Kamis, 11 April 2013

Bapak Mertuaku sangat Jantan di Ranjang

(cerita bapak)- Pak Bambang, Pria berusia sekitar 56 tahun itu masih terlihat gagah. Dia adalah Bapak dari Mas Erwin, suami tercintaku.

Pada suatu hari, bapak mertuaku datang ke rumah. Dia ingin menjenguk cucunya kesayangannya yang saat itu suamiku masih berlayar selama 5 bulan dan belum dapat cuti. Sepeninggal suamiku, aku ditemani seorang pembantu.

Saat Bapak Mertuaku datang ke rumah, pembantuku itu sedang pulang kampung, sehingga aku berdua dengan anak semata wayangku menjaga rumah.

Kala Bapak menginap, malam itu kurasakan udara begitu panas. Walau aku telah mengenakan baju super tipis, tapi aku masih kegerahan. Dan sekitar pukul 23.00 Wib, aku keluar kamar untuk mencari udara segar.

Saat melewati ruang tamu, aku melihat Bapak mertuaku tidur di sofa. Mungkin karena gerah, ia memilih tidur di luar kamar, hanya mengenakan celana kolor pendek, sehingga membuatku kagum memandang tubuhnya.

Di usianya yang hampir memasuki kepala enam, bapak mertuaku masih terlihat seksi. Tubuh tegap, dan otot kencang, kekar dan berotot menyebabkan ia beda dengan anaknya, Mas Rangga, suamiku yang kerempeng.

Melihat tubuh seksi bapak mertua, tiba-tiba saja merasa haus akan sentuhan pria, apalagi melihat tonjolan senjata bapak di antara pahanya. Dilanda nafsu tinggi, dengan beranikan aku mendekati pak Bambang yang masih terlelap.

Perlahan namun pasti, masih sedikit gemetaran, aku mengulurkan tangan nakalku dan meletakkan di tonjolan milik bapak. Tidak puas hanya menyentuhnya dari luar, aku lebih berani menarik celana kolornya dan menurunkannya.

Di luar dugaan, Pak Bambang seperti sengaja mengangkat pantatnya, sehingga dengan mudahnya aku menelanjanginya sehingga celana kolornya terlepas melalui ujung kakinya.

Tenggorokanku tercekat melihat senjata bapak. Walau masih lemas, ukurannya sangat mengagumkan dan menyebabkan aku semakin tinggi dan ingin segera mendaratku mulutku disana dan merasakan bagaimana senjata itu saat menghajar lobang surgaku.

Tidak sabar aku ingin melihat ukuran asli kejantanannya. Dengan lembut aku mulai membelai dan megurutnya. perlahan tapi pasti, senjata bapak mulai mengembang dan mengeras. Ternyata ukurannya jauh melampaui punya suamiku, panjang dan besar. Guratan otot-otot penisnya begitu kencang menghiasi batang senjata bapak.

Tanpa kusadari, Pak Bambang mulai mendesah pelan. Tubuhnya kadang menggeliat nikmat. Tangan kanannya mulai bergerak halus mencari resleting gaunku dan menariknya ke bawah. Aku polos, aku telanjang di depan mertuaku sendiri.

Tak kusangka mertuaku menanggapi belaian dan remasan tanganku di alat kejantanannya.
"Ssstthhh!," itu lah desahan lirih nikmatPak Bambang.
Tangan tuanya yang kekar membelai rambutku dan menekan kepalaku mendekati kejantanannya. Aku tahu yang diinginkan mertuaku ini. Aku menjulurkan lidahku dan menyapu ujung senjatanya yang mengkilat berwarna jingga.

"Sssshhtt....! Oohh..,Nduk! Teruskan...,Nduk! Sudah lama bapak tidak merasakan ini, Nduk!"
Akupun mulai memasukkan batang senjata itu ke mulutku dan mengulumnya. Karena ukurannya yang lebih besar daripada milik suamiku, sesaat aku kesulitan untuk mengulumnya. Namun kemudian dengan perlahan aku mulai menggerakkan kepalaku maju mundur. Sementara kedua tanganku melakukan belaian di sekitar pangkal pahanya yang kekar.

"Oouchh..(nduk! Nikmat...banget!"
Aku melirik ke wajah Pak Bambang yang mengegadah nikmat. Sesekali dia mendesah dan menggelinjang nikmat.

Sesaat aku melepaskan kulumanku untuk mengambil napas. "Kenapa berhenti, Nduk?" Sesaat Pak Bambang merasa kecewa.

"Sebentar, Pak! Saya ambil napas dulu. sumpah, senjata bapak benar benar besar. Mulut saya sampai penuh dan sesak!"
"Apa senjata suamimu tidak sebesar punya bapak ini?"
"Wah, punya Mas Rangga hanya setengahnya saja." Kembali aku memainkan senjata Pak Bambang. Dengan kocokan kocokan lembut, sesekali aku menghisap isap kejantanan itu.
"Ssssttthh...., Oh..,Nduk! Aku udah gak tahan lagi!"Pak Bambang kemudian duduk bersandar di sofa beluderu itu. tubuhnya agak condng ke belakang sehingga aku dengan mudah dapat membelai dan menciumi dada bidangnya yang berbulu. Detelah puas dengan belaian dan remasan di sekujur tubuhnya, aku bangkit dan duduk di pangkuan bapak mertuaku.

Posisi duduk mengangkangi tubuh bapak mertuaku, sehingga dengan jelasnya dia melihat liang vaginaku yang telah basah dan siap menelan alat kejantanannya. perlahan-lahan aku membimbing kejantanan Pak Bambang ke arah vagina ku. Setelah dirasa tepat, aku majukan pantatku dan menekannya kuat kuat.

"Pak..!," jeritan kecilku. Vaginaku terasa sakit karena senjatan bapak mertuaku terlalu besar terasa seret dan sesak. Sesekali aku menekannya. Akhirnya batang kejantannya masuk seluruhnya. Sesaat aku diamkan senjatanya, masih tertanam di dalam lobang nikmatku.

Kemudian dengan kedua tangan bertumpu pada dada bidang mertuaku aku mulai mengayunkan pantatku maju mundur, penuh irama.

"Ssssshhhttt....ooohhh...!" Pak Bambang menceracau tak karuan. Kedua tangannya tampak sedang memegang buah pantatku yang sesekali membuat gerakan memutar.
"Oh..Pak Bambang! Sssstthh......yeah...!"

Aku merintih pelan saat bibr basah Pak Bambang dengan lembut menciumi leher dan buah dadaku. Gesekan-gesekan kumisnya yang tebal justru membuatku bertambah nafsu.
"Ooohhhh...yeahhh...!"

Sudah hampir satu jam kami berpacu dalam luapan birahi. Batang kejantanan Pak Bambang yang besar dengan liar menusuk nusuk memekku. Membuatku tersa melayang diantara awan lembut.
"Ohhh, Pak Bambang! Bapak memang pejantan tangguh. Belum pernah saya merasakan senikmat ini bercinta dengan Mas Rangga. Ooohhhhh..., sssshhtttt...!"

Aku semakin mempercepat gerakanku. Semakin liar dan tak teratur. bagaikan menunggang banteng matador.
crot...crot...pret..pret...!
"Oh, pak Bambang! Sa...ya.. sudah.... tak.. tahan.. la...gi...!Ohhhh....ssshtt...!'

Tubuhku mulai mengejang. Namun Pak Bambang masih terus menusukkan kontilnya terus ke dalam. Semakin lama gerakan kami semakin cepan. Hingga akhirnya....
"Aaahhhrrrkk...!'
"Ooouhhhh....!"

Muncratlah magma panas dari kemaluan kami. Lahar putih menjalar, mengalir dari batang senjata Pak Bambang yang masih tertanam.Tulang tulangku seakan rontok sehingga tubuhku jatuh diatas tubuh Mertuaku. Dengan lembut Pak Bambang memeluk tubuhku dan membelai rambutku. Di wajahnya terlihat goresan senyum kepuasan dan keperkasaannya.
"Oh, Lin! Bapak benar benar puas malam ini!"
"Saya juga, Pak! Ternyata Bapak lebih jantan dan perkasa dibanding Mas Rangga."

Begitulah, malam bersama bapak mertua itu menjadi aku benar benar nikmat. Bapak mertuaku lebih Jantan dari suamiku. Sejak ditinggal suamiku. Bapak Mertuaku lah yang membajak vaginaku setiap malam dan setiap waktu, saat anakku tidur. Setiap kali ditiduri bapak, aku selalu puas.

Aku masih berharap kehangatan pria lagi, tidak hanya suami atau mertuaku, tapi aku ingin pria lain seusia bapak mertuaku mengajakku bercinta dan membuatku puas dengan alat kejantanannya yang besar seperti milik Pak Bambang.

-TAMAT-

Tidak ada komentar: