Sabtu, 20 April 2013

Aku Jebol Perawan Pengasuh Anakku yang masih ABG

Namaku Selamet, usia 57 tahun, tinggal di Kota Jakarta, sudah berkeluarga, memiliki istri cantik dan dua anak manis dan pintar. Sudah puluhan tahun kami menikah, dan selama ini rumah tangga kami bahagia.

Semua bermula dari Indira pengasuh anakku berniat berhenti karena hendak menikah dikampungnya. Kami semua sangat kehilangan dia, maklum karena kami sudah terlanjur menganggapnya keluarga sendiri, dan anakkupun cocok dengannya.

"Kamu boleh pulang In, cuman bisa gak kamu kasih kami waktu dua minggu buat nyari yang bisa momong anak-anakku??" tanyaku.
"Nggak apa apa Pak, sebulan juga boleh kok. Pernikahan kami dua bulan lagi kok, nanti saya pinjam telepon buat telpon ke kampung ya Pak."
"Ok In, ma kasih ya.."

Memang sulit juga mencari pengasuh anak yang bener bener bisa dipercaya, dan mau menyayangi anakku sepenuh hati. Sudah tiga minggu yang sudah diberikan Indira buat mencari pengganti tidak ada yang cocok.

Aku dan istriku sudah mulai gelisah, dan sejak itu kami sering bertengkar karena istriku menolak untuk berhenti dari kerjanya. Waduh kenapa ini bisa terjadi dikeluarga kami ..? Renungku suatu malam hari.

Di suatu malam, ketika aku sendirian di teras lantai dua rumah, saat anak-anakku tertidur, dan istriku belum pulang dari kantor karena ada meeting dengan klien dan masalah tender perusahaan yang penting, aku dikejutkan tepukan di bahuku.

"Mati aku.... walah kamu In, ngagetin aja "
"Iya Pak, saya ngelihat Bapak melamun sendiri disini , daripada Bapak ntar kemasukan setan ya aku temenin aja.." katanya sambil tersenyum manis.

Aku tersenyum kecut, dan tiba tiba aku jadi memandang Indira dengan tajam. Tidak nyangka, Indira cantik juga, mungkin selama ini kami hanya bertegur sapa sebentar, sebba aku harus bergegas berangkat kantor saat dia sibuk mengurusi anak-anak ku yang masih kecil.

Badan Indira yang kecil, kulit coklat sawo matang dan halus, alisnya tebal, tapi sayang buah dadanya masih kecil. Waktu itu Indira mengenakan kaos putih longgar, celana pendek biru, sehingga pahanya terpampang Indira mempesona.

"Usiamu berapa In..? " tanyaku.
" 16 tahun Pak, kalau di kampung usia 16 tahun belum menikah dikatain perawan tua, atau tidak laku Pak..?" jelasnya.
"Ooooo... trus calon suamimu kerja apa ..? "tanyaku lagi.
"Ndak tahu pak ..saya aja ngelihat mukanya aja belum pernah. Kadang saya takut menikah, wong orang nya saja saya belum tahu. Tapi kata emak, dia anak kepala dusun sebelah.."

"Lha kok begitu..?"
"Gak tahu deh Pak. mungkin sudah nasib saya jadi perempuan kampung, pasrah ma kehendak orang tua, padahal sekarang jamannya gelobalisasi kan Pak..? protesnya.

Aku hanya tertawa mendengar ucapannya yg polos.
"Ahhh aku mau istirahat dulu In, aku gak enak badan, masuk angin kali ini, badanku rentek semua...."
"Bapak mau Indira pijat? Indira kasihan sama Bapak, akhir akhir ini banyak masalah semenjak Indira mau berhenti..? Maafin Indira ya Pak..." katanya.
"Kamu bisa mijit ...? " tanyaku, " Bisa sedikit sedikit, dulu waktu dikampung saya sering diminta Bapak mijit kalo Bapak pulang dari sawah.."
"Ya sudah , ayo di kamar tamu aja kita mijitnya, pake minyak ya, kamu ambil di kamar, aku tunggu di kamar tamu "
"Ya Pak.." Indira .
"Ayo pak dimulai " kata Indira. " Walah kaget aku, kamu kok senengnya ngagetin orang mulu..?’ jawabku sambil nyubit paha si Indira pelan.
"Ah Bapak aja yang suka ngelamun..ntar kemasukan setan lho Pak..."
"Enak juga Ndri pijitan kamu ", tangan mungilnya mulai mijit punggung dengan minyak.
"Pak celananya dicopot aja, ntar kena minyak kotor."
"Ya sudah terserah kamu saja, kamu yang buka ya," jawabku sekenanya.

Tidak lama kemudian.

"Punggungnya udahan Pak, sekarang Bapak berbalik deh, " katanya. Walah kontan aja aku agak kikuk, karena Indira akan melihat rudal aku. Aku nurut aja, dan setelah aku berbalik Indira tertegun ngelihat rudalku yang cukup gedhe untuk ukuran orang Indonesia.

"Waduh punya Bapak gede sekali, pantas aja ibu sayang. Sama Bapak, maaf Pak, Indira gak sengaja ngintip Bapak sama ibu waktu lagi main, seru bener, kayaknya ibu nikmatin banget. Enak gak sih pak kalo main begitu ...? tanyanya polos.

"Tentu enak sekali In, kalo gak mana bisa ibu nikmatin bener.... kamu mau nyoba...?" Jawabku sekenanya.

Ku lihat Indira hanya tertunduk malu, mukanya merah, dan aku raih tangannya dan kupegangkan ke rudalku. Dia diam aja menggenggam rudalku.
"Ya sudah kamukan pernah ngintip aku main sama ibu, coba kamu praktekkin ke aku, gak usah malu malu, kamar sudah aku kunci kok,"

Tanganku menyusup ke balik kaos, dan meremas lembut payudaranya yang kecil.

"Uhhhh... Bapak." dan aku melepaskan kaos longgarnya, sekali sentak, lepaslah tali pengait bra itu, terpampang badan mungil dengan payudara gadis lugu pengasuh anakku itu, kecil dan puting kemerahan.

Aku dekap tubuh kecil itu membungkuk, dan dadanya pas dimuka, kukulum puting payudara kiri, kanan, kiri lagi. " Uhhh Pak... geli Pak.... " Ku rasakan tangan Indira yang megangin kontolku mulai bergerak mengocok ngocok kontolku hingga berdiri tegak.

Kubaringkan Indira di tempat tidur, kukulum bibirnya yang Indira, lidahku mengorek semua rongga mulutnya. Sambil tanganku mulai membuka celana pendek Indira.

Kini Indira hanya mengenakan celana dalamnya yang kecil, dan perlahan aku buka celana dalam yang agak basah, hehehehe udah terangsang juga dia pikirku.

Kubelai belai payudara, terus kebawah keperutnya yang mulus, dan berakhir di vagina Indira yang hanya ditumbuhi bulu yang masih jarang. Nafsuku mulai naik, dan aku kehilangan akal sehatku. Kurenggangkan kedua paha Indira dan aku jilatin vaginanya, kesedot klitorisnya, kukucek kucek vagina dengan lidahku.

Indira menggelinjang kegelian, sambil mengerang ngerang, gak terasa keluar cairan mani dari vaginanya, aku terusin aktivitasku menjilati seluruh vagina Indira.
Setelah puas, aku tarik Indira untuk berposisi 69, aku dibawah dan Indira diatas,

"Isep kontolku In. Kamu sudah pernah belum? Kamukan sudah ngintip aku sama ibu main...?".

Gak ada jawaban dari Indira, cuman rasa nikmat diujung kepala kontolku yang sudah sangat mengeras mulai diisep Indira. Akupun lanjutin dengan menjilati lagi vagina perawan desa yang cantik ini.

Aku baringkan Indira terlentang, dan ku regangkan pahanya sehingga celah vaginanya nampak licin mengkilat, karena air liurku, bercampur dengan cairan vagina dia. Ku arahkan kepala kontolku ke liang vagina dia yang masih sempit. Kugesek gesekan perlahan.

"Uuhhhh....ahhhhh.... Geli..Pak.... Enak Pak.... Ayo masukin kontolmya Pak, aku sudah gak tahan ingin ngerasain kalo ditusuk kontol yang panjang seperti ibu.." pintanya ngacau.

Kumasukan kontolku pelan-pelan menembus celah vagina Indira, yang sudah licin sekali, kutekan sedikit..." auhhhhhh...sakit Pak.. pelan pelan Pak. Kok sakit sih Pak.. tadi enak... kok sekarang sakit...?’. protes Indira
"Gak apa apa Ndri sakit sedkit, tapi itu hanya pertama dan sebentar aja kok..selanjutnya enak lagi, malah lebih enak dari yang tadi , tahan ya... " Jawabku.

Perlahan kumasukin lagi, sampai pada akhirnya hampir ¾ kontolku amblas ke lobang vagina Indira, dan tidak bisa dimasukin lagi ( menthok kali ) .

"Auh.... Uhhhh sakit Pak.... Sakit!!," jerit Indira perlahan. Aku diamkan saja sambil perlahan kugenjot kontolku.

Sampai pada akhirnya jeritan sakit berganti dengan erangan kenikmatan yang luar biasa... mata Indira merem melek, dan akupun tanpa ragu melanjutkan pompaan kontolku ke lobang vaginanya.
" ahhhh ahhhhh ahhhh Pak... Indira mau pipis Pak... Indira mau pipis.......?" dan tubuh Indira meregang kuat dan oragsme lagi untuk sekian kalinya. Kuteruskan genjotanku dengan gerak statis dan konstan.

Sampai pada akhirnya aku rasakan akan orgasme.... cuman aku masih berpikir.. gak kubiarkan air maniku masuk ke vagina Indira. Takut kalau Indira hamil. Akhirnya jebol sudah pertahananku, ku cabut kontolku dan aku muncratkan air maniku diatas perut Indira.

Kami sama sama terkulai lemas, dan Indira nampaknnya kelelahan. Sementara aku berpakaian, kulihat ternyata Indira tertidur dengan tubuh yang masih telanjang bulat. Aku kenakan semua pakaian dia, dan aku gendong dia ke kamarnya. Kubaringkan Indira ke tempat tidurnya, tiba tiba Indira memelukku.

"Pak, Indira sayang ama Bapak. Indira gak mau pulang... Indira gak mau dikawinkan sama laki laki lain selain sama Bapak. Indira serahin kesucian Indira sama Bapak, sekarang Indira punya Bapak. Apapun status Indira akan Indira terima, asalkan Indira tetep bisa sama Bapak...".

Aku diam saja dan tersenyum, lalu kucium kening Indira. Aku segera berlalu dari kamar Indira yang kini sudah tertidur kecapaian. "Selamat tidur Indira sayang, aku juga menyayangimu," kataku dalam hati sambil menutup pintu kamarnya dan membiarkan dia tidur telanjang.

Sejak malam itu, aku dan Indira selalu mengulang perbuatan serupa setiap ada kesempatan. Dia semakin betah bersama kami, dan memutuskan untuk tidak akan pernah pulang ke kampungnya. Indira mengasuh anak-anakku dengan kasih sayang ibu. Mungkin secara badannya sudah menjadi istri keduaku.

Hampir setiap hari aku mengentot memek Indira. Dia bahkan berkeinginan memiliki anak dari hubungan kami ini, tapi aku melarangnya karena takut ketahuan istriku. Agar aman, dia aku suruh mengikuti program KB sehingga aku bebas membuang spermaku dalam memeknya yang legit.

Sejak sering aku kentot. Tetek Indira semakin besar dan mantap. Aku paling suka menetek teteknya. Pentilnya juga semakin menjulang karena sering aku gigit. Sementara, memeknya walau sering aku kentot tetap masih sempit. Oh Indira, aku ingin tiap hari memekmu sayang.

- TAMAT -

Tidak ada komentar: