Kamis, 11 April 2013

Aku Dihamili Bapak Mertuaku

(cerita bapak)- Vivi adalah temanku yang masih berusia 23 tahun, sementara nama suaminya Arman berusia 27 tahun.

Saat Arman mendapat tugas luar kota dari kantornya, di salah satu perusahaan swasta di Jakarta. Arman memang biasanya dapat pergi tiga sampai empat hari. Seandainya pulang pun hanya beberapa jam saja, kemudian berangkat lagi.

Sebagai seorang isteri, Vivi tidak dapat melarangnya, apalagi itu urusan kerja. Maklum, yang dilakukan itu ada kaitan dengan promosi terhadap diri Arman menjadi Area Sales Manager dalam waktu dekat. Vivi tentu saja merasa ikut senang mendengar akan hal itu, sehingga ia memberikan kebebasan waktu pada Arman untuk meningkatkan prestasinya.

Karena kesibukannya, Arman sering melupakan hak Vivi sebagai seorang istri. Apalagi buah perkawinan mereka belum juga ada. Akhirnya Vivi gunakan waktu sepi untuk berbagi rasa dengan mertuanya, Samuel.

Samuel sudah sangat berumur 61 tahun. Dia hidup sendiri tanpa pendamping hidup, karena isteri nya telah meninggal beberapa tahun yang lalu. Kebetulan Samuel tinggal serumah dengan mereka. Obrolan serta gurauan, hampir mereka lakukan setiap hari, terutama ketikaArman sedang tidak ada di rumah. Tidak jarang karena Vivi dan mertuanya keasyikan mengobrol, mereka terkadang sampai lupa waktu. Mereka pernah sampai tengah malam baru berhenti mengobrol.

Vivi merasa obrolan dengan mertuanya itu bermanfaat. Ia menjadi lebih terhibur dan tidak lagi begitu kesepian seperti hari-hari sebelumnya. Begitu juga dengan mertuanya. Samuel merasa lebih senang dan enjoy. Sebelumnya ia yang pendiam kini berubah menjadi periang. Sejak itulah, Vivi bersama mertuanya saling mengisi hari-hari luang mereka dengan obrolan-obrolan kecil namun menyenangkan hati mereka berdua. Setidak-tidaknya rasa jenuh yang dirasakan Vivi kini terobati. Dan harus diakui oleh Vivi, pengetahuan mertuanya memang begitu banyak. Cara penyampaiannya pun cukup diplomatis dan memperlihatkan wibawa seorang yang telah berumur.

Suatu hari, mertuanya bercerita tentang kecantikan isterinya sewaktu masih hidup. Bahwa isterinya dulu tergolong wanita yang banyak disukai oleh pria lain. Disamping sebagai parasnya yang cantik, lembut, juga mempunyai bentuk tubuh yang menyerupai gitar spanyol yang mengagumkan. Kalau ada lelaki yang meliriknya, pasti akan jatuh cinta pada pandangan pertama.
"Makanya, aku beruntung mendapatkan ibumu dulu.., tapi sayang.., ia begitu cepat meninggalkanku…" kata mertuanya sambil menghembuskan asap rokok dari mulutnya yang sudah banyak menghabiskan rokok itu.

Malam pun semakin larut, seiring dengan cerita mertua Vivi yang sudah tidak menentu arah pembicaraannya. Sampai akhirnya mengenai hal yang sifatnya pribadi pun diceritakan dengan tanpa ada rasa canggung lagi. Singkatnya, bahwa almarhumah ibu mertuanya adalah isteri yang cantik serta dapat memuaskan dalam setiap permainan ranjang yang pernah mereka lakukan.

"Entah berapa kali setiap malam kami lakukan, yang jelas pasti tidak terlewatkan…" kata mertuanya mengenang masa lalu.
"Pernah aku dibikin kewalahan, karena aku lupa minum obat." lanjut Samuel dengan santainya mngupas seluruh rahasia rumah tangganya.
"Kamu belum ngantuk, Vivi..?" tanya mertuanya sambil merapatkan duduknya ke samping Vivi.
Saat itu mereka duduk di sofa panjang di ruang tamu. Vivi pun mulai curiga dengan sikap mertuanya, apalagi tangan mertuanya mulai memegang pundaknya.

Tatapan mata Samuel begitu tajam, seolah-olah ingin mengulangi kejadian indah bersama isterinya. Dan Vivi lebih kaget lagi, ketika mertuanya berkata, "Kamu cantik Vivi… maukah kamu, barang sejenak melayaniku..?" pinta mertuanya yang kelihatannya sudah terpengaruh dengan cerita masa lalunya itu.
"Tolong Yan, aku sudah lama kesepian, lagian suamimu khan tak ada di rumah..!" desak halus mertuanya sambil menarik tangan Vivi ke kamar.

"Jangan Ayah..! Aku milik anak Ayah..!" tolak Vivi sambil menepis kedua tangan Samuel yang kini sudah hinggap di payudara 36B miliknya.
"Mau ya Vivi.., sekali aja kok..!" rayu mertuanya sambil melepaskan semua pakaiannya.
"Sekarang kamu diam, ya..! Kakinya diangkat ke atas.., ya begitu.., biar Ayah yang bantu melepaskan pakaianmu..!"
Sungguh, Vivi merasa bingung saat itu. Anehnya ia diam dan menuruti kemauan mertuanya begitu saja. Mertuanya dibiarkan melepaskan semua pakaiannya hingga telanjang bulat. Mungkin karena rasa kasihannya pada sang ayah mertua yang sudah lama kesepian. Apalagi sebagai seorang isteri normal, Vivi jarang sekali mendapat kenikmatan dari suaminya,Arman, karena kesibukannya.

Sementara itu dengan lembutnya Samuel membaringkan tubuh Vivi yang tanpa sehelai benang pun yang menutupinya ke tempat tidur, lalu mulai menjilati semua lekuk tubuh Vivi dari bagian pundak, belakang telinga, leher, payudara hingga bagian bawah perutnya.

Payudara Vivi dijilati dengan penuh semangat, sambil sekali-kali diremas-remas dengan perlahan. Vivi menggelinjang diperlakukan seperti itu. Saat sampai di bagian benda kewanitaannya, Samuel menyibakkan rambut-rambut kemaluan Vivi yang amat lebat dan hitam. Lalu klitorisnya dijilati dengan berputar-putar. Dengan sengaja Samuel memasukkan lidahnya ke dalam lubang senggama Vivi sambil kelentitnya dipegang-pegang.

Vivi pun tidak lama telah terhanyut oleh kenikmatan yang diberikan oleh mertuanya itu. Ia pun mengimbangi permainan asmara itu dengan perasaan yang sudah lama tidak dirasakannya. Ia meminta mertuanya untuk berbaring. Langsung diraihnya senjata andalan Samuel.

Kemaluannya sudah tegang. Lidah Vivi menjilati seluruh batangan mertuanya yang kelihatan telah berurat itu dengan penuh semangat. Dihisap dan dikulum-kulumnya selayaknya seorang yang haus akan hubungan seks. Tidak ketinggalan batang kejantanan itu dikocok-kocoknya. Luar biasa kocokannya itu, buktinya Samuel sampai terpejam-pejam merasakannya.

"Aku sudah tak tahan, Vivi… masukkan saja ya, Nak..?" ujar Samuel di tengah-tengah kenikmatan yang menjalari segenap urat syarafnya.
Vivi hanya tersenyum penuh arti akan pernyataan ayah mertuanya. Segera ia naik ke atas perut ayah mertuanya itu. Lalu dengan tangan kiri, dituntunnya batang kemaluan yang sudah amat besar dan tegang itu masuk ke belahan liang senggamanya.
"Bles… jeb..!" Vivi pun segera bergoyang maju mundur, lalu ke atas ke bawah.
Sementara itu, Samuel berusaha bangkit untuk menjilati kedua bukit kembar menantunya itu seperti bayi yang haus akan air susu ibunya.

Segera setelah mulut Samuel mencapai payudara indah Vivi, Vivi pun dengan sengaja mengarahkan payudaranya ke arah mulut sang mertua, baik buah dada yang kanan maupun yang kiri.
"Uh… uh… uh…" terdengar erangan kenikmatan dari mulut Vivi mengiringi gerakan tubuhnya.
"Aku mau keluar, Yah..!" ujar Vivi dengan nafas memburu.
Dan benar, sesuatu dari dalam dirinya tiba-tiba seperti meledak. Ia mengalami orgasmenya… Namun, Samuel kelihatannya belum mau berhenti juga. Ia lalu menyuruh Vivi merubah posisi pernaian seks mereka. Kini Vivi dengan posisi menungging. Kedua tangannya memegang ujung ranjang. Sementara dengan semangat 45, Samuel segera mengarahkan batang kejantanannya ke belahan bibir kemaluan Vivi.

Dengan sekali hentakan, "Blesss..!" Batang kejantanan itu masuk seluruhnya.
Samuel dengan posisi setengah berdiri terus "menghajar" Vivi dari belakang sambil kedua tangannya berusaha meraih payudara Vivi yang memang sangat merangsang Samuel. Setelah ia raih, diremas-remasnya dengan perlahan.

"Wah… coba dari dulu aku mencicipi tubuh mulus ini… pasti aku tambah awet muda…" pikir Samuel ditengah serangan gencarnya.
Beberapa menit kemudian, tiba-tiba Samuel merasakan sesuatu akan keluar dari tubuhnya dan perasaannya melayang. Matanya yang bulat terbeliak dan kemudian melotot. Vivi yang sadar mertuanya akan ejakulasi, segera berusaha melepaskan pantatnya dari serangan gencar batang keperkasaan Samuel, tapi ia mampu melepaskan rudal panjang yang masih ditekan sangat kuat oleh mertuanya hingga menembus mulut rahimnya.

Benar saja ,tiba tiba CROOOOT...CROOOT...CROOOT... cairan sperma dari batang keperkasaan mertuanya keluar menyemprot dengan derasnya membuahi rahim suburnya. Melihat itu, Vivi berusaha menghindari tusukan batang mertuanya tapi sia sia saja sampai habis semua benih lelaki tua itu membuahi rahimnya yang lagi subur. Batang kemaluan itu terus berkedut kedut menuntaskan seluruh benihnya.
Setelah selesai membuahi rahim menantunya,Samuel mencabut batangnya dari vagina itu,terlihat lelehan sperma yang sangat banyak keluar dari lubang vagina menantunya.

"Yan… kapan-kapan kita ulangi lagi ya.., Ayah benar-benar puas sekarang…" ujar Samuel sambil memakai pakaiannya kembali.
Vivi hanya mengangguk lemas dan kuatir akan benih mertuanya yang telah mnyirami rahimnya akan membuatnya hamil.
Dalam hatinya ia merasa puas.
"Kamu memang benar-benar bisa memuaskan keinginanku yang selama ini sudah tidak dapat kulampiaskan lagi… Sekali lagi Ayah benar-benar merasa puas sekali..!" kata Samuel menambahkan sambil mencium kening Vivi yang basah dengan peluh itu.

Malam itu keduanya melalui dengan perasaan sedikit penyesalan, tapi juga rasa puas, sebab keinginan batiniah di antara mereka berdua dapat tersalurkan. Sejak itu, setiap kali mertuanya mengajak berhubungan intim, Vivi selalu melayaninya dengan senang hati dan penuh semangat, dan rela rahimnya selalu diisi oleh benih mertuanya.

Itu tidak hanya berlangsung sekali atau dua kali saja, tapi mereka melakukannya hampir seperti layaknya suami isteri. Maklum, suaminya belum dapat memberikan kepuasan batiniah pada Vivi.Satu bulan kemudian Vivi hamil oleh benih mertuanya dan hal itu tidak diketahui oleh suaminya, kalau janin yang ada di rahim istrinya bukan dari benihnya tapi dari bapaknya.

-TAMAT-

Tidak ada komentar: