Sabtu, 20 April 2013

Michio dan Bapak Mertuanya yang Gagah

Lahirnya anakku berawal saat ibu suamiku atau ibu mertuaku sakit dan harus dirawat lama di rumah sakit. Hiroshi suamiku, harus terbang ke luar kota untuk urusan bisnis yang amat penting.

Tadinya Hiroshi tak setuju saat istrinya Michio meminta Papanya bernama Mamoto yang telah berusia 55 tahun itu menginap di rumahnya untuk sementara untuk menemaninya pergi ke rumah sakit, mengatakan padanya bagaimana hal itu akan mengganggu pikirannya karena dia adalah titik penting dalam negosiasi kali ini.

Dan pikiran yang sangat mengganggunya itu adalah karena dia curiga sudah sejak dulu Papanya ada 'perasaan lain' pada Michio istrinya. Ia merasa sangat marah pada Hiroshi, karena sangat egois dan dengan perasaan cemburunya itu.

Bukan hanya kali ini Hiroshi meragukan kesetiaannya terhadap perkawinan mereka dan kali ini dia merasa telah berada dalam puncaknya. dan dia tahu dia akan membuat Hiroshi membayar sikapnya yang menjengkelkan itu. Ketika itu terjadi, Papa tiba pada hari sebelum Hiroshi terbang ke luar kota untuk bertemu kliennya.

Dia tidak membiarkan kedatangan Papa mengganggu jadwalnya, meskipun dia akan membiarkan Papanya bersama Michio tanpa dia dapat mengawasinya selama beberapa hari kedepan. Ini adalah segala yang Michio harapkan dan lebih, ketika dia menyambut Papa dengan secangkir teh yang menyenangkan. Dia bisa katakan dari perhatian Papa yang ditunjukkannya pada kunjungan itu.

Mata Papa mertuanya berbinar saat dia tahu Hiroshi akan pergi besok pagi-pagi benar, dan dia mendapatkan Michio sendirian dalam beberapa hari bersamanya. Michio sangat menarik, yang sungguhpun dia tahu sudah tidak punya kesempatan terhadap Michio, dia masih berpegang pada harapannya, dan berbuat yang terbaik untuk mengesankannya, dan menggodanya.

Michio tersanjung oleh perhatiannya, dan menjawab dengan mengundang bahwa mereka berdua dapat mulai untuk membiarkan harapan dan pemikiran yang telah dia kubur sebelumnya untuk mulai kembali ke garis depan itu.

Sudah terlambat untuk jam kunjungan rumah sakit sore itu, sehingga mereka akan kembali lagi esok paginya sekitar jam sebelas. Michio menuangkan beberapa gelas wine untuk mereka berdua sekembalinya dari rumah sakit petang itu.

"Aku harus pergi dan mandi. Aku kira aku tidak punya waktu pagi nanti".
"Oh bisakah Papa membiarkan showernya tetap hidup? Aku juga mau mandi jika Papa tidak keberatan".

Michio mau tak mau nati akan menyentuh dirinya di dalam shower, bayangan tangan Papa pada tubuhnya terlalu menggoda dan rasa marah terhadap suaminya sangat sukar untuk dienyahkan dari pikirannya. Dia belum terlalu sering mengenakan jubah mandi sutera itu sebelumnya, tetapi memutuskan untuk memakainya malam ini. Hasrat hatinya mendorongnya untuk melakukannya untuk Papa mertuanya, Hiroshi bisa protes padanya jika dia ingin.

Terlihat pas di pinggangnya dan dengan tali terikat, membuat dadanya tertekan sempurna. Itu nampak terlalu 'intim' saat dia menunjukkan kamar mandi di lantai atas. Michio meninggalkannya, dan kemudian kembali semenit kemudian.
"Aku menemukan salah satu jubah mandi Hiroshi untuk Papa" dia berkata tanpa berpikir saat dia membukakan pintu untuknya.

Di dalam cahaya remang-remang, Michio dapat melihat pantatnya yang atletis. Mereka duduk bersama di atas sofa, melihat TV. Setelah dua gelas wine lagi, Michio tahu dia akan mendorong 'keinginan' manapun yang Papa ingin lakukan. Dia sedikit lebih tinggi dari Hiroshi, maka jubahnya hanya sampai setengah paha berototnya.

Mau tak mau Michio meliriknya sekilas dan ingin melihat lebih jauh lagi. Dengan cara yang sama, Papa sulit percaya akan keberuntungannya untuk duduk disamping Michio yang berpakaian sangat menggoda dan benaknya mulai membayangkan lebih jauh lagi.

Papa mertuanya akan dikejutkan jika dia kemudian mengetahui hal sederhana apa yang akan membuat hasratnya semakin mengakar. Besok adalah hari ulang tahun Michio, dan Hiroshi lupa seperti biasanya, alasannya bahwa tidak ada waktu untuk lakukan apapun ketika dia sedang pergi, dan dia telah berjanji pada Michio kalau dia akan berusaha untuk mengajaknya untuk sebuah dinner yang manis ketika pulang.

Kenyataannya, Papa mertuanya tidak hanya tidak melupakan, tetapi membawakannya sebuah hadiah yang menyenangkan seperti itu, menjadikan hatinya lebih hangat lagi. Dia seperti seorang anak perempuan kecil yang sedang membuka kotak, dan menarik sebuah kalung emas.

"Oh Papa, Papa seharusnya tidak perlu, ini indah sekali".
"Tentu saja aku harus, tapi aku takut itu tidak bisa membuat kamu lebih cantik cintaku. Sini biarku ku pasangkan untukmu".
"Ohh Papa!" Michio merasa ada semacam perasaan cinta untuknya saat dia berada di belakangnya.

Dia harus lebih dulu mengendurkan jubah untuk membiarkan dia memasang kaitan di belakang, dan ketika dia berbalik ke arahnya, Papa tidak bisa menghindari tetapi matanya mengarah pada belahan dada Michio yang menyenangkan.

"Oh, apa rantainya kepanjangan?" ia berharap, menatap kalung yang melingkar diatas dada lezatnya.
"Tidak pa. ini menyenangkan" dia tersenyum, menangkap dia memandang ke sana lebih banyak dari yang seharusnya diperlukan.
"Oh terima kasih banyak".

Michio menciumnya dengan agak antusias dibanding yang perlu dilakukannya dan putus tiba-tiba dengan sebuah gairah dipermalukan. Kemudian Papa menangkap momen itu, menarik punggungnya seolah-olah meredakan kebingungannya dan menciumnya dengan perasaan jauh lebih dibandingkan perasaan seorang mertua.

"Selamat ulang tahun sayang" katanya, saat senyuman mereka berubah jadi lebih serius.
"Oh terimakasih Papa" Michio menciumnya kembali, menyadari ini adalah titik yang tak bisa kembali lagi, dan kali ini membiarkan lidahnya 'bermalas-malasan' terhadapnya.

Dia baru saja mempunyai waktu untuk merapatkan jubahnya kembali saat Hiroshi menelponnya untuk ucapkan selamat malam dan sedikit investigasi. Hiroshi ingin bicara pada Papanya dan memintanya agar menyimpan cintanya untuk ibunya yang sudah meninggal.

Mata Michio tertuju pada Papa saat dia menenteramkan hati putranya di telpon, mengetahui dia akan membiarkan pria ini melakukan apapun.
"Aku sangat suka ini pa." Michio tersenyum ketika telpon dari Hiroshi berakhir.

Dia menggunakan alasan memperhatikan kalungnya untuk membuka jubahnya lagi, kali ini sedikit lebih lebar.
"Apa kamu pikir ini cocok untukku?"
"Mmm oh ya." dia tersenyum, matanya menelusuri bagian atas gundukan lezatnya, dan untuk pertama kalinya membiarkan gairahnya tumbuh.

Menantu cantiknya itu secara terbuka mem-presentasikan payudaranya untuk kekasihnya, membiarkan dia menatapnya ketika dia membusungkan dadanya jauh lebih lama dibandingkan hanya sekedar untuk memandangi kalung itu. Dia mengangkat tangannya dan memegang mainan kalung itu, mengelus diantara dadanya, menatap tajam ke dalam matanya.

"Kamu terlihat luar biasa dengan memakainya" dia tersenyum.

Nafas Michio yang memburu adalah nyata ketika tangan kekasihnya telah menyentuhnya di sana, dan pandangannya yang memikat saat kekasihnya menyelami matanya memberi dia tiap-tiap dorongan. Mereka berdua tahu apa yang akan terjadi kemudian, sudah terlalu jauh untuk menghentikannya sekarang.

Dia akan bercinta dengan Papa mertuanya. Mereka berdua juga menyadari, bahwa tidak perlu terburu-buru kali ini, mereka harus lebih dulu membiarkan berjalan dengan sendirinya, dan walaupun kemudian itu akan menjadi resikonya nanti. Michio bisa melihatnya sekarang kalau 'pertunjukannya' yang nakal telah memberi efek pada gairah kekasihnya.

Gundukan yang terlihat nyata di dalam jubahnya menjadikan jantungnya berdebar kencang, dan kekasihnya menjadi bangga ketika melihatnya menatap itu, seperti halnya dia yang memandangi payudaranya.
"Kamu sudah cukup merayuku. Kamu nakal Michio!"

Menantunya tersenyum dengan kata-kata terakhir Papa mertuanya, memberi dia pelukan yang lain. Pelukan berubah menjadi sebuah ciuman, dan kali ini mereka berdua membiarkan perasaan mereka menunjukkannya, lidah mereka saling melilit dan memukul-mukul satu sama lain.

Michio merasa tali jubahnya mengendur, dan Papa segera merasakan hal yang sama.
"Oh Papa. Kita tidak boleh seperti ini," dia menjauh dari kekasihnya sebentar, tidak mampu untuk hentikan dirinya dari pemandangan jubahnya yang terbuka cukup lebar untuk melihat ujung penisnya yang tak terukur membesar diantara pahanya yang kuat.
"Ohh Michio . aku tahu, tapi kita harus melakukannya, aku nafsu melihatmu," dia menarik nafas panjang, memandang pada perutnya untuk melihat kewanitaannya yang sempurna, telah merekah dan mengeluarkan cairannya.

Detak jantung Michio bahkan jadi lebih cepat saat dia lihat tonjolannya menghentak lebih tinggi ke udara saat kekasihnya memandang bagian paling intimnya. "Oh Papa sayang." desahnya pelan saat kekasihnya memeluknya, jubahnya tersingkap dan dia terpana akan tonjolannya yang sangat besar di bagian bawahnya.

Itu sepertinya memuat dua prem ranum yang membengkak dengan benihnya yang berlimpah. Dia tidak bisa hentikan dirinya sekarang. dia membayangkan dirinya berenang di dalamnya.
"Michio cintaku.betapa lamanya aku menginginkanmu." katanya saat ia menggapai paha Michio.
"Oh Papa. seandainya aku tahu. setiap kali Hiroshi bercinta denganku aku membayangkan itu adalah kamu yang di dalamku. Papa termanis. apakah aku terlalu jahat untuk katakan hal seperti itu?"
"Tidak kekasihku." jawabnya, mencium lehernya dan turun pada dadanya, dan membuka jubahnya lebih lebar lagi untuk agar tangannya dapat memegang payudaranya.

Mereka berdua ingin memanfaatkan momen itu. "Apakah kamu ingin aku di sana sekarang?"
"Oh Papa. ya. Papa" erangnya kemudian mengangkat jubahnya dan tangannya meraih penisnya.
"Aku sangat menginginkannya"
"Oh Michio.. kekasihku, apakah ini yang kamu ingin?" dia mengerang, memegang jarinya di sekitar batang berdenyutnya yang sangat besar.

"Oh ya Papa. Penismu. aku ingin penis Papa di dalamku"
"Sayangku yang manis.apa kamu menginginkannya di sini?" kekasihnya melenguh, menjalankan jemarinya yang pintar sepanjang celah itu, menggodanya, membuat matanya memejam dengan nikmat.

Michio hampir merintih ketika dia menatap mata kekasihnya.
"Mmmm penis Papa di dalam vaginaku"
"Ahhh menantuku yang manis" Michio menjilat jarinya dan menggosoknya secara lembut di atas ujung kejantanannya yang terbakar, membuat kekasihnya merasa ngeri dengan kegembiraan. "Kamu ingin jadi nakal kan Papa. Kamu ingin orgasme di dalamku" Michio menggoda, meninggalkan pembesaran tonjolan yang bagus, dan mengalihkan perhatiannya kepada buah zakarnya yang membengkak.

Sekarang adalah giliran kekasihnya untuk menutup matanya dengan gairah yang mengagumkan. "Kamu ingin meletakkan spermamu di dalam istri putramu. kamu ingin melakukan itu di dalam vagina gadis kecilmu" Dia hampir menembakkannya bahkan waktu Michio menggodanya, tetapi entah bagaimana menahan ombak klimaksnya, dan mengembalikannya pada Michio, keduanya sekarang saling memegang pinggang satu sama lainnya.

"Dan kamu ingin benih Papa di dalam kandunganmu kan. dalam kandunganmu yang dahaga. membuat seorang bayi kecil di dalam kandungan suburmu" dia tidak bisa semakin dekat kepada tanda untuknya. Michio telah memimpikan kekasihnya memberinya seorang anak, Michio gemetar dan menggigit bibirnya saat jari tangan kekasihnya diselipkan di dalam saluran basahnya.

"Papa. oh ya. ya. tolong. aku sangat menginginkannya." Hiroshi belum pernah punya keinginan membicarakan tentang hal itu. Michio tidak benar-benar mengetahui apakah dia ingin seorang anak, sekalipun begitu pemikiran itu menjadi sebuah gairah yang luar biasa.

Bibirnya menemukannya lagi, dan tenggelam dalam gairahnya, lidah mereka melilit lagi dengan bebas tanpa kendali yang sedemikian manis. Michio membiarkan jubahnya terbuka seluruhnya sekarang, menekankan payudaranya secara lembut melawan dada berototnya, perasaan geli membuat cairannya lebih berlimpah.

Jantungnya terisi dengan kenikmatan dan antisipasi, pada pikiran bahwa dia menginginkan dirinya.bahwa seluruh gairah Michio akan terpenuhi dengan segera. "Oh gadis manisku yang jahat" lenguhnya saat bibir Michio menggodanya.
"Aku akan pergi sebentar" dia tersenyum dengan mengundang saat dia menoleh ke belakang dari pintu.
"Jangan pergi" Michio melangkah ke lantai atas, jubahnya berkibar di sekitarnya lagi saat dia memandangnya. Michio tidak perlu merasa cemas, suaminya sedang berada jauh di sana dengan segala egoisme kesibukannya, dan Michio mengenal bagaimana kebiasaanya.

Jantung Michio dilanda kegembiraan lebih ketika dia melepaskan jubahnya dan berjalan menuju dia. pada Papa mertuanya. telanjang dan siap untuk menyerahkan dirinya seluruhnya kepada kekasihnya. Ketika dia mendengar langkah kaki Michio pada tangga, dia lalu keluar dari jubahnya dan sekarang berlutut di atas permadani di depan perapian, menghadapinya ketika dia masuk, ereksinya semakin besar dalam posisi demikian.

Michio berlutut di depannya, tangannya memegang obyek hasratnya, yang berdenyut sekilas, lembut dan demikian panas dalam sentuhannya. Matanya terpejam dalam kenikmatan murni saat Michio berlutut dan mencium ujung merah delima itu, matanya terbuka meresponnya, dan mengirim beberapa tetesan cairan lezat kepada lidah penggemarnya. Kekasihnya mengelus payudaranya dan menggoda puting susunya yang gemuk itu.
"Aku sudah siap pa. malam ini seutuhnya milikmu"
"Michio sayang, kamu indah sekali." kekasihnya memujinya dan dia tersenyum dengan bangga.
"Oh Papa. kumohon. Aku sangat menginginkannya. Aku ingin benihmu di dalamku"
"Sepanjang malam cintaku." kekasihnya tersenyum, rebah bertumpu pada sikunya lalu menyelipkan tangannya diantara paha Michio.

"Kita berbagi tiap momen" Michio rebahan pada punggungnya, melebarkan lututnya membiarkan jari kekasihnya berada di dalam rendaman vulvanya.
"Ohh mmm Papa sayang." Michio melenguh saat jari kekasihnya merangsang tunas kesenangannya tanpa ampun.
"Mmm betapa aku sangat memuja perempuan kecilku." kekasihnya menggodanya ketika wajahnya menggeliat di puncak kesenangan.
"Ohh Papa. rasakan bagaimana basahnya aku untukmu"
"Apa anakku yang manis sudah basah untuk penis Papa? Mmmm penis Papa di dalam vagina panas gadis kecilnya.. penis besar Papa di dalam vagina gadisnya yang panas, vagina basah."
Kata-katanya diiringi dengan tindakan saat dia bergerak diantara pahanya, tongkatnya berdenyut dengan bernafsu saat dia mempersiapkan lututnya. "Setubuhi aku pa. masukkan penismu ke dalamku" "Sayang. Michio yang nakal. buka vaginamu untuk penis Papa" tangan mereka memandu, kejantanannya membelah masuk kewanitaannya. "Papa. sepenuhnya untukku kan?"

"Ya putriku manis. sperma yang penuh untuk kandunganmu. apa kamu akan membuat Papa melakukan itu di dalam tubuhmu?" "Ahh ya Papa. aku akan membuatmu memberikan semuanya ke dalam tubuhku. ahh ahh ahh" Michio mulai menggerakkan pinggangnya.takkan menghentikan dirinya saat dia membayangkan itu. Mata mereka saling bertemu dalam sebuah kesenangan yang sempurna, mereka bergerak dengan satu tujuan, yang ditetapkan oleh kata-katanya.

"Papa akan menebarkan semuanya ke dalam kandunganmu yang subur. sperma Papa akan membuat bayi di dalam kandunganmu Michio sayang" tangan kekasihnya mengayun pantatnya sekarang saat dia mulai menusuk lebih dalam, matanya menatap kekasihnya ketika dia menarik pantatnya yang berotot, mendorong lebih lanjut ke dalam tubuhnya. memberinya hadiah yang sangat berharga.

Penis besarnya menekan dalam dan panjang, buah zakarnya yang berat menampar pantatnya saat dia mendorong ke dalam kandungannya. Dia tidak bisa menolong, hanya melihatnya, setiap gerakan mereka yang mendatangkan nikmat. membayangkan waktunya akan segera datang. memancar dari kekasihnya. berenang di dalam dirinya. membuatnya mengandung anaknya.

Dia menggelinjang saat kekasihnya menyusu pada puting susunya yang diremas keras, tangan besarnya meremas payudaranya bersama-sama saat dia mengocoknya berulang-ulang. Dia berteriak, menaikkan lututnya setinggi yang dia bisa untuk memaksanya lebih dalam ke bagian terdalam vaginanya.

Kekasihnya menghentak lebih cepat, meremas pantatnya untuk membuat sebuah lingkaran yang ketat pada vaginanya. momen yang sempurna mendekat dengan cepat saat dia menatap mata kekasihnya yang juga dipeluk selimut puncak surgawi. Michio memperlambat gerakan kekasihnya, menenangkannya ketika waktunya datang. "Aku ingin menahanmu jauh di dalam tubuhku saat kamu keluar.saat kamu memompa benihmu ke dalam tubuhku"
"Oh sayang.ya manisku.tahan aku saat kukeluarkan spermaku ke dalam kandunganmu"

Dia merasa itu membesar di dalam cengkramannya, urat gemuk penisnya siap untuk berejakulasi, dan kemudian menghentak dengan liar, dan dengan masing-masing semburan yang dia rasa pancarannya yang kuat menghantam dinding kewanitaannya, membasahi hamparan ladangnya yang haus kekeringan.

Bibir mereka bertemu dalam lilitan sempurna, tangisan Michio membanjiri kekasihnya kala kekasihnya menyembur dengan deras ke dalamnya. Punggung Michio melengkung, mencengkeram penisnya sangat erat saat ombak kesenangan menggulungnya.

Dia ingin menahannya di sana untuk selamanya. Jantung mereka berdegup sangat keras ketika mereka berbaring bersama, terengah-engah, sampai mereka bisa berbicara. "Oh Tuhan Michio.aku sangat menginginkanmu." Dan untuk beberapa hari kedepan, tak ada sepatah katapun yang sanggup melukiskan momen itu.

- TAMAT-

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Asiknya,