. Lalu aku bangkit dari pangkuannya. Aku tak ingin nyampe hanya karena jari yang terasa kesat di vaginaku. Tapi ketika berdiri, kedua lututku terasa goyah. Dengan cepat dia pun bangkit berdiri dan segera membalikkan tubuhku. Dia tak ingin aku terjatuh. Dia menyangga punggungku dengan dadanya. Lalu diusapkannya kembali cairan sabun ke perutku. Dia menggerakkan tangannya keatas, meremas dengan lembut kedua toketku dan pentil ku dijepit2 dengan jempol dan telunjuknya. Pentil kiri dan kanan diremas bersamaan. Lalu dia mengusap semakin ke atas dan berhenti di leherku. "Pak, lama amat menyabuninya" rintihku sambil menggeliatkan pinggulku. Aku merasakan senjatanya semakin keras dan besar. Hal itu dapat kurasakan karena senjatanya makin dalam terselip di pantatku. Tangan kiriku segera meluncur ke bawah, lalu meremas biji pelernya dengan gemas. Dia menggerakkan telapak kanannya ke arah pangkal pahaku. Sesaat dia mengusap usap jembut lebatku, lalu mengusap vaginaku berulang kali. Jari tengahnya terselip di antara kedua bibir luar vaginaku. Dia mengusap berulang kali. Itilku pun menjadi sasaran usapannya. "Aarrgghh..!" rintihku ketika merasakan senjatanya makin kuat menekan pantatku. Aku merasa lendir membanjiri vaginaku. Aku jongkok agar vaginaku terendam ke dalam air. Kubersihkan celah diantara bibir vaginaku dengan mengusapkan 2 jariku.

Ketika menengadah kulihat senjatanya telah berada persis didepanku. senjatanya telah ngaceng berat. "Pak, kuat banget sih bapak, baru aja ngecret di vagina Vina sekarang sudah ngaceng lagi", kataku sambil meremas senjatanya, lalu kuarahkan ke mulutku. Kukecup ujung kepala senjatanya. Tubuhnya bergetar menahan nikmat ketika aku menjilati kepala senjatanya, hal ini belum pernah kulakukan terhadap suamiku. Dia meraih bahuku karena tak sanggup lagi menahan napsunya. Setelah berdiri, kaki kiriku diangkat dan letakkan di pinggir bath tub. Aku dibuatnya menungging sambil memegang dinding di depanku dan dia menyelipkan kepala senjatanya ke celah di antara bibir vaginaku. "Argh, aarrgghh..,!" rintihku. Dia menarik senjatanya perlahan-lahan, kemudian mendorongnya kembali perlahan-lahan pula. Bibir luar vaginaku ikut terdorong bersama senjatanya. Perlahan-lahan menarik kembali senjatanya sambil berkata "Enak yang?" ""Enaak banget pak", jawabku!" Dia menenjotkan senjatanya dengan cepat sambil meremas bongkah pantat ku dan tangan satunya meremas toketku. "Aarrgghh..!" rintihku ketika kurasakan senjatanya kembali menghunjam vaginaku. Aku terpaksa berjinjit karena senjata itu terasa seolah membelah vaginaku karena besarnya. Terasa vaginaku sesek kemasukan senjata besar dan panjang itu. Kedua tangannya dengan erat mememegang pinggulku dan dia mengenjotkan senjatanya keluar masuk dengan cepat dan keras. Terdengar 'cepak-cepak' setiap kali pangkal pahanya berbenturan dengan pantatku. "Aarrgghh.., aarrgghh..!Pak.., Vina nyampe..!" Aku lemas ketika nyampe lagi untuk kesekian kalinya.Rupanya dia juga tidak dapat menahan pejunya lebih lama lagi. "Aarrgghh.., Yang", kata nya sambil menghunjamkan senjatanya sedalam-dalamnya. "Pak.., sstt, sstt.." kataku karena berulangkali ketika merasa tembakan pejunya divaginaku. "Aarrgghh.., Yang, enaknya!" bisiknya ditelingaku. "Pak.., sstt.., sstt..! Nikmat sekali ya dientot Bapak", jawabku karena nikmatnya nyampe. Dia masih mencengkeram pantatku sementara senjatanya masih nancep divaginaku. Beberapa saat kami diam di tempat dengan senjatanya yang masih menancap di vaginaku. Kemudian Dia membimbingku ke shower, menyalakan air hangat dan kami berpelukan mesra dibawah kucuran air hangat. Akhirnya terasa juga perut lapar yang sudah minta diisi.

Setelah selesai dia keluar duluan, sedang aku masih menikmati shower. Selesai dengan rambut yang masih basah dan masih bertelanjang bulat, aku keluar dari kamar mandi. Ternyata Dia sudah menyiapkan makan siang berupa sandwich dan kentang goreng yang dibelinya tadi pagi lengkap dengan soft drink dingin di meja dekat sofa. Aku dipersilakan minum dan makan sambil mengobrol, makan siang dan diiringi lagu lembut. Setelah aku makan, dia lalu memintaku duduk di pangkuannya. Aku menurut saja. Terasa kecil sekali tubuhku. Sambil mengobrol, aku dimanja dengan belaiannya. Akhirnya setelah selesai makan, diraihnya daguku, dan diciumnya bibirku dengan hangatnya, aku mengimbangi ciumannya. Dan selanjutnya kurasakan tangannya mulai meremas-remas lembut toketku, kemudian tangannya menelusuri antara dada dan pahaku. Nikmat sekali rasanya, tapi aku sadar bahwa sesuatu yang aku duduki terasa mulai agak mengeras. Ohh, langsung aku bangkit. Aku bersimpuh di depannya dan ternyata senjatanya sudah mulai ngaceng, walau masih belum begitu mengeras. Kepala senjatanya sudah mulai sedikit mencuat keluar dari kulupnya lalu ku raih, ku belai dan kulupnya kututupkan lagi. Aku suka melihatnya an sebelum penuh ngacengnya langsung aku kulum senjatanya. Aku memainkan kulup senjata yang tebal dengan lidahku. Kutarik kulup ke ujung, membuat kepala senjatanya tertutup kulupnya dan segera kukulum, kumainkan kulupnya dengan lidahku dan kuselipkan lidahku ke dalam kulupnya sambil lidahku berputar masuk di antara kulup dan kepala senjatanya. Enak rasanya. Tapi hanya bisa sesaat, sebab dengan cepatnya senjatanya makin membengkak dan dia mulai menggeliat dan berdesis menahan kenikmatan permainan lidahku dan membuat mulutku semakin penuh. "Pak hebat ya sudah ngaceng lagi, kita lanjut yuk pak", kataku yang juga sudah terangsang. Rupanya dia makin tak tahan menerima rangsangan lidahku. Maka aku ditarik dan diajak ke tempat tidur. Dia menghidupkan lampu sorot di atas tempat tidur. Sebenarnya aku agak malu, tapi sudahlah, paling dia juga ingin melihat dengan jelas vaginaku. Dan ternyata benar, kakiku ditahannya sambil tersenyum, diteruskan dengan membuka kakiku dan dia langsung menelungkup di antara pahaku. "Aku suka melihat vagina kamu yang" ujarnya sambil membelai bulu jembutku yang lebat. "Mengapa?" "Sebab jembutmu lebat dan cewek yang jembutnya lebat napsunya besar, kalau dientot jadi binal seperti kamu, juga tebal bibirnya". Aku merasakan dia terus membelai jembutku dan bibir vaginaku. Kadang-kadang dicubit pelan, ditarik-tarik seperti mainan. Aku suka vaginaku dimainkan berlama-lama, aku terkadang melirik apa yang dilakukannya. Seterusnya dengan dua jarinya membuka bibir vaginaku, aku makin terangsang dan aku merasakan makin banyak keluar cairan dari vaginaku. Dia terus memainkan vaginaku seolah tak puas-puas memperhatikan vaginaku, kadang kadang disentuh sedikit itil-ku, membuat aku penasaran. Tak sadar pinggulku mulai menggeliat, menahan rasa penasaran. Maka saat aku mengangkat pinggulku, langsung disambut dengan bibirnya. Terasa dia menghisap lubang vaginaku yang sudah penuh cairan. Lidahnya ikut menari kesana kemari menjelajah seluruh lekuk vaginaku, dan saat dihisapnya itil-ku dengan ujung lidahnya, cepat sekali menggelitik ujung itil-ku, benar benar aku tersentak. Terkejut kenikmatan, membuat aku tak sadar berteriak.. "Aauuhh!!". Benar benar hebat dia merangsangku, dan aku sudah tak tahan lagi. "Ayo dong pak, Vina pingin dientot lagi" ujarku sambil menarik bantal.

Dia langsung menempatkan tubuhnya makin ke atas dan mengarahkan senjata gedenya ke arah vaginaku. Aku masih sempat melirik saat dia memegang senjatanya untuk diarahkan dan diselipkan di antara bibir vaginaku.

Kembali aku berdebar karena berharap. Dan saat kepala senjatanya telah menyentuh di antara bibir vaginaku, aku menahan nafas untuk menikmatinya. Dan dilepasnya dari pegangan saat kepala senjatanya mulai menyelinap di antara bibir vaginaku dan menyelusup lubang vaginaku hingga aku berdebar nikmat.

Pelan-pelan ditekannya dan dia mulai mencium bibirku lembut. Kali ini aku lebih dapat menikmatinya. Makin ke dalam.. Oh, nikmat sekali. Kurapatkan pahaku supaya senjatanya tidak terlalu masuk ke dalam.

Dia langsung menjepit kedua pahaku hingga terasa sekali senjatanya menekan dinding vaginaku. senjatanya semakin masuk. Belum semuanya masuk, Dia menarik kembali seolah akan dicabut hingga tak sadar pinggulku naik mencegahnya agar tidak lepas.

Beberapa kali dilakukannya sampai akhirnya aku penasaran dan berteriak-teriak sendiri. Setelah dia puas menggodaku, tiba tiba dengan hentakan agak keras, dipercepat gerakan mengenjotnya hingga aku kewalahan. Dan dengan hentakan keras serta digoyang goyangkan, tangan satunya meremas toketku, bibirnya dahsyat menciumi leherku.

Akhirnya aku menggelepar, sampai lah aku ke puncak. Tak tahan aku berteriak, terus Dia menyerangku dengan dahsyatnya, rasanya tak habis-habisnya aku melewati puncak kenikmatan. Lama sekali. Tak kuat aku meneruskannya. Aku memohon, tak kuat menerima rangsangan lagi, benar benar terkuras tenagaku dengan orgasme berkepanjangan.

Akhirnya dia pelan-pelan mengakhiri serangan dahsyatnya. Aku terkulai lemas sekali, keringatku bercucuran. Hampir pingsan aku menerima kenikmatan yang berkepanjangan. Benar-benar aku tidak menyesal main dengan dia.

Pak Imran benar-benar hebat dan mahir dalam bermain, dia dapat mengolah tubuhku menuju kenikmatan yang tiada tara, atau memang aku yang kurang pengalaman dalam main di tempat tidur, sebab memang suamiku belum pernah memberikan kenikmatan seperti sekarang ini ketika memaini aku.

Lamunanku lepas saat pahanya mulai kembali menjepit kedua pahaku dan dirapatkan, tubuhnya menindihku serta leherku kembali dicumbu. Kupeluk tubuhnya yang besar dan tangannya kembali meremas toketku. Pelan-pelan mulai dienjotkan senjatanya. Tangannya terus menelusuri permukaan tubuhku.

Dadanya yang berbulu merangsang dadaku setiap kali bergeseran mengenai pentilku. Dan senjatanya dipompakan dengan sepenuh perasaan, lembut sekali, bibirnya menjelajah leher dan bibirku. Ohh, luar biasa. Lama kelamaan tubuhku yang semula lemas, mulai terbakar lagi.

Aku berusaha menggeliat, tapi tubuhku dipeluk cukup kuat, hanya tanganku yang mulai menggapai apa saja yang kudapat. Dia makin meningkatkan cumbuannya dan memompakan senjatanya makin cepat. Gesekan di dinding vaginaku makin terasa. Dan kenikmatan makin memuncak.

Maka kali ini leherku digigitnya agak kuat dan dimasukkan seluruh batang senjatanya serta digoyang-goyang untuk meningkatkan rangsangan di itil-ku. Maka jebol lah bendungan, aku mencapai puncak kembali. Kali ini terasa lain, tidak liar seperti tadi. Puncak kenikmatan ini terasa nyaman dan romantis sekali, tapi tiba tiba dia dengan cepat mengenjot lagi.

Kembali aku berteriak sekuatku menikmati ledakan orgasme yang lebih kuat, aku meronta sekenaku. Gila, batinku, dia benar-benar membuat aku kewalahan. Kugigit pundaknya saat aku dihujani dengan kenikmatan yang bertingkat-tingkat. Sesaat dia menurunkan gerakannya, tapi saat itu dibaliknya tubuhku hingga aku di atas tubuhnya. Aku terkulai di atas tubuhnya.

Dengan sisa tenagaku aku keluarkan senjatanya dari vaginaku. Kuraih batang senjatanya. Tanpa pikir panjang, senjata yang masih berlumuran cairan vaginaku sendiri kukulum dan kukocok. Dan pinggulku diraihnya hingga akhirnya aku telungkup di atasnya lagi dengan posisi terbalik.

Kembali vaginaku yang berlumuran cairan jadi mainannya, aku makin bersemangat mengulum dan menghisap sebagian senjatanya. Dipeluknya pinggulku hingga sekali lagi aku orgasme. Dihisapnya itil-ku sambil ujung lidahnya menari cepat sekali. Tubuhku mengejang dan kujepit kepalanya dengan kedua pahaku dan kurapatkan pinggulku agar bibir vaginaku merapat ke bibirnya.

Ingin aku berteriak tapi tak bisa karena mulutku penuh, dan tanpa sadar aku menggigit agak kuat senjatanya dan kucengkeram kuat dengan tanganku saat aku masih menikmati orgasme.
"Yang, aku mau ngecret yang, di dalam vaginamu ya", katanya sambil menelentangkan aku.
"Ya,pak", jawabku.

Dia menaiki aku dan dengan satu hentakan keras, senjatanya yang besar sudah kembali menyesaki vaginaku. Dia langsung mengenjot senjatanya keluar masuk dengan cepat dan keras. Dalam beberapa enjotan saja tubuhnyapun mengejang.

Pantat kuhentakkan ke atas dengan kuat sehingga senjatanya nancap semuanya ke dalam vaginaku dan akhirnya crot .. crot ..crot, pejunya muncrat dalam beberapa kali semburan kuat.

Herannya, ngecretnya yang ketiga masih saja pejunya keluar banyak, memang luar biasa stamina Pak Imran. Dia menelungkup diatasku sambil memelukku erat2.
"Yang, nikmat sekali main sama kamu, vagina kamu kuat sekali cengkeramannya ke senjataku", bisiknya di telingaku. "Ya pak, Vina juga nikmat sekali, tentu saja cengkeraman vagina Vina terasa kuat karena senjata bapak kan gede banget. Rasanya sesek deh vagina Vina kalau bapak neken senjatanya masuk semua. Kalau ada kesempatan, Vina dientot lagi ya pak", jawabku. "Ya sayang", lalu bibirku diciumnya dengan mesra.

-TAMAT-

Tidak ada komentar: